Kamis, 24 Januari 2008

Faktor Yang Mendatangkan Keberkahan

Barangrangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya.
(QS. Ath-Tholaq; 2-3)

Barokah atau keberkahan secara definisi adalah kebaikan yang terus bertambah. Dalam kehidupan, kita memerlukan keberkahan. Karena bisa jadi seseorang hidup bergelimang harta, namun jika tidak ada keberkahan, maka harta tersebut tidak menjadikannya bahagia. Sebaliknya seseorang bisa jadi hidup dalam keadaan sederhana, namun terasa cukup bahkan lebih dari cukup. Itulah barokah atau keberkahan. Buat apa harta banyak tapi akan mengantarkan kita menjauh dari Allah. Buat apa segala kebutuhan tercukupi, namun suasana keluarga serasa sempit karena dilanda banyak persoalan. Oleh karena itu kita memerlukan keberkahan atau barokah. Yakni segala apapun yang kita miliki selalu akan mendatangkan kebaikan buat kita.
Ada beberapa faktor yang akan mendatangkan keberkahan. Antara lain:
1. Taqwa dan tawakkal kepada Allah SWT. Firman Allah SWT: Barangrangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. (QS. Ath-Tholaq; 2-3).
Ayat di atas menyatakan bahwa taqwa akan memberikan jalan keluar dari segala persoalan, dan akan mendatangkan rezeki yang tidak diduga-duga. Demikian juga halnya dengan tawakkal, ia akan mendatangkan kepada kecukupan dalam hidup, dan Allah akan menyelesaikan urusan kita.
2. Memperbanyak istighfar. Istighfar akan mendatangkan sifat ketundukan dan penghambaan kepada Allah. Dan Allah menyukai orang yang memohon ampun kepadaNya. Orang yang banyak beristighfar maka Allah akan memberikannya kekayaan dan keturunan. Sebagaimana firman Allah SWT: “Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, Sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai” (QS. Nuh: 10-12)
Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa yang melazimkan istighfar, maka Allah jadikan baginya dari segala kesempitan jalan keluarnya dan memberinya rezeki yang dia tidak duga-duga” (HR: Abu Daud)
3. Mendirikan shalat. Shalat ternyata dapat memudahkan datangnya rezeki. Sebagaimana Firman Allah SWT: “Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. “ (QS. Thoha: 132).
Dalam ayat ini ada keterkaitan antara ibadah shalat dan jaminan rezeki dari Allah SWT. Dan perintah shalat bukan hanya untuk diri sendiri tapi harus diajarkan dan diwariskan kepada keturunan dan keluarga kita, jika keluarga kita ingin mendapatkan keberkahan. Rasulullah saw bersabda: “Hai Abu Hurairah !, perintahkanlah keluagamu melaksanakan sholat, karena Allah akan memberimu rezeki yang tidak diduga-duga”
4. Sholat dhuha. Sholat dhuha pun akan mendatangkan keberkahan dalam hidup kita. Dengan sholat dhuha berarti kita memulai hidup kita dengan ibadah kepada Allah. Nabi saw bersabda, “Dua rakaat sholat dhuha dapat mendatangkan rezeki dan menghilangkan kefakiran”
Dalam hadits Qudsi, Allah SWT berfirman: “Wahai anak Adam! Ruku’-lah padaKu empat rakaat di permulaan siang, maka Aku cukupkan kamu pada penghujungnya (siang).”
Para ulama berkata, bahwa yang dimaksud dengan sholat di permulaan siang adalah sholat dhuha. Sebagain ulama lagi mengatakan sholat itu adalah sholat dua rakaat sunat subuh dan dua rakaat fardhu subuh.
5. Menyambung ibadah antara Maghrib dan Isya dengan zikir, tilawah dan sholat
Nabi saw bersabda, “Barangsiapa melakukan sholat antara maghrib dan Isya sebanyak 20 rakaat, dan membaca pada setiap rakaat al-Fatihah dan surat, maka Allah menjaga keluarganya, hartanya, agamanya, dunianya serta akhiratnya.”
6. Bersedekah. Sedekah akan mendatangkan keberkahan, bahkan sedekah akan menolak bala dan bencana yang merugikan kita. Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah berkurang harta dikarenakan sedekah”.
Bahkan sedekah akan mendatangkan keberkahan dan suburnya harta, sebab makna sedekah adalah bukti kebenaran imannya. Sedangkan zakat berarti suci, bersih dan berkembang.
Selain itu, sedekah juga akan menolak bala. Rasulullah saw bersabda, “Sedekah akan menolak bala”.
7. Rajin bersilaturrahim, karena silaturrahim akan mendatangkan keberkahan rezeki dan usia. Rasulullah saw bersabda, “Siapa yang suka agar diluaskan rezekinya dan dipanjangkan usianya, maka hendaklah ia bersilaturrahim.##

Selasa, 08 Januari 2008

Tahun Baru Hijrah

Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
(Qs. An-Nisaa; 100)

Beberapa hari lagi kita akan meninggalkan tahun 1428 Hijrah, dan akan memasuki tahun 1429 Hijrah. Berarti sudah 1428 tahun lalu peristiwa hijrah berlalu. Meskipun jarak waktu antara kita dengan peristiwa hijrah Nabi dan sahabat terpaut rentang waktu yang panjang, namun peristiwa hijrah memberikan inspirasi yang begitu mendalam dalam kehidupan seorang Muslim.
Mengapa perhitungan kalender Islam di mulai dari peristiwa hijrah Nabi saw? Mengapa tidak dimulai di hari kelahiran atau wafatnya beliau? Karena peristiwa hijrah memiliki banyak pelajaran bagi generasi sesudahnya seperti kita:
Pertama, peristiwa hijrah memberikan semangat optimis pada umat Islam. Bahwa di tengah badai intimidasi dan tekanan kaum Quraisy, pada akhirnya akan mendapat pendukung yang akan menopang dan membela dakwah Islam. Yaitu kaum Anshar yang menerima dakwah dan mempersilakan kaum muslimin tinggal di Madinah, tempat yang aman untuk melaksanakan ibadah dan menentukan nasibnya.
Kedua, Hijrah merupakan titik tolak memasuki pase baru, dari pase penanaman tauhid selama di Makkah kepada pase penataan hukum dan sosial di Madinah. Oleh karena itu ayat-ayat Makkiyah banyak membahas tentang keesaan Allah SWT, sedangkan ayat-ayat Madaniyah lebih banyak membahas tatanan kehidupan sosial kemasyarakatan. Ini menunjukkan bahwa jika prinsip akidah dan keyakinan sudah lurus, maka akan sangat mudah dalam menata kehidupan sosial.
Ketiga, Hijrah merupakan momentum konsoslidasi internal umat Islam antara Muhajirin yang berasal dari Makkah dan kaum Anshor yang berasal dari Madinah. Mereka dipersaudarakan dengan ikatan aqidah shahihah (benar). Karena itu momentum tahun 1429 H ini hendaknya dijadikan sebagai momentum merajut ukhuwah Islamiyah antar umat Islam. Sebab kekuatan utama umat Islam hanyalah dua; yakni kekutan iman dan kekuatan ukhuwah. Dalam sejarah perjuangan umat Islam, mereka tidak bisa dikalahkan oleh hanya karena kekurangan senjata dan jumlah pasukan, namun umat Islam dikalahkan lebih karena lemahnya ukhuwah di internal umat Islam.
Keempat, Hijrah adalah momentum untuk menjadikan masjid sebagai sentral kegiatan umat Islam, bukan hanya kegiatan keagamaan saja, namun juga kegiatan sosial lainnya. Bahkan mesjid pada saat itu dijadikan sebagai tempat bermusyawarah dan melatih pasukan kaum muslimin. Oleh karena itu, aktifitas pertama Rasululah saw setibanya di Madinah adalah membangun masjid. Mesjid pertama yang dibangun adalah mesjid Quba, yang dalam al-Qur’an disebut sebegai mesjid yang didirikan atas dasar semangat ketaqwaan (masjidun ussisa ‘alattaqwa).
Kelima, hijrah adalah momentum untuk mengasah kembali komitmen kita untuk hidup karena dan untuk Allah. Sebab saat sebelum hijrah, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya. Maka barangsiapa yang hijrah karena Allah dan membela Rasul-Nya, maka ia mendapat pahala hijrahnya. Namun barangsiapa yang hijrah dikarenakan tujuan dunia yang akan didapatnya, atau karena ingin mendapatkan wanita yang akan dinikahinya, maka ia mendapat apa yang diniatkan (dan tidak mendapat pahala apa-apa)’ (HR; Bukhori Muslim).
Keenam, hijrah memberikan kepada kita semangat juang dan tidak terpokus pada seorang tokoh saja. Itulah sebabnya perhitungan kalendar Islam tidak dimulai dari hari kelahiran Nabi saw, namun dari peristiwa hijrah Nabi saw. Semangat perjuangan hijrah itulah yang diambil, sehingga memberikan pelajaran, bahwa umat Islam harus mengambil semangat juang dan tidak terpokus pada sosok individu tokoh dalam perjuangannya. Kerja kolektif (amal jama’i) adalah kekuatan untuk mencapai kemajuan.
Ketujuh, hijrah adalah momentum untuk meninggalkan kebiasaan dan amal buruk. Karena makna hijrah adalah meninggalkan. Jika makna aslinya adalah meninggalkan Makkah menuju Madinah, maka makna abstraknya adalah meninggalkan kebiasaan buruk menuju kebiasaan yang baik. Meninggalkan perbuatan yang dimurkai Allah , menuju perbuatan yang diridhoi Allah SWT. Meninggalkan kebodohan menuju ilmu pengetahuan. Meninggalkan kemusyrikan menuju pemurniaan aqidah. Meninggalkan keterbelakangan menuju kemajuan.
Kedelapan, hijrah adalah memontem perluasan dakwah Islam. Sebab sejak hijrah dan mendirikan negara Madinah itulah, Rasulullah saw mengirim surat kepada kabilah-kabilah Arab dan negara-negara tetangga, termasuk Romawi dan Persi, berisi ajakan agar mereka memeluk agama Islam. Berisi ajakan agar mereka meninggalkan agama jahiliyah dan trinitas. Ini juga mengisayaratkan, bahwa Islam bukan hanya untuk bangsa Arab saja, namun Islam untuk seluruh umat manusia. Allah SWT berfirman yang artinya, “Tidaklah Aku utus engkau (Muhammad) melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam” (QS: Al-Anbiya: 107).
Sudah saatnya kita merenungi semangat makna hijrah menjelang tahun baru hijrah 1429 H ini. Kemudian kita jadikan itu sebagai perbaikan diri kita, keluarga kita, masyarakat kita, dan bangsa kita. ##