Senin, 24 Mei 2010

Islam Ramah Lingkungan

Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). (QS: Ar-Ruum: 42)

Merenungi ayat di atas. Sadarlah kita bahwa kerusakan alam yang terjadi akhir-akhir ini adalah akibat perbuatan tangan manusia. Fenomena keluarnya lumpur Lapindo di Sidioarjo adalah bukti akibat perbuatan tangan manusia. Ekploitasi kekayaan alam tanpa mengindahkan dampak negatif akan mengakibatkan bencana yang berkepanjangan. Sudah sekian desa dan kampung terendam lumpur berbahaya ini, bahkan kini, semburan lumpurnya mengalami peningkatan yang lebih besar lagi. Sungai-sungai yang menjadi tempat pembuangan lumpur pun sudah tidak bisa menampung lagi buangan lumpur ini. Jalan porong yang menghubungkan pusat-pusat ekonomi pun kini hamper ditutup.
Lain di Sidoarjo lain pula di daerah lain, peristiwa tanah longsor di berbagai daerah adalah akibat penebangan hutan yang tidak mengindahkan ekosistem alam.
Banyak ayat al-Quran yang telah mengingatkan manusia akan bahaya pengrusakan bumi. Selain ayat tersebut di atas, Allah pun berfirman: “Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepadaku, dan janganlah kamu mentaati perintah orang-orang yang melewati batas, yang membuat kerusakan di muka bumi dan tidak mengadakan perbaikan." (QS, Asy-Syu’ara: 150-152)
Sayangnya, manusia banyak yang tidak mengindahkan teguran al-Quran, bagaimana tidak? Jangankan menyimak al-Quran, memegang dan membaca saja tidak?.
Para ulama berkata, bahwa ayat terbagi menjadi dua, pertama ayat yang berbicara, yakni ayat qur’aniyah. Dan kedua adalah ayat yang berdiam yakni ayat kauniyah (alam). Kini manusia tidak membaca al-Qur’an sehingga kini yang berbicara menegur manusia adalah alam dalam bentuk bencana, agar manusia kembali kepada Allah SWT.
Kalau kita menyimak pada ajaran Islam, maka Islam telah mengajarkan keharmonisan hubungan antara manusia dan alam. Islampun memerintahkan kepada umatnya untuk menjaga dan melestarikan lingkungan;
Dalam persfektik ilmu Ushuluddin, betapa alam dan manusia sama-sama mempunyai tugas tunduk dan bertasbih kepada sang Khaliq. Allah SWT berfirman: “Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.” (QS. Al-Isra: 44)
Dalam persfektif ilmu Tasawuf (etika) pun, diajarkan hubungan yang baik antara alam dan manusia. Rasulullah saw saat melihat gunung Uhud berkata, “Uhud adalah gunung yang mencintai kita, dan kita pun mencintainya” (HR: Bukhori Muslim)
Demikian pula menurut ilmu fiqih, Hubungan ilmu fiqih dengan pemeliharaan lingkungan, pelestarian dan pelindungannya dari segala hal yang membahayakan dan merusak, adalah hubungan yang memilki rambu-rambu dan aturan yang jelas. Sebagaimana diketahui bahwa iimu fiqih adalah ilmu yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya, dengan dirinya, dengan keluarga dan masyarakatnya, dengan alam sekitarnya, sesuai dengan lima hukum syariat yang sudah jelas, yaitu: wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah .

Konsep Islam Dalam Pemeliharaan Alam
Selain semua disiplin ilmu yang mendukung akan adanya pemeliharaan terhdap alam dan lingkungan, kenyataannya, Islam sendiri mempunyai konsep yang jelas dalam pemeliharaan lingkungan. Antara lain:
Pertama, Perintah penanaman pohon dan penghijauan (Go-Green). Rasululullah saw bersabda, Tidaklah seorang muslm yang menanam tanaman atau menggarap ladang, kemudian tanaman itu dimakan oleh burung, atau manusia atau hewan, kecuali dia menjadi sedekah baginya” (HR: Muslim)
Dalam hadits lain, Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa menanam pepohonan dan menjaganya dengan sabar, serta merawatnya hingga berbuah, maka segala sesuatu yang menimpa buahnya menjadi sedekah di sisi ALLah SWT. (HR: Ahmad).
Perintah menanam pohon pun bukan hanya dilakukan di waktu lapang, bahkan jika akan terjadi kiamat sekalipun, namun masih ada kesempatan menanam, maka Rasulullah saw memerintah menanam. Beliau saw bersabda, “Apabila hari kiamat telah dibangkitkan, dan pada salah seorang dari kamu memegang batang pohon korma, jika ia mampu untuk menanamnya maka lakukanlah.” (HR: Ahmad dan Bukhori )
Kedua, perintah pemeliharaan alam. Allah SWT berfirman, Sesungguhnya telah datang kepadamu bukti yang nyata dari Tuhanmu. Maka sempurnakanlah takaran dan timbangan dan janganlah kamu kurangkan bagi manusia barang-barang takaran dan timbangannya, dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi sesudah Tuhan memperbaikinya. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika betul-betul kamu orang-orang yang beriman." (QS. Al-A’raf: 85)
Ayat ini menegaskan kepada kita bahwa perbuatan yang berorientasi hanya kepada ekonomi dan keuntungan namun menghalalkan berbagai cara, maka akan mendapat murka dari Allah karena Allah telah melarangnya dengan keras. Salah satunya adalah ekploitasi kekayaan alam tanpa menghiraukan dampak kerusakan.
Ketiga, perintah menghidupkan lahan mati. Sebagaiimana sabda Rasulullah saw, “Barangsiapa menghidupakan tanah yang sudah mati maka ia menjadi miliknya” (HR: Abu Daud dan Tirmidzi).
Dalam ayat al-Quran, Allah SWT menjelaskan bahwa menghidupkan tanah mati (tidak produktif) adalah merupakan tanda kebesaran Allah SWT. Firman-Nya: “Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan dari padanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan.” (QS. Yasin: 33)
Dalam ayat ini Allah menggunakan dhamir (kata ganti) “Kami” dan bukan “Aku” untuk mengajak kesertaan manusia dalam menghidupkan lahan yang mati.
Menghidupkan tanah yang tidak produktif (sahara) itu bisa juga dengan cara membangun pemukiman, sehingga ada dua manfaat:
1. Menghidupkan padang pasir (gersang) dengan rumah-rumah dan tempat tinggal, sehingga berkembanglah kehidupan di dalamnya dari segala sisi
2. Kemudian ditanam di atasnya tetumbuhan sehingga menyempatkan manusia bercocok tanam
Keempat, perintah menjaga kebersihan lingkungan. Rasulullah saw bersabda, “Kebersihan itu sebagian dari iman”. Bukan hanya itu saja pentingnya kebersihan. Kotoran dan sampah yang membuat aliran sungai terhambat akan mengakibatkan bencana banjir dan menimbulkan wabah penyakit. Bahkan duri yang melintang di jalan akan mengakibatkan kecelakaan pecah ban atau terlukanya seseorang. Karena itu Rasulullah saw memerintahkan untuk menyingkirkan duri dan menjanjikan pahala besar bagi pelakunya. Beliau bersabda, “Barangsiapa yang menyingkirkan duri dari jalan kaum muslimin, akan ditulis baginya satu kebaikan. Dan Barangsiapa mendapat satu kebaikan, ia akan masuk surga” (HR: Ath-Tahbrani dalam al-Kabir )
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwasanya ada seorang perempuan berkulit hitam yang rajin membersihkan masjid. Suatu ketika Rasulullah saw tidak melihat perempuan itu lagi. Sesudah beberapa hari, Rasulullah saw menanyakan keberadaannya. Kemudian dikatakan bahwa dia telah meninggal dunia, “kalau begitu, tunjukkan padaku kuburannya.” ujar Rasulullah saw. Lalu belia mendatangi kuburannya dan menyalatkannya disana. (HR: bukhori-Muslim).
Kelima, perintah menjaga sumber kekayaan alam. Allah SWT telah melukiskan bagaimana suatu bangsa yang telah diberi kekayaan alam, kemudian mereka melakukan kerusakan yang mengakibatkan terkikisnya kenikmatan kakayaan alam. Allah SWT berfirman,: “Sesungguhnya bagi kaum Saba' ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (kepada mereka dikatakan): "Makanlah olehmu dari rezki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun." Tetapi mereka berpaling, maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit dari pohon Sidr, Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka. Dan Kami tidak menjatuhkan azab (yang demikian itu), melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir” (QS: saba: 15-17) .
Selain itu, Rasulullah saw melarang menebang pohon dengan sembarangan, sebagaimana sabda beliau; “Barangsiapa menebang pepohonan maka Allah akan mencelupkannya ke dalam neraka” (HR: Abu Daud). ## (Jamhuri)