Kamis, 16 Agustus 2018

NSPRIRASI HAJI: HAJI DAN KAPASITAS KEPEMIMPINAN

INSPRIRASI HAJI

HAJI DAN KAPASITAS KEPEMIMPINAN

Tidak bisa disangkal, bahwa pelaksanaan haji adalah pelaksanaan yang berskala  internasioanal dan komprehensif. Berskala internasional karena melibatkan seluruh negara dan bangsa. Komprehensif karena terkait dengan berbagai sisi kehidupan dan bidang.

Bayangkan, ratusan negara dunia ikut terlibat dalam ibadah haji ini, mulai negara maju dan besar seperti Amerika, hingga negara kecil dan berkembang seperti Maldive. Mulai dari negara minoritas muslim hingga negara mayoritas muslim. Event haji boleh dikata lebih besar dan lebih massif dari pada event olimpiade dunia. Sebab yang datang ke Tanah Suci adalah berstatus “peserta”. Sedangkan dalam ajang olimpiade, peserta olimpiade hanya sekitar 10 persen dari jumlah lainnya. Selebihnya adalah panitia, penonton dan supporter.

Haji juga bersifat koprehensif, karena terkait dengan berbagai bidang; mulai dari ibadah, pembinaan dan pendidikan, keuangan, keimigrasian, penerbangan, kesehatan, perhotelan, keamanan, kebersihan, hubungan diplomatik, sosio-kultural, dan lain sebagainya.

Singkat kata, haji merupakan event yang sangat spektakuler yang melibatkan seluruh element, bidang, negara dan bangsa.

Itu sebabnya, kewajiban haji pertama kali turun kepada Nabi Ibrahim as. Seorang yang memiliki kapasitas kejiwaan umat yang besar, kuat menghadapi tantangan, serta siap melaksanakan perintah Tuhan dengan ikhlas dan sabar serta lurus.  Allah swt berfirman:

ان إبراهيم كان امة قانتا لله حنيفا وما كان من المشركين

Sesungguhnya Ibrahim adalah seorang umat yang taat kepada Allah, hanif, tidak termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS, 16: 120)

Dalam ayat ini, individu Ibrahim disebut sebagai “ummat”. Padahal ia adalah seorang diri. Hal itu dikarenakan ia memiliki kapasitas yang sama dengan ummat. Ia menjadi teladan dalam sikap, istiqomah, lurus, sabar, taat pada Allah, dan teruji dalam segala ujian hidup dan perjuangan, serta tidak terbawa arus untuk meyakini Tuhan lain (tidak musyrik).

Sehingga, tatkala Allah swt menilai bahwa Ibrahim as telah lulus menghadapi berbagai ujian, dan melaksanakan segala perintah Allah dan menjahi larangannya, maka Allah mengangkatnya sebagai Pemimpin Seluruh Manusia. Allah swt menegaskan:

وإذ ابتلى إبراهيم ربه بكلمات فأتمهن قال اني جعلك للناس اماما  قال ومن ذريتي قال لا ينال عهدي الظالمين

“Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji oleh Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), maka ia melaksanakannya dengan sempurna. Allah berfirman: “Sungguh Aku jadikan engkau pemimpin bagi umat manusia.” Ibrahim berkata: “(berikan juga) dari keturunan keluargaku”. Allah berfirman: “Janjiku tidak mengena kepada orang-orang Zhalim’. (QS.2: 124)

Kepemimpinan yang Allah berikan kepada Ibrahim as tentu setelah menguji Ibrahim dengan perintah dan larangan. Dan Ibrahim melaksanakannya dengan sempurna. Dan permintaan nabi Ibrahim dikabul, yaitu estapet kepemimpinan turun kepada anak keturunannya, terutama kepada Nabi Muhammad saw yang merupakan keturunan nabi Ismail bin Ibrahim as.  Namun demikian, janji Allah memberi kepemimpinan ini tidak diberikan kepada orang-orang yang berbuat zhalim.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar. Terdiri dari beribu suku dan pulau. Maka diperlukan seorang pemimpin yang mempunyai kapasitas kuat, ulet, sabar, lurus, tegas berkarakter, mengenal dan memahami kultur-sosial serta teritorial, memahami persoalan serta dapat memberi solusi bagi persoalan. Karena pemimpin adalah cermin dari suatu bangsa.

Jamhuri
Makkah, 16 Agustus 2018


Senin, 13 Agustus 2018

INSPIRASI HAJI: PASAR MURAH MADINAH

INSPIRASI HAJI

PASAR MURAH MADINAH

Ada jamaah yang pernah beberapa kali umroh bertanya kepada saya, “Pak Ustadz, mana ya pasar kaget yang biasa ada setiap kali pulang dari shalat lima waktu di Masjid Nabawi? Soalnya lumayan murah-murah harganya..?”.

Memang, jamaah haji dan umroh biasa melihat orang menggelar dagangan di jalan yang sering dilalui oleh jamaah haji-umroh pulang dari Masjid Nabawi dengan harga yang sangat terjangkau. Namun dua tahun terakhir ini tidak lagi nampak pemandangan seperti itu.

Kadang kasihan melihat para pedagang kagetan tersebut di kejar-kejar polisi karena mengganggu pemandangan, bahkan mengganggu lalu lintas jamaah yang menuju atau pulang dari Masjid Nabawi. Namun belakangan baru saya mengetahui. Ternyata Pemerintah Kota Madinah tidak sekedar melarang orang berjualan di pinggir jalan, namun pemerintah menyediakan tempat dan lokasi yang layak untuk mereka.

Kini mereka dapat berjualan dengan bebas di lokasi yang layak dan elegant. Bentuknya mirip dengan pasar modern di kita. Harga sewanya pun sistem pertahun dengan harga yang tidak begitu mahal. Hebatnya lagi, harga-harga di Pasar Murah ini persis sama dengan harga yang mereka tawarkan saat masih ada pasar kaget yang ada di setiap selepas shalat di jalan-jalan yang dilewati jamaah. Pasar Murah ini terletak di samping Museum Asmaul Husna, atau di belakang bekas situs sejarah kebun “Tsaqifah Bani Sa’ad” satu tempat pertama kali Abu Bakar ra disumpah menjadi khalifah pertama dalam Islam.

Sebelumnya, para pedagang ditampung di sekitar Masjid Ghomamah, yaitu tempat dulu Rasulullah saw melaksanakan shalat istisqo. Namun nampak lapak-lapak yang dibangun di sana nampak kurang rapi. Kini kawasan Masjid Ghamamah disulap menjadi Taman yang indah. Dihiasi dengan lampu hias kota, bangku-bangku taman, pepohonan dan pemandangan burung-burung dara.

Adalah sebuah kebijakan yang baik untuk ditiru, pemerintah hendaknya jangan hanya melarang orang yang berusahan mencari nafkah, namun hendaknya memberi solusi bagi mereka, karena pada dasarnya “Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka”.

Jamhuri
Makkah, 13 Agustus 2018


Sabtu, 11 Agustus 2018

EKONOMI BERBASIS MASJID

INSPIRASI HAJI

EKONOMI BERBASIS MASJID

Kalau kita berbelanja di Mall atau Supermarket, jarang sekali Mall atau Supermarket menyediakan masjid untuk kebutuhan pengunjungnya. Sekalipun ada, maka kita sering temukan hanya ditempatkan pada bagian parkir yang sempit  di lantai basement, dan kadang tidak ber-ac atau memiliki sirkulasi udara pengap.

Walau beberapa tahun terakhir ini, ada beberapa Mall yang menyediakan masjid full ac dan sejuk, namun jika dalam waktu-waktu shalat tertentu, seperti maghrib, masjid tidak dapat menampung semua pengunjung yang hendak melakukan shalat tepat waktu dan berjamaah.
Masjid ditempatkan sebagai nomor sekian setelah pusat perbelanjaan.

Berbeda dengan suasana Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Di kedua tempat ini, masjid menjadi sentral. Bahkan keberadaan dua masjid melahirkan pusat-pusat perbelanjaan. Sehingga pengunjung merasa nyaman untuk beribadah karena keberadaan masjid yang cukup luas untuk menampung umat  melaksanakan shalat.

Hal yang sama terjadi di masjid-masjid yang menjadi tempat sentral penyebaran islam di nusantara oleh Walisongo. Masjid-masjid tersebut menciptakan pasar-pasar yang dapat mensejahterakan penduduk sekitarnya. Bahkan penduduk yang jauh dari sekitar masjid sekalipun berdatangan.

Masjid sejak dahulu bukan hanya sekedar tempat shalat, namun sebagai pusat sentral segala kegiatan masyarakat. Bahkan masjid menjadi tempat pelatihan militer di masa Rasulullah saw. Jika melihat kubah Masjid Nabawi yang berwarna hijau, yang bentuknya seperti helm/topi tentara perang, menandakan satu pesan bahwa umat Islam tidak boleh meninggalkan dua hal: ibadah dan jihad (perjuangan).


Untuk menghidupkan “sunnah” ekonomi ini, mungkin perlu diperbanyak lahirnya pengusaha-pengusaha Muslim. Sebab mall-mall yang ada sekarang lebih banyak dibangun oleh pengusaha-pengusaha non muslim. Atau dibangun oleh pengusaha muslim, namun masih berpikiran. Paling jikapun bukan masjid menjadi sentral perputaran ekonomi, namun dalam mall-mall tersebut hendaknya disediakan masjid yang luas, strategis, ber-ac dan dilengkapi dengan sarana mck yang cukup serta nyaman.

Muhammad Jamhuri
MAKKAH, 11 AGUSTUS 2018 M/29 Dulqo'dah 1439 H