INSPIRASI HAJI
Haji adalah Training Kecerdasan
Nabi saw bersabda, “Orang yang cerdas adalah
orang yang selalu menahan hawa nafsu dan beramal untuk bekal setelah
kehidupan”. Dengan kata lain, orang cerdas adalah orang yang selalu ingat akan
kematian. Bagai orang yang akan bepergian jauh, maka orang cerdas akan
mempersiapkan segala perbekalannya, merencanakan kejelasan tujuannya, dan
suasana apa yang hendak dirasakan setelah tiba di tempat tujuan. Dan orang
bodoh adalah orang yang melakukan perjalanan tanpa jelas tujuannya.
Hampir seluruh prosesi ibadah haji memberi
kesan dan pesan agar pelakunya mengingat pada kematian. Mandi ihram
mengingatkan jenazah diri kita akan dimandikan. Memakai pakaian ihram yang
hanya dibalut kain putih mengingatkan jenazah kita akan dikafani kain putih.
Shalat sunnah ihram mengingatkan pada jenazah kita yang akan dishalatkan.
Perjalanan kita menuju Rumah Allah mengingatkan ruh kita akan bertemu Allah
swt.
Salah seorang jamaah umroh saat akan berpisah dengan para keluarga yang mengantarnya di bandara, berkata, “Saya seperti akan meninggal dunia saja”. Keluarga yang mengantarnya berkata, “Mengapa emak berkata demikian? Kami berharap Emak selamat sampai kembali ke Tanah Air”. Ibu itu berkata, “Bagaimana Emak tidak merasa seperti mati? Bukankah saat Emak wafat nanti akan diantar oleh kalian semua? Namun pada saat Emak dimasukkan dalam kubur nanti, kalian tidak ikut masuk ke dalam kuburan? Nah, begitu juga dengan. Emak. Kalian berbondong mengantar Emak ke bandara, namun saat Emak naik pesawat dan berangkat ke Mekkah, kalian tidak bisa ikut dan kembali ke rumah masing-masing?”
Salah seorang jamaah umroh saat akan berpisah dengan para keluarga yang mengantarnya di bandara, berkata, “Saya seperti akan meninggal dunia saja”. Keluarga yang mengantarnya berkata, “Mengapa emak berkata demikian? Kami berharap Emak selamat sampai kembali ke Tanah Air”. Ibu itu berkata, “Bagaimana Emak tidak merasa seperti mati? Bukankah saat Emak wafat nanti akan diantar oleh kalian semua? Namun pada saat Emak dimasukkan dalam kubur nanti, kalian tidak ikut masuk ke dalam kuburan? Nah, begitu juga dengan. Emak. Kalian berbondong mengantar Emak ke bandara, namun saat Emak naik pesawat dan berangkat ke Mekkah, kalian tidak bisa ikut dan kembali ke rumah masing-masing?”
Ada sabda Nabi saw yang berbunyi, “Apabila
manusia mati, maka terputuslah amalnya kecuali tiga hal; shodaqoh jariyah, ilmu
yang bermanfaat, dan anak sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya.” Hadist ini bukan menjelaskan bahwa pahala
yang pernah ditanamnya akan terputus, akan tetapi saat manusia wafat, maka ia
tidak bisa lagi beramal. Ia tidak bisa lagi melaksanakan shalat, membaca quran,
bersedekah, dan lainnya. Sehingga pahala ibadah tersebut hanya dapat diciptakan
pada saat ia masih hidup. Namun tiga amalan yang disebutkan nabi saw dalam
hadist ini justru sebaliknya. Meski pelakunya sudah tidak produktif
menghasilkan pahala karena terputusnya amal, namun tiga amalan itu justru
mengalir terus pahalanya.
Dengan demikian, mengingat kematian bukanlah
membuat lemah semangat berprestasi. Sebaliknya, mengingat kematian akan membuat
etos kerja meningkat. Mengapa? Karena ia harus mendapat penghasilan lebih agar
dapat bersedekah jariyah, ia mampu membeli tanah atau gedung untuk diwakafkan
agar mendapat pahala yang terus mengalir. Ia juga akan semangat menuntut ilmu,
agar ilmunya dapat diamalkan dan berpahala mengalir walau ia pada akhirnya akan
wafat. Ia juga akan semangat membangun generasi yang shalih, baik pada anak
biologisnya maupun anak ideologisnya. Sehingga anak didiknya mendoakan dirinya
meski ia sudah wafat.
Jadi, haji adalah training mengingat kematian.
Dan orang yang mengingat kematian adalah orang cerdas. Dan orang yang cerdas
adalah yang bekerja keras, ikhlas, mawas, berprestasi dan dapat meninggalkan
sesuatu yang terus bermanfaat meski dia telah wafat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar