Rabu, 23 Juni 2010

Tahapan Mencegah Perzinahan

“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan orang-orang yang beriman.” (QS. An-Nuur: 2)

Banyak orang yang sinis dengan hukum Islam yang tegas terhadap pelaku kriminial berat, seperti sangsi terhadap pelaku perzinahan, pembunuhan dan pencurian. Mereka –yang mayoritas kaum liberalisdan islamfhobis– selalu mengkritik syariat Islam yang kejam dan bengis. Salah satunya adalah hukum cambuk dan rajam bagi pelaku zina. Mereka tidak melihat syariat dan ajaran Islam yang utuh, lengkap dan sinergis.

Islam tidak begitu saja semena-mena menerapkan hukuman dan sangsi berat bagi pelaku Kriminal, melainkan Islam juga menawarkan perangkat-perangkat pencegahan perbuatan tersebut. Namun, jika perangkat-perangkat itu masih saja tidak diindahkan dan ajaran Islam dilanggar, maka Islam serius dalam menerapkan sangsi berat, demi tertatanya aturan sosial.
Islam telah menawarkan adab dan aturan untuk manusia, sehingga manusia akan terhindar dari perbuatan zina. Adab, aturan dan perangkat yang dapat mencegah dari perbuatan zina antara lain.

Pertama, manusia diperintahkan menutup aurat. Ajaran Islam telah menetapkan, bahwa aurat laki-laki adalah antara pusar dan lutut. Dan aurat wanita adalah seluruh tubuhnya kecuali muka dan telapak tangan. Jika saja manusia melaksanakan aturan ini dengan konsisten, maka kita yakin manusia akan terhindar dari perbuatan zina. Masalahnya adalah mengumbar aurat kini menjadi tontonan kita sehari-hari, baik lewat media maupun di seluruh tempat kerja, pasar, mall, jalan dan lain-lain. Bahkan membuka aurat menjadi salah satu kebanggaan suatu status sosial. Allah SWT berfirman: “Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka." Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. Al-Ahzab: 59)

Kedua, Islam telah mengajarkan adab memandang, yakni agar kita menundukkan pandangan. Perintah ini bukan hanya saat orang yang dipandang terbuka auratnya, namun bahkan kepada yang tertutup auratnya sekalipun (hanya muka dan telapak tangan yang terbuka). Apalagi jika auratnya terbuka, maka perintah menundukkan pandangan lebih luas lagi. Jika setiap kita menjalankan ajaran adab memandang ini, maka kecil kemungkinan terjadi perzinahan. Firman Allah swt: Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat." (QS. An-Nur: 30)
Juga firman Allah SWT: “Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, (QS. Aln-Nuur: 31)

Ketiga, Ajaran Islam mengajarkan kita akan adab memasuki rumah atau bertamu. Yakni tidak diperbolehkan memasuki rumah kecuali dengan memberi salam dan diberi izin masuk. Sebab boleh jadi, pemilik rumah sedang dalam keadaan tidak pantas terlihat, atau sedang istirahat dan tidak boleh diganggu. Firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu, agar kamu (selalu) ingat” (QS. An-Nuur: 27)
Keempat, bukan hanya itu, Islam pun mengajarkan kita akan adab memasuki kamar anggota rumah kita sendiri, yakni tidak memasuki kamar anggota rumah tangga di waktu-waktu tertentu. Karena waktu-waktu itu adalah waktu-waktu istirahat yang mungkin saja anggota keluarga sedang terbuka auratnya, atau sedang tidak pantas dipandang. Firman Allah SWT: “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak/pembantu (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig di antara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum sembahyang subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sembahyang Isya'. (Itulah) tiga 'aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebahagian kamu (ada keperluan) kepada sebahagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS. An-Nuur: 58).

Kelima, ajaran Islam mengajarkan kepada kita akan larangan berduaan berlainan jenis yang bukan mahramnya. Rasulullah saw bersabda, “Janganlah sekali-kali seorang laki-laki berduaan dengan seorang wanita, karena pihak ketiganya adalah syaitan” (HR: Ibnu Majah)
Begitulah ajaran Islam yang sangat preventif akan terjadi perzinahan. Oleh karena itu, jika masih terjadi perzinahan maka berarti kita tidak pernah mengindahkan ajaran Islam yang sangat sopan itu. Wajar, jika sangsi berat diterapkan Allah bagi pelaku zina. Jadi, ajaran Islam jangan dilihat sangsinya saja, tapi harus dilihat secara utuh dan integral. Wallahu a’lam

(jamhuri)

Selasa, 08 Juni 2010

Sifat-sifat Bani Israel Dalam Al-Qur’an

Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar." (QS. Al-Isra: 4)

Peristiwa penembakan dan tindakan brutal Israel pada para relawan Gaza di atas kapal Mavi Maramara baru-baru ini memperjelas kebenaran firman Allah swt di atas, bahwa orang-orang Bani Israel selalu bersikap “menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.”

Shadaqollahul Azhim, Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya. Apa yang difirmankan Allah memang selalu benar. Hanya saja, kita yang kurang menyimak ayat-ayat Allah. Banyak informasi yang disampaikan Allah SWT tentang sifat dan sikap Bani Israil (keturunan Israil) atau bangsa yahudi dahulu yang masih rekevan dengan era sekarang.

Anehnya, justru orang Yahudi meyakini adanya kebenaran sifat mereka dalam al-Quran, sementara sebagian umat Islam malah mendukukng sikap Yahudi. Dalam sebuah usaha diplomasi perdamaian melalui jalur budaya dan agama, guru besar Universitas Al-Azhar Cairo, Syeikh Mutawalli Sya’rawi saat diutus Mesir sebagai delegasi perundingan menceritakan, bahwa syarat mutlak yang diajukan Israel untuk menciptakan perdamaian adalah agar ulama Islam menghapus ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan peneyebutan sifat dan sikap Bani Israiil yang terdapat dalam al-Quran. Tentu saja permintaan ini tidak akan pernah diterima umat Islam. Ini menunjukkan bahwa orang Yahudi sendiri sadar bahwa sikap dan sifat mereka yang terdapat dalam al-Quran diakui mereka sendiri.

Beberapa sifat kaum yahudi atau Bani Israil yang diceritakan al-Qur’an cukup banyak. Dalam tulisan ini hanya disebutkan sebagian kecilnya. Antara lain:

Pertama, sering melakukan kerusakan, arogan dan berlaku sombong, sebagaimana yang disebutkan pada ayat di atas (QS. Al-Isra: 4)

Kedua, melakukan pembunuhan. Jangankan hanya sekedar membunuh para relawan kemanuisaan dan bangsa Palestina, membunuh para Nabi yang mulia pun bagi mereka bukan suatu kesalahan. Firman Allah SWT: “Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas” (QS. Al-Baqarah: 61)

Ketiga, selalu menyalakan api peperangan. Sebelum kedatangan Muhajirin ke kota Madinah, yang saat itu bernama Yatsrib, kondisi di sana selalu kacau dan terjadi permusuhan antara suku Aus dan Khozroj. Kaum Yahudi-lah yang selalu mengadu domba mereka karena mempunyai kepentingan menjual senjata kepada mereka, selain ekonomi Madinah pun saat itu dapat dikuasai kaum Yahudi. Allah SWT berfirman: “Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS. Al-Maidah: 64)

Keempat, orang Yahudi tidak berani melawan kaum muslimin jika sama-sama mengangkat senjata dengan seimbang. Mereka berani hanya dengan orang lemah dan bertempur di balik benteng kokoh serta tembok-tembok besar. Firman Allah SWT: “Mereka tidak akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok” (QS. Al-Hasyr: 14)

Penyerangan kepada para relawan yang tidak membawa senjata adalah bukti kebenaran firman Allah, dan pembangunan tembok “rasial” yang dibangun Yahudi akhir-akhir ini juga semakin memperkuat kebenaran firman Allah SWT.
Kelima, Orang Yahudi membangun dan mengembangkan system ekonomi ribawi. Sehingga mereka dapat menguasai ekonomi dunia, dan dunia bertekuk lutut karena dililit hutang dan bunganya. Firman Allah SWT, “Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih” (QS. An-Nisaa: 61)

Para ahli sejarah menganalisa, bahwa terjadinya perang dunia I dan II adalah akibat provokasi kaum Yahudi. Kemudian tatkala bangsa-bangsa dunia sibuk dengan peperangan, diam-diam mereka mengumpulkan dan menyimpan emas. Usia perang, banyak negera-negara dunia hancur lebur dan membutuhkan pembagunan kembali Negara mereka, sementara ekonomi mereka terpuruk. Jadilah Negara-Negara tersebut –terutama Negara berkembang- meminta pinjaman dana asing yang mayoritas telah dikuasai bangsa yahudi yang berada di Eropa dan Amerika. #
Wallahu a’alam