Selasa, 08 Juni 2010

Sifat-sifat Bani Israel Dalam Al-Qur’an

Dan telah Kami tetapkan terhadap Bani Israil dalam Kitab itu: "Sesungguhnya kamu akan membuat kerusakan di muka bumi ini dua kali dan pasti kamu akan menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar." (QS. Al-Isra: 4)

Peristiwa penembakan dan tindakan brutal Israel pada para relawan Gaza di atas kapal Mavi Maramara baru-baru ini memperjelas kebenaran firman Allah swt di atas, bahwa orang-orang Bani Israel selalu bersikap “menyombongkan diri dengan kesombongan yang besar.”

Shadaqollahul Azhim, Maha Benar Allah dengan segala firman-Nya. Apa yang difirmankan Allah memang selalu benar. Hanya saja, kita yang kurang menyimak ayat-ayat Allah. Banyak informasi yang disampaikan Allah SWT tentang sifat dan sikap Bani Israil (keturunan Israil) atau bangsa yahudi dahulu yang masih rekevan dengan era sekarang.

Anehnya, justru orang Yahudi meyakini adanya kebenaran sifat mereka dalam al-Quran, sementara sebagian umat Islam malah mendukukng sikap Yahudi. Dalam sebuah usaha diplomasi perdamaian melalui jalur budaya dan agama, guru besar Universitas Al-Azhar Cairo, Syeikh Mutawalli Sya’rawi saat diutus Mesir sebagai delegasi perundingan menceritakan, bahwa syarat mutlak yang diajukan Israel untuk menciptakan perdamaian adalah agar ulama Islam menghapus ayat-ayat al-Quran yang berkaitan dengan peneyebutan sifat dan sikap Bani Israiil yang terdapat dalam al-Quran. Tentu saja permintaan ini tidak akan pernah diterima umat Islam. Ini menunjukkan bahwa orang Yahudi sendiri sadar bahwa sikap dan sifat mereka yang terdapat dalam al-Quran diakui mereka sendiri.

Beberapa sifat kaum yahudi atau Bani Israil yang diceritakan al-Qur’an cukup banyak. Dalam tulisan ini hanya disebutkan sebagian kecilnya. Antara lain:

Pertama, sering melakukan kerusakan, arogan dan berlaku sombong, sebagaimana yang disebutkan pada ayat di atas (QS. Al-Isra: 4)

Kedua, melakukan pembunuhan. Jangankan hanya sekedar membunuh para relawan kemanuisaan dan bangsa Palestina, membunuh para Nabi yang mulia pun bagi mereka bukan suatu kesalahan. Firman Allah SWT: “Lalu ditimpahkanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para Nabi yang memang tidak dibenarkan. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas” (QS. Al-Baqarah: 61)

Ketiga, selalu menyalakan api peperangan. Sebelum kedatangan Muhajirin ke kota Madinah, yang saat itu bernama Yatsrib, kondisi di sana selalu kacau dan terjadi permusuhan antara suku Aus dan Khozroj. Kaum Yahudi-lah yang selalu mengadu domba mereka karena mempunyai kepentingan menjual senjata kepada mereka, selain ekonomi Madinah pun saat itu dapat dikuasai kaum Yahudi. Allah SWT berfirman: “Setiap mereka menyalakan api peperangan Allah memadamkannya dan mereka berbuat kerusakan dimuka bumi dan Allah tidak menyukai orang-orang yang membuat kerusakan.” (QS. Al-Maidah: 64)

Keempat, orang Yahudi tidak berani melawan kaum muslimin jika sama-sama mengangkat senjata dengan seimbang. Mereka berani hanya dengan orang lemah dan bertempur di balik benteng kokoh serta tembok-tembok besar. Firman Allah SWT: “Mereka tidak akan memerangi kamu dalam keadaan bersatu padu, kecuali dalam kampung-kampung yang berbenteng atau di balik tembok” (QS. Al-Hasyr: 14)

Penyerangan kepada para relawan yang tidak membawa senjata adalah bukti kebenaran firman Allah, dan pembangunan tembok “rasial” yang dibangun Yahudi akhir-akhir ini juga semakin memperkuat kebenaran firman Allah SWT.
Kelima, Orang Yahudi membangun dan mengembangkan system ekonomi ribawi. Sehingga mereka dapat menguasai ekonomi dunia, dan dunia bertekuk lutut karena dililit hutang dan bunganya. Firman Allah SWT, “Dan disebabkan mereka memakan riba, padahal sesungguhnya mereka telah dilarang daripadanya, dan karena mereka memakan harta benda orang dengan jalan yang batil. Kami telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir di antara mereka itu siksa yang pedih” (QS. An-Nisaa: 61)

Para ahli sejarah menganalisa, bahwa terjadinya perang dunia I dan II adalah akibat provokasi kaum Yahudi. Kemudian tatkala bangsa-bangsa dunia sibuk dengan peperangan, diam-diam mereka mengumpulkan dan menyimpan emas. Usia perang, banyak negera-negara dunia hancur lebur dan membutuhkan pembagunan kembali Negara mereka, sementara ekonomi mereka terpuruk. Jadilah Negara-Negara tersebut –terutama Negara berkembang- meminta pinjaman dana asing yang mayoritas telah dikuasai bangsa yahudi yang berada di Eropa dan Amerika. #
Wallahu a’alam

Tidak ada komentar: