Menagapa kata “bismillahirrohmanirrohim” selalu
tercantum di setiap permulaan surat? Mengapa setiap memulai suatu pekerjaan
atau aktifitas yang baik disunnahkan membaca “bismillahirrohmanirrohim”?
Karena dalam kata itu mengandung pesan bahwa sifat Allah
swt adalah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Dan Allah swt menginginkan kita
agar bersifat kasih dan sayang. Rasulullah saw bersabda,
الراحمون يرحمهم الرحمن ارحموا
من فى الارض يرحمكم من فى السماه
Orang yang berkasih sayang akan dikasihi oleh Allah yang
Maha Pengaish, maka kasihilah mereka yang ada di bumi, maka engkau akan
dikasihi oleh yang ada di langit.
Hadist ini memerintahkan kita agar menebar kasih sayang.
Bukan hanya kepada sesama muslim, bahkan kepada siapa saja yang ada di bumi,
termasuk kepada orang kafir yang tidak memerangi. Bukan hanya kepada manusia,
bahkan kepada hewan. Bukankah seorang pelacur dimasukkan surga akibat karena
mengasihi seekor anjing yang sedang kehausan?
Suatu hari, setelah Rasulullah saw wafat dan selesai
dikebumikan, Abu Bakar ra bertanya kepada putrinya yang juga isteri Rasulullash
saw; Aisyah, “Wahai putriku, adakah kebiasaan Rasulullah saw yang belum pernah
aku lakukan selama ini?” pertanyaan itu diajukan karena Abu Bakar ingin
mengikuti segala sunnah Nabi saw. Aisyah ra menjawab, “Wahai ayahanda,
sepertinya... segala perbuatan dan kebiasaan Nabi saw telah engkau ikuti dan
jalankan. Hanya saja ada satu kebiasaan beberapa hari sebelum beliau wafat yang
belum ayahanda lakukan.” Abu Bakar penasaran bertanya, “Kebiasaan apa itu wahai
putriku?” Aisyah ra menjawab, “Rasulullah setiap sore mengunjungi seorang
pengemis buta Yahudi di ujung jalan. Beliau selalu membawa roti dan
menyuapkannya kepada orang tua buta pengemis itu. Meskipun sang Yahudi pengemis
kita selalu berkata pada setiap orang yang melintasnya “Awas! Muhammad itu
penyhir, awas ! Muhammad itu pendusta”. Namun Rasulullah saw terus mendatangi
dan menyuapi orang tua pengemis itu.”
Segera setelah mendengar cerita Aisyah, Abu Bakar di
sore hari membawa roti dan mendatangi pengemis tua itu di tempat biasa duduk.
Sampai disana, Abu Bakar langsung menyuapi pengemis itu dengan roti yang
dibawanya. Pengemis itu kaget, karena dia merasa orang yang menyuapinya saat
ini berbeda dengan yang biasa datang. Maka pengemis itu bertanya, “Siapakah
Anda? Sepertinya Anda bukan orang yang biasa datang?” Abu Bakar menjawab,
“Benar, aku bukan orang yang biasa datang, tapi aku ingin mengikuti kebiasaan
dia.” Yahudi pengemis bertanya, “Jika demikian siapa Anda ini?” Abu Bakar
menjawab, “Saya adalah sahabat orang yang biasa datang ke sini.”. Pengemis
bertanya penasaran, “Mengapa orang yang biasa datang ke sini tidak datang hari
ini?. Dia –sebelum menyuiapiku- terlebih dahulu melumatkan rotinya. Sedangkan
engkau tidak seperti dia.” Abu Bakar menjawab, “Orang yang biasa datang
kepadamu telah wafat belum lama ini.” Pengemis Yahudi bertanya lagi, “Memang
siapa sebenarnya orang yang biasa datang itu?.” Abu Bakar ra menjawab, “Beliau
adalah Muhammad Rasulullah saw.” Mendengar kata “Muhammad” disebut Abu Bakar,
pengemis itu bergetar seluruh tubuhnya. Dia merasa bersalah, sebab orang yang
biasa dia fitnah dan caci, ternyata dia adalah Rasulullah saw yang sangat
mengasihinya dan peduli padanya. Setiap sore hari membawakan roti,
melumatkannya lalu menyuapi pengemis tua itu. Jantung pengemis itu berdegup kencang,
hatinyanya bergetar. Lalau dia berkata kepada Abu Bakar, “Wahai sahabat
Muhammad, saksikanlah aku bersaksi bahwa Tiada Tuhan selain Allah dan aku
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah.” Yahudi pengemis itu bersyahadat
masuk ke dalam agama Islam.
Pada saat posisi Rasulullah saw di atas angin mengahadapi
penduduk Makkah pada peristiwa penaklukkan Makkah, Rasulullah saw tidak
merendahkan bahkan tidak membalas dendam kezaliman mereka. Meskipun dahulu Rasulullah
saw dilempari kotoran unta, dicaci-maki dan dihinakan bahkan sebagian pengikut
beliau disiksa dengan keji, namun saat peristiwa Fathu Makkah (penakulkkan
Makkah) beliau justru berkata dengan kata-kata yang sangat bijak, “Al-Yaum
yaumul marhamah” (hari ini adalah hari kasih sayang). Dan beliau berkata di
hadapan seluruh penduduk Makkah, “Antum al-Thulaqo” (kalian bebas merdeka).
Kisah-kisah di atas menepis anggapan bahwa Islam adalah
agama radikal dan ekstrim. Karena Islam bukan hanya mengajarkan akhlak dalam
pergaulan sehari0hari saja, bahkan mengajarkan akhlak saat berperang. Baik
terhadap ibu dan anak-anak, orang tua renta serta para pendeta dan rumah
ibadah. Tidak boleh dibunuh dan dihancurkan meski dalam peperangan sekalipun.
Kasih Sayang Sesama Muslim.
Bila mengasihi seluruh makhluk saja begitu diperintah,
maka terlebih lagi mengasihi sesama muslim. Rasulullah saw bersabda,
“Perumpamaan orang-orang muslim dalam kecintaan dan
saling kasih-sayangnya bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh
merasa sakit maka seluruh tubuh ikut merasakan sakit dan tidak bisa tidur
(empati).”
Sebelum peristiwa hijrah, penduduk Madinah yang terdiri
dari suku Aus dan suku Khojroj, selama ratusan tahun lamanya selalu bermusuhan
dan berperang. Namun sejak peristiwa hijrah, bukan hanya sesama mereka menjadi
bersaudara, bahkan antara mereka dengan kaum Muhajirin yang berasal dari Makkah
pun hidup dalam suasana saling menyayangi dan mengasihani. Bahkan dengan kaum yang berasal dari Persia dan
Ethiopia seperti sahabat Salman al-Fairisi dan Bilal bin Rabah al-Habasti pun
mereka dapat saling menyayangi.
Allah swt menggambarkan suasana persaudaraan antara kaum
Anshar dan Muhajirin dengan firmanNya:
وَالَّذِينَ
تَبَوَّءُوا الدَّارَ وَالْإِيمَانَ مِنْ قَبْلِهِمْ يُحِبُّونَ مَنْ هَاجَرَ
إِلَيْهِمْ وَلَا يَجِدُونَ فِي صُدُورِهِمْ حَاجَةً مِمَّا أُوتُوا وَيُؤْثِرُونَ
عَلَى أَنْفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
“Dan orang-orang yang telah menempati kota Madinah dan telah beriman
(Anshor) sebelum (kedatangan) mereka (Muhajirin), mereka (Anshor) 'mencintai'
orang yang berhijrah kepada mereka (Muhajirin). Dan mereka (Anshor) tiada
menaruh keinginan dalam hati mereka terhadap apa-apa yang diberikan kepada
mereka (Muhajirin); dan mereka mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri
mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan” (QS,
Al-Hasyr: 9)
Dewasa ini masalah pengungsi menjadi masalah dunia.
Hingga PBB membetuk badan khusus yang menangani masalah pengungsi (UNHCR).
Problema yang ditimbulkan akibat pengungsian adalah pengadaan tempat tinggal,
bahan makanan dan pakaian serta unemployment atau job loss. Masalah itu akan
timbul saat terjadi hijrah (pengungsian), namun dengan kasih sayang dan
persaudaraan yang ditanamkan oleh Rasulullah saw kepada setiap muslim, maka
masalah ekonomi yang ditimbulkan akibat pengungsian tidak terjadi. Karena para
sahabat Anshar menyambut kaum Muhajirin seperti saudara mereka sendiri. Mereka
tinggal di rumah-rumah penduduk Madinah, makan bersama mereka dan memakai
pakaian yang disediakan penduduk Madinah. Tidak perlu tenda darurat atau jatah
makanan tertentu atau pembagian pakaian layak pakai. Mereka hidup seperti di
tengah-tengah saudara sendiri.
Semoga di zaman ini muncul kaum muslimin yang saling
mengaishi seperti yang terjadi di zaman para Sahabat Rasulullah saw. Amin.