Oleh : Muhammad Jamhuri
Siapa yang tidak mengenal Nabi
Yusuf as? Semua kita mengenalnya. Allah menceritakan kisah nabi Yusuf as dalam
satu surat utuh; surat Yusuf. Allah juga menyebut kisah nabi Yusuf sebagai
kisah terbaik (ahsaul qoshosh).
Tentu saja diceritakannya kisah
nabi Yusuf bukan sekedar cerita pengantar tidur, akan tetapi agar menjadi
panutan bagi siapapun. Karena ahli bahasa mendefinisikan “kisah” adalah ‘tatabbu’ maa madho” (mengikuti dan menapak
tilasi apa yang telah lewat).
Di mulai dari masa remaja Yusuf
as yang mendapat kasih sayang istimewa ayahnya, membuat saudara-saudaranya iri hati
dan dengki. Mereka pun berencana ingin melenyapkan Yusuf as. Membunuhnya. Akan tetapi dicegah oleh salah seorang dari mereka. Nabi Yusuf as pun
dilempar di kedalaman sebuah sumur yang jauh dari kampungnya. Kemudian dengan
berita hoax dan pencitraan seolah-olah bersedih kehilangan Yusuf as, saudaranya
membawa pakaian Yusuf yang dilumuri darah hoax (dam kadzib), lalu melaporkan
nasib Yusuf as dan membohongi ayah mereka bahwa yusuf telah wafat dimakan
seekor srigala. Betapa kejinya perbuatan mereka terhadap Yusuf as dan
membohongi ayah mereka sendiri.
Namun seiring perjalanan waktu,
Nabi Yusuf as mendapat jabatan penting di negara Mesir. Tidak
tanggung-tanggung, beliau menjabat sebagai menteri perbendahaaraan negara.
Semua kebijakan keuangan dan logistik berada dalam genggamannya. Di
tengah-tengah kekuasaan yang paling tinggi itu, tiba-tiba saudara-saudara Yusuf
as minta belas kasih karena kehabisan pangan akibat musim peceklik selama tujuh
tahun. Apakah Nabi Yusuf as lantas mendendam kepada saudara-saudaranya yang
telah menghinakannya dan menjerumuskannya ke dalam lubang sumur dahulu? Apakah
Nabi Yusuf as mengusir mereka dari Istana? Tidak, bahkan beliau menjamu mereka
dengan baik, menempatkan mereka dan ayahnya di posisi yang mulia. Subhanallah.
Kekuasaan tidak menjadikannya lupa diri. Namun tetap santun dan pemaaf.
Senada dengan Yusuf as, Nabi
Muhammad saw saat di Mekkah sering dihinakan, dicaci-maki, dilempari kotoran
bahkan dituduh berkali-kali sebagai tukang sihir dan orang gila. Bahkan setelah
wafatnya Khadijah dan Abu thalib, beliau direncakan akan dilenyapkan dan
dibunuh. Bahkan saat akan datang beribadah umroh pun beliau dicegahnya masuk ke
Makkah. Akan tetapi, apakah saat beliau di puncak kekuasaannya dan saat Makkah
dapat ditaklukkannya beliau membabat habis penduduk Makkah? Tidak, beliau malah
mendeklarasikan hari itu sebagai hari kasih sayang. Beliau berkata, “Al-Yaum
yaum al-marhamah” (Hari ini adalah hari kasih sayang). Padahal saat itu
kaum Quraisy sudah menduga-duga bahwa mereka akan dihabisi sehabis-habisnya
mengingat kezhaliman yang mereka telah lakukan kepada beliau. Hingga mereka
menduga hari itu adalah Hari Pembantaian (Yaum al-Malhamah). Namun Rasulullah
saw malah mendeklarasikan hari itu sebagai Yaum al-Marhamah (hari kasih sayang).
Para pengamat menilai, bahwa
dahulu Prabowo lah yang mengangkat dan mengantarkan Jokowi dan Ahok menjadi
Gubernur dan wakil gubernur DKI Jakarta. Namun kali ini mereka justru berusaha
menjegal Prabowo naik kursi presiden dengan cara-cara kecurangan yang ramai
diberitakan. Meski demikian, jika suatu saat beliau diumumkan sebagai pemenang
dalam pilpres ini, hendaklah meneladani kedua Nabi di atas. Tetap santun dan
pemaaf. Meski sudah berada di puncak kekuasaan. Meski secara manusiawi beliau
merasakan sakit dan pedih. Namun, seorang negarawan dan pemimpin bangsa, adalah
seorang yang mengayomi seluruh anak bangsa. Menghilangkan rasa dendam dan
menata negeri ini kembali baik. Kecuali mereka akan tetap melakukan kejahatan
lagi.
Wallahu a’lam bish showab
Rumpin, 28 April 2019.
Muhammad Jamhuri