Seri Taujih Kemenangan
Mengapa Nabi saw saat berhijrah
harus sembunyi-sembunyi? Mengapa beliau repot-repot memulai keberangkatannya menuju Madinah melalui arah selatan sementara Madinah
berada di utara Makkah? Mengapa harus bersembunyi dahulu selama tiga hari di Gua
Tsur sebelum melanjutkan ke Madinah? Apakah Nabi saw takut kepada manusia?
Apakah Nabi tidak yakin bahwa beliau akan dilindungi oleh Allah swt?. Tidak, semua langkah-langkah itu
dilakukan untuk memberi pelajaran kepada umatnya bahwa umatnya tidak boleh
meninggalkan usaha lahiriyah, sebagaimana tidak boleh juga meninggalkan usaha
batiniyah.
Terkadang dalam mencapai suatu
cita-cita kita hanya mengandalkan do’a tanpa usaha. Atau mengandalkan usaha dan
kerja keras tanpa do’a. Sikap itu tentu saja tidak benar. Karena tidak ada keseimbangan. Sedangkan Allah
swt meletakkan alam ini dengan segala keseimbangan. Dan melarang kita melewati
neraca keseimbangan. Firman Allah swt:
وَالسَّمَاءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الْمِيزَانَ . أَلَّا تَطْغَوْا فِي الْمِيزَانِ
“Dan Allah telah meninggikan langit
dan Dia meletakkan neraca (keseimbangan). Hendaklah kamu jangan melampaui batas
tentang neraca (keseimbangan) itu”. (QS.al-Rahman 7-8)
Saat seorang sahabat datang ke majlis Rasulullah saw,
Nabi saw bertanya padanya, “Di mana kau meletakan unta-mu?”. Sahabat itu
menjawab, “Saya lepas di luar?”. Nabi saw bertanya, “Tidakkah kau ikat unta
itu?” Sahabat itu menjawab, “Saya sudah tawakkal (berserah diri) pada Allah”.
Nabi saw bersabda, “Ikatlah ia, kemudian barulah bertawakkal kepada Allah”.
Pesan Nabi saw ini mengisyaratkan kepada kita,
tidak cukup bertawakkal tanpa usaha lahiriyah berupa mengikat unta terlebih
dahulu.
Ketika serombongan pasukan muslim berjalan akan
melewati suatu daerah yang terkena wabah penyakit menular, Umar bin Khattab
memerintahkan rombongan untuk melewati jalur lain, agar tidak tertular. Namun
ada sebagian sahabat yang berkata dengan penuh keyakinan, “Bukankah kita akan
ditentukan oleh takdir. Jika Allah mentakdirkan kita sakit maka sakitlah kita,
dan jika tidak ditakdirkan sakit, kita pun akan sehat?”. Namun Umar bin Khattab
berkata, “Kita menghindar dari satu takdir ke takdir lain”.
Saudara, dalam suatu perjuangan kita tidak cukup
hanya usaha batiniyah. Shalat dan berdoa saja tanpa usaha lahiriyah.
Sebagaimana tidak cukup dengan hanya mengandalkan usaha lahiriyah. Strategi dan
logistik. Namun keduanya harus kita jalankan dengan keseimbangan.
Ada lima kondisi terkait hubungan antara usaha
lahiriyah dan usaha batiniyah:
- Jika kita hanya mengambil usaha lahiriyah tanpa usaha batiniyah, maka kita dapati kebahagiaan secara lahiriyah, namun sengsara secara batiniyah
- Jika kita hanya mengambil usaha batiniyah tanpa usaha lahiriyah, maka kita dapati kebahagiaan secara batiniyah, namun sengsara secara lahiriyah.
- Jika kita meninggalkan keduanya, maka akan sengsara secara lahiriyah dan batiniyah.
- Jika kita mengambil keduanya, maka akan bahagia secara lahiriyah dan batiniyah
- Terkadang usaha lahiriyah dikalahkan oleh usaha batiniyah. Terutama di kondisi-kondisi emergency. Sebagaimana diselamatkannya Nabi saw dari usaha pencarian dan pembunuhan saat bersembunyi di Gua Tsur pada peristiwa hijrah. Padahal kaum Quraisy hanya terhalang oleh sarang laba-laba yang rapuh itu untuk mendapatkan dan membunuh Nabi saw dan sahabatnya Abu Bakar Ash-Shddiq di dalam gua tersebut.
Intinya, kita tidak boleh meninggalkan salah satu
dari usaha lahiriyah dan usaha batiniyah. Karena dengan usaha lahiriyah dan
batiniyah yang maksimal, Allah akan membantu kita di luar jangkauan hukum alam.
Terutama di saat dalam kondisi emergency. Allah akan turun membantu kita.
Bukankah secara hukum alam, kobaran api seharusnya membakar tubuh Nabi Ibrahim
as?. Bukankah laut tidak dapat terbelah saat Musa as dan kaumnya tidak mendapat
tempat berlindung dari kejaran Fir’aun? Bukankah rumah laba-laba yang sangat
rapuh itu tidak dapat melindungi apalagi membentengi Nabi Muhammad saw dari
jangkauan kaum Quraisy?. Apa rahasianya sehingga hukum alam tunduk kepada
kemaslahatan manusia? Rahasianya adalah karena mereka para pejuang mengambil
dua usaha secara berimbang: usaha lahiriyah dan usaha batiniyah. Jika keduanya
dilaksanakan dengan maksimal, maka tangan Allah swt akan ikut membantu dan
bergerak menolong kita.
Wallahu a’lam bis showab
Rumpin, 3 April 2019
Muhammad Jamhuri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar