![]() |
Penyerahan sumbangan terpal kepada pesantren |
Kita juga masih dapat menikmati makan dengan menu yang kita ingini di rumah, atau bahkan kita sesekali dapat mengunjungi rumah makan favorit kita. Sedangkan saudara-saudara kita untuk makan harus menunggu uluran bantuan dari orang yang mau membantunya, dengan menu seadanya, tidak bisa memilih menu semaunya. Bahkan karena keterbatasan bantuan makanan, mereka harus berbagi makanan yang terbatas itu antara mereka.
Bagi sebagian kita yang memiliki atau mengelola lembaga, sekolah atau pesantren yang aman dari musibah gempa, masih dapat menjalankan proses kegiatan belajar dan mengajar (KBM) dengan normal. Guru dan murid berinteraksi dengan gembira dan ceria. Sementara saudara-saudara kita di Ciajur tidak dapat melakukan kbm-nya dengan normal. Bahkan sebagian murid dan santri harus diliburkan dari KBM karena masih khawatir dengan gempa-gempa susulan yang datang silih berganti. Agenda ujian akhur semester (UAS) atau Penilaian Akhir Semester (PAS) yang sejatinya akan berlangsung pekan-pekan ini pun harus mereka tunda karena situasi yang tidak memungkin.
Lebih parah lagi, bangunan pesantren yang mereka bangun secara "ngareureuyeuh" (sedikit demi sedikit) dengan gotong royong dan patungan donasi selama bertahun-tahun, lalu setelah menjadi gedung, kini harus runtuh dalam hitungan detik akibat gempa bumi ini.
Sebagian santri di beberapa pondok pesantren di Cianjur yang berasal dari luar Cianjur telah dipulangkan dan dijemput orang tua masing-masing karena khawatir dengan kondisi yang ada. Sebagian lagi santri yang berasal dari daerah Cianjur ada yang harus tetap tinggal di pesantren, karena kondisi kerusakan rumahnya lebih parah, sehingga lebih aman tinggal di pesantren. Dengan demikian pesantren menjadi rumah mereka, dan kyai menjadi orang tua mereka yang yang harus menutupi kebutuhan mereka sehari-hari.
Namun bagi pesantren-pesantren yang terkena dampak gempa bumi agak lebih ringan, masih tetap tidak dapat menjalankan aktifitas KBM-nya dengan normal juga, karena pesantrennya dijadikan posko-posko bantuan yang berasal dari berbagai element yang menitipkan bantuannya untuk warga terdampak musibah. Bahkan para kyai dan santrinya kini lebih sibuk karena harus mendistibusikan amanah donasi kepada warga yang terdampak musibah. Jadi meskipun pesantren-pesantren ini terlihat menerima sumbangan, namun sebenarnya mereka justru menjadi lembaga yang paling sibuk menyalurkan bantuan para dermawan kepada warga. Terlihat, proses KBM pun belum berjalan normal. Bahkan kyai dan santrinya ikut sibuk menyalurkan kepada warga-warga sekitar. Bahkan tidak sedikit pesantren-pesantren ini membuat tenda darurat dan dapur umum untuk melayani masyarakat terdampak musibah gempa.
Nah, dalam khutbah itu saya sampaikan, Apakah kita mau menjadi pihak yang menyumbang atau mau menjadi pihak yang disumbang? Jika mau disumbang berarti kita menyiapkan diri untuk menjadi pihak yang terkena bencana?. Jika mau menyumbang, maka bersyukurlah kita sedang tidak terkena bencana. Mungkin hari-hari ini Cianjur-lah yang mendapat giliran bencana. Tetapi bukan tidak mungkin bencana itu akan datang kepada kita. Karena itu sebelum kita mendapat giliran terkena bencana, marilah kita sisihkan sebagian rezeki kita untuk meringankan penderitaan saudara-saudara kita yang terkena musibah. Kita berharap sedekah yang kita keluarkan dapat menolak bala dan bencana yang akan menimpa kita, sebagaimana yang banyak dijelaskan oleh Nabi Muhammad saw di banyak hadistnya.
Semoga Allah swt segera mengangkat penderitaan saudara-saudara kita di Cianjur, semoga Allah berikan pahala kesabaran mereka, dan tetap menguatkan iman yang ada di dada mereka serta segera diberikan jalan kelar dan kemudahannya. Aamiin.