Sabtu, 28 Desember 2024

Memberi Motivasi Kepada Santri Al-Adzkar; "Fokuslah Dalam Meraih Cita-cita"

Berfoto bersama santri Al-Adzkar sebelum pamit pulang
Bogor - Senin - Selasa, 23- 24 Desember 2024 yang lalu, tepatnya satu - dua hari setelah kepulangan para santri Pesantren TEI Multazam, rumah kami kedatangan tamu-tamu mulia, mereka adalah para santri kelas 11 SMA Pesantren Al-Adzkar Pamulang, Tangsel, Banten, Mereka datang menginap di kediaman rumah kami.

Salah seorang guru mereka mengirim pesan kepada saya melalui WA, "Ustadz, anak-anak santri Al-Adzkar menginap di Multazam, kalau sempat ustdzd berikan motivasi kepada mereka", Saya menjawab, "Insya Allah".

Pagi hari setelah mereka sarapan dan sebelum berpamitan pulang, saya pun memberikan motivasi kepada mereka. Meski bicara saya kurang fasih akibat terkana stroke ringan dan baru kembali dari rumah sakit dua hari sebelumnya, saya pun memberikan motivasi melalui kisah hidup.

Suasna memberi motivasi di kediaman
"Saya ini teman pengasuh pesantren kalian Pesantren Al-Adzkar dan juga salah satu teman guru kalian, yaitu KH. Ali Rahmat Lc. MA dan Ust. Ahmad Supandi. Kami satu angkatan dan pernah satu kelas, bahkan pernah makan satu piring bersama saat mondok di Pesantren Daarul Rahman", Ujar saya memulai pembukaan.

Suatu kali pesantren Daarul Rahman tempat kami mondok kedatangan seorang syaikh yang juga dosen dan pengurus dari Universitas Islam Madinah, lalu sang syaikh melakukan muqobalah (interview) kepada lulusan santri terbaik, saat itu kami masih dalam masa pengabdian setelah lulus, maka dipanggillah 5 lulusann Daarul Rahman, temasuk saya dan KH. Ali Rahmat. Namun dari  5 orang santri, yang diterima hanya 2 orang, yaitu Ali Rahmat (kini pengasuh pesantren Al-Adkar) dan M. Faiz (Gus Faiz putra KH. Syukron Ma'mun).

Setelah mereka berangkat ke Madinah, kami sering saling berkirim surat (dahulu belum ada hp). Salah satu surat yang Ali Rahmat kirim kepada saya adalah, "Jam (panggilan saya Jamhuri), antum lebih pantas kuliah di sini. Usahakan urus bisa kuliah di sini." Dari surat itu, saya pun bersemangat. Saya urus Akte Kelahiran hingga menterjemah surat-surat ijazah, Surat kesehatan, SKKB dan lainnya ke dalama bahasa Arab via penterjemah resmi. Lalu berkas-berkas itu saya kirim ke 3 universitas di Arab Saudi; Universias Islam Madinah, Universitas Ummul Quro Makkah dan Universitas al-Imam di Riyadh.

Namun, bertahun-tahun ditunggu, tidak mendapat panggilan juga. Hingga tahun keempat, guru dan teman  menginformasikan ada kesempatan kuliah di Islamabad Pakistan. Saya pun mengurusnya. Dan akhirnya saya dan teman saya bernama Ali Fikri Noor (masih teman satu angkatan saat di Daarul Rahman) diterima kuliah di International Islamic University Islamabad (IIUI) Pakistan. Namun, setelah kuliah berjalan hampir satu semester, bekal uang saya pun hampir habis, karena bea siswa dari IIUI hanya cukup untuk makan selama sepekan setiap bulannya. Saya bingung, dan hanya bisa berdoa yang saya panjatkan, "Ya, Allah, saya masih mau kuliah, aku berserah diri padaMu, tentang bagaimanapun caranya".

Itulah doa yang saya panjatkan sehari-hari, sambil menawarkan diri dijadwal masak setiap hari bersama teman-teman Indonesia, agar dapat ikut serta makan bersama mereka. 

Pada suatu hari, di papan pegumuman kantor dekan di kampus Universitas ada panggilan untukku. Setelah saya datangi, saya diberi copy fax berbahasa Arab oleh kantor . Ternyata fax itu dikirim oleh keluarga saya yang mungkin mereka tidak paham dengan isi surat tersebut (dikira tulisan wirid dan doa). Ternyata surat itu surat pangggilan dan diterimanya saya di Universitas Ummul Quro Makkah-Saudi Arabia. Aku sempat bahagia bercampur bingung, oh ternyata pengajuan dan lamaran saya yang dikirim 4 tahun dan diajukan, baru diterima sekarang. Saya pun bingung antara lanjut di Islamabad atau Makkah, Istikhoroh pun dilakukan, namun masih belum mendapat keyakinan, apalagi saat bertanya kepada teman-teman dari Indonesia, merekapun ada yang menganjurkan saya agar tetap di Islamabad. Akhirnya saya istisyaroh (minta pendapat) kepada kyai saya. Saya menelpon beliau, dan jawabnya,, "Ambil Makkah, Insya Allah berkah". Akhirnya saya menuruti nasehat guru saya, Alhamdulilah,

"Nah, anak-anak, oleh karena itu fokuslah dalam meraih cita-cita dengan terus rajin belajar. Maka insya Allah kalian akan sukses meraih cita-cita. Kedua, jangan lupakan berdoa dan bertwakkal kepada Allah swt serta taat pada nasehat orang tua dan guru kalian". Ujar saya menutup pembicaraan.