"Sungguh dalam diri Rasulullah terdapat suri tauluadan yang baik buat kalian” (QS.Al-Ahzab: 21).
Sekian kali kita memperingati Maulid Nabi saw, sekian kali pula kita sering mendengarkan ayat di atas dari para muballigh. Namun, jarang sekali kita mencoba meneladani sikap dan amal Rasulullah saw. Padahal, jika umat meneladani Rasulullah saw, maka umat akan mendapat kejayaan dan kesuksesan.
Sahabat Abu Bakar Ash-Shiddiq adalah sahabat yang paling getol meneledani Rasulullah saw hingga masalah-masalah yang sepele. Sepeninggalnya Rasulullah saw, beliau masih bertanya kepada Aisyah, “Puteriku, adakah kebiasaan Nabi saw yang belum pernah aku lakukan?” Aisyah menjawab, “Tidak ada satupun kebiasaan Nabi yang pernah dilakukannya, kecuali engkau selalu meneladaninya.”
Tidak heran jika kemudian Abu Bakar dipercaya Nabi saw menggantikan beliau sebagai imam dalam shalat., tatkala Nabi saw jatuh sakit.
Muhammad al-Fatih yang hidup di zaman khilafah Utsmaniyah Turki (Dinasti Ottoman) adalah salah satu tokoh yang masuk dalam prediksi Nabi saw sebagai panglima terbaik dengan tentaranya yang terbaik pula. Padahal jarak antara masa hidup Nabi saw dan Muhammad al-Fatih adalah ribuan tahun. Al-Fatih dengan tentaranya mampu menjatuhkan kota Bizantium dan Konstatinopal yang pernah diprediksi Nabi saw akan jatuh ke tangan umat Islam dibawah pimpinan panglima terbaik.
Saat jantung Romawi itu jatuh ke tangan umat Islam, dan mulai akan didirikan shalat berjamaah pertama kali di ujung benua Eropa itu, tidak ada satu pun yang bersedia menjadi Imam, termasuk Muhammad al-Fatih. Akhirnya beliau mengumumkan kepada tentaranya, bahwa yang berhak menjadi imam adalah dia yang sejak akil baligh hingga saat kemenangan tu tidak pernah meninggalkan shalat tahajjudnya. Saat itu tidak satupun yang mengaku dan merasa. Akhirnya Muhammad al-Fatih lah yang menjadi imam, karena dialah yang sejak akil baligh tidak pernah meninggalkan shalat tahajjud.
Mengapa shalat tahajjud mempunyai kaitan dengan kemenangan? Kesuksesan dan kemuliaan? Karena sukses, kemenangan dan kemuliaan Nabi saw juga salah satunya ditopang dengan shalat tahajjud. Oleh sebab itulah shalat tahajjud bagi Nabi saw bukan sekedar amalan sunnah, tapi merupakan kewajiban. Firman Allah swt yang artinya: “Dan pada sebahagian malam hari bersembahyang tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji” (QS. Al-Israa: 79)
Tugas-tugas berat yang diemban Nabi saw juga ditopang dengan qiyamullail, sehingga beliau mampu mengemban tugas yang berat (qoulan tsaqilan). Firman Allah SWT, “Hai (Muhammad) yang berselimut! bangunlah (untuk sembahyang) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit. atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kapadamu perkataan yang berat. (QS. Al-Muzzammil: 1-5)
Oleh sebab itu, jika kita ingin sukses dalam mengemban amanat yang besar dan berat, maka hendaklah melaksanakan danmembiasakan qiyamullal (bangun malam untuk shalat), sebagaimana yang dicontohkan oleh Rasulullah saw.
Itu baru tahajjud atau qiyamullail. Bagaimana jika kita rajin menghidupkan sunnah-sunnah Rasulullah saw yang lain? Pasti kita akan mengalami kedahsyatan mengikuti sunnah Nabi saw.
Sebaliknya, orang yang meinggalkan sunnah Rasulullah saw, maka dia tidak akan sukses, atau terlambat dalam meraih kesuksesan. Pernah terjadi peristiwa, dimana kaum muslimin berperang begitu panjangnya memakan waktu, padahal kaum muslimin biasanya dengan mudah dan cepat memenangkan peperangan. Usut punya usut, ternyata tentara muslim banyak yang meninggalkan kebiasan bersiwak (sikat gigi dengan siwak) setiap sebelum wudhu atau sebelum shalat yang sangat disunnahkan oleh Nabi saw, Rasulullah saw bersabda, “Andai saja aku tidak memberatkan umatku, maka niscaya aku perintahkan mereka bersiwak setiap sebelum wudhu” ada riwayat lain “sebelum shalat”. (HR: Muslim)
Pengalaman Menghidupkan Sunnah:
Banyak di antara masyarakat Muslim yang mencoba menghidpukan sunnah Rasulullah saw, antara lain:
Pertama, Program Tahajjud Call (TC). Program ini pertama kali digagas oleh Manajemen Qalbu (MQ). Para anggota TC adalah mereka yang berkomitmen ingin membiasakan shalat tahajjud, Awalnya mereka hanya mempunyai beberapa anggota, namun kini hampir setiap daerah terdapat anggota TC. Cara kerja mudah saja, para anggota dikelompokkan dalam daerah tertentu, kemudian di daerah tersebut ditunjuk penanggung jawab, lalu secara bergilir para anggota diberi tugas membangunkan teman anggota di daerahnya di malam hari, yakni sekitar pukul 3 dini hari, kemudian mereka bangun dan shalat tahajjud di rumahnya masing-masing. Dalam sebulan –sebagai penyegaran dan tali silaturrahim antar anggota TC– mereka pun melakukan mabit bersama di masjid ,dan bersama-sama melaksanakan shalat tahajjud dan witir.
Kedua, Gerakan Nasional Shalat Dhuha, program ini digagas pertama kali oleh Daarul Qur’an, para peserta pengajian yang umumnya kaum eksekutif “diwajibkan” melaksanakan shalat dhuha sebelum memulai aktifitas kerjanya. Para manajer yang memiliki karyawan atau pegawai pun ikut membiasakan karyawannya melaksanakan shalat dhuha dan kultum sebelum memulai pekerjaan mereka.
Ketiga, program Usbu’ Ruhy (pekan peningkatan rohani/spritual), program ini diagagas oleh para aktivis dakwah. Biasanya dalam sepekan tertentu para anggota “diwajibkan” melakuakan aktifitas; shalat tahajjud, shalat dhuha, puasa ayyamul bidh, puasa senin-kamis, membaca al-Quran minimal satu juz sehari, shalat berjamaah di masjid setiap waktu, membaca doa al-ma’;sturat setiap pagi dan petang, membaca istighfar 100 kali setiap hari, dan lain-lain. Biasanya program ini berjalan minimal tiga kali dalam setahun, dan maksimal sekali dalam sebulan. Wallahu a’lam. #
M. Jamhuri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar