![]() |
Jenazah di Kota Suci Makkah |
Muhammad Jamhuri
Saat
itu musim haji tahun 2008. Semua jamaah haji sudah bersiap-siap akan wukuf di
Padang Arafah. Ada seorang ibu usia baya yang ikut suaminya pergi haji.
Suaminya adalah seorang pengusaha dari Makasar. Berangkatlah para jamaah haji
ke Arafah, termasuk pasangan suami istri tadi. Saya pun ikut ke Arafah. Usai
wukuf di Arafah, para jamaah diberangkatkan ke Muzdalifah. Setelah ambil syarat
mabit dan mengambil kerikil di sana, para jamaah dibawa kembali ke
syuqqoh/flat/hotel tempat menginap selama hari-hari armina
(arafah-muzdalifah-mina) sebelum melaksanakan thowaf ifadhoh. Karena sebelum
thowaf disyaratkan dalam keadaan suci (berwudhu), sementa jika berwudhu di
Masjidil Haram akan terjadi antrian, maka para jamaah di arahkan menuju hotel
untuk berwudhu di sana sebelum berangkat ke Masjidil Haram.
Di
hotel, para jamaah pun diarahkan untuk berwudhu.. Termasuk ibu itu pun
mengambil wudhu (bersuci). Ketika menunggu di ruang loby. Ibu ini merasakan
pusing, lalu memohon ditemani suaminya. Beberapa saat kemudian beliau minta
didengarkan bacaan al-Quran, kemudian beliau sempat berkata kepada suaminya,
“Pak, semoga jamaah yang berangkat ini menjadi haji mabrur ya?” “Amin” jawab suami singkat. Lalu ibu itu
berkata, “Pak, saya izin berangkat dulu ya?” Lalu dia mengucapkan dua kalimat
syahadat, dan tutup usia.
Esoknya,
ibu itu dibawa ke Masjidil Haram untuk dishalatkan setelah shalat zhuhur.
Sebelum dishalatkan, jenazah di letakkan di Hijir Ismail di samping bangunan Ka’bah
bersama suaminya yang ikut mengantarkan. Kemudian jenazah itu dishalatkan
dengan jumlah makmum jutaan jumlahnya. Bayangkan...ibu itu wafat di Tanah Suci,
wafat setelah bersuci, wafat di tengah melaksanakan ibadah haji yang suci, dan dishalatkan
oleh juataan jamaah haji yang sedang melaksanakan ibadah nan suci, serta
dikebumikan di Tanah Suci.
Saya
penasaran akan kehormatan ‘husnul khotimah’ yang Allah berikan kepada
almarhumah ibu seperti ini. Esoknya saya menemui suaminya dan bertanya
kepadanya, “Pak, apa amalan istri bapak sehingga beliau mendapat kemuliaan dari
Allah di akhir hayatnya?, apakah isteri bapak seorang ustazah?” Suaminya
menjawab, “Tidak pak, isteri saya hanya seorang ibu rumah tangga...usianya kini
sekitar 52 tahun. Sejak saya berkeluarga dengan beliau, beliau tidak pernah
sakit, apalagi berobat di rumah sakit. Tidak pernah. Saat menjelang wafat pun
tidak ada tanda-tanda dia sakit.”
“Lalu
apa amalan isteri bapak sehingga beliau mendapat kemuliaan husnul khotimah?.” Tanya
saya. Bapak itu menjawab, “Ada dua amalan yang saya kagum terhadap isteri
saya.”
Saya
bertanya, “Apa dua amalan itu pak?” Bapak itu menjawab, “Isteri saya hatinya
suci pak, saya kan pengusaha yang minimal sepekan sekali pergi keluar kota
untuk menjalankan bisnis saya. Akan tetapi setiap saya dating pulang ke rumah
–meskipun malam hari- dia selalu menjadi orang yang pertama membukakan pintu
rumah, dia juga yang menyiapkan minum dan air hangat untuk saya, dan dia tidak
pernah bertanya ‘dari mana?’ atau ‘kenapa datang malam’?.dia tidak bertanya
curiga. Itu pak yang membuat saya kagum pada almarhumah”. Tambah suaminya.
“Lalu
amalan yang kedua apa pak? Tanya saya. “Nah, isteri saya setiap kali akan
bepergian pak –jangankan bepergian jauh, dia mau pergi ke pasar saja, pasti
isteri saya itu berwudhu dahulu pak.” Jawab bapak itu.
Sampai
titik inilah, saya tertegun, hati saya bergetar, bulu kuduk berdiri, sekaligus
merasa malu kepada perempuan almarhumah ini. Padahal dia hanya seorang ibu
rumah tangga, bukan seorang ustazah, namun dia melaksanakan ayat yang sangat
sederhana, ayat yang dahsyat efek dan pengaruhnya. Dan disinilah saya
seakan-akan baru membaca ayat yang sudah pernah saya hafal saat remaja belajar
di Pesantren dahulu. Ayat itu adalah:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ
وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya
Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri” (QS: al-Baqarah: 222)
Pantas
jika Allah swt telah mencintai dan merindukannya, hingga Allah swt mengundang
kehadiran dan pertemuannya di Tanah Suci dan dalam keadaan bersuci.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar