“.Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang Telah Taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.
Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim”
(QS. Hud: 112-113)
Suatu umat atau bangsa, jika berada dalam situasi tertekan dan tertindas secara terus menerus, maka akan mengalami tiga kondisi keadaaan; Pertama, mereka akan merasa letih dan lemah sehingga mereka berputus asa dan merasa perjuangan selama ini sia-sia, lalu mereka tidak mau lagi berjuang. Kedua, bisa jadi mereka mengambil langkah perjuangannya dengan tidak sabar sehingga melakukan tindakan kekerasan dan bersifat radikal dalam menghadapi kezaliman yang dihadapinya. Ketiga, bisa jadi mereka menyerah dan tunduk mengikuti kemauan musuh serta manut apa yang diinginkan musuh.
Ketiga kondisi ini akan dialami suatu kaum atau bangsa jika suatu umat atau bangsa itu tidak mempunyai rasa percaya kepada Tuhannya.
Oleh karena itu Allah SWT menurunkan ayat di atas agar umat Islam tidak mengambil langkah sembrono lalu pasrah menyerah, atau melakukan tindakan anarkis, atau manut begitu saja pada keinginan musuh.
Ayat di atas memerintahkan kepada kita untuk bersifat tawazun (berkeseimbangan) dalam mengambil tindakan.
Ada tiga tindakan yang harus ditempuh yang dipesankan oleh ayat itu saat kita menghadapi ketertekanan:
Pertama, Tetap istiqomah (fastaqim) “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar”. Kita dianjurkan untuk tetap istiqomah dalam menjalankan ajaran Islam dan dalam melanjutkan perjuangan (dakwah). Kita tidak boleh merasa letih dan lemah apalagi berputus asa. Sebab Allah tetap akan mencatat pahala perjuangan kita, meskipun hasil perjuangan itu belum terlihat saat ini.
Kemudian, dalam rangka menjaga keistiqomahan dalam menjalankan ajaran islam dan dalam memperjuangkannya, kita harus bersama barisan orang-orang yang pandai mendekatkan diri kepada Allah (orang-orang shaleh). Perhatikan ayatnya “wa man taaba ma’ak” (dan orang-orang yang telah taubat beserta kamu). Sebab, jika kita hidup sendiri, maka syetan dan godaannya akan selalu mengintai orang yang hidup menyendiri.
Kedua, Allah memerintahkan agar kita jangan mengambil tindakan anarkis destruktif. (Wa laa tathghou) “Dan janganlah kamu melampaui batas” . Sebab, perbuatan melampaui batas dengan melakukan tindakan anarkis dan radikal hanya akan memperburuk citra Islam dan umat Islam itu sendiri.
Ketiga, Allah memerintahkan kita, meskipun dalam kondisi sulit dan tertekan, untuk tidak tunduk dan manut kepada keinginan musuh dari kalangan orang kafir dan zalim. (Wa laa tarkanuu ilalladzina Zholamuu) “Dan janganlah kamu cenderung kepada orang-orang yang zalim”. Sebab, sifat manut dan tunduk pada keinginan musuh hanya akan menghilangkan izzah (wibawa/kemuliaan).
Surat Hud ayat 112-113 ini turun di Makkah pada saat Rasulullah saw dan umat islam menghadapi intimidasi dan tekanan dari orang-orang Quraisy. Seakan Allah ingin memberi pesan kepada mereka agar tetap istiqomah dalam menjalankan ajaran Islam dan berdakwah, tidak melakukan tindakan anarkis, namun juga tidak tunduk begitu saja kepada kemauan dan tawaran orang-orang kafir. Dan kenyataannya, pesan itu ditangkap dan dilaksanakan oleh mereka.
Selain itu surat Hud secara keseluruhan juga berisi contoh-contoh para Nabi yang sabar dan istiqomah dalam menjalankan risalah dakwahnya. Seperti dalam surat itu diceritakan kisah nabi Nuh as yang bersabar dan istiqomah dalam menjalankan dakwahnya. Nabi Nuh as bedakwah tidak kurang memakan waktu 950 tahun, namun umat manusia hanya sedikit yang mengikuti ajaran beliau.
Selain itu, Nabi Nuh as juga diperintahkan oleh Allah SWT untuk membuat bahtera (perahu besar) yang memakan waktu –menurut sebagain ahli Tafsir– sekitar 300 tahun. Bukankah Allah mampu menimpakan musibah kepada kaumnya dengan tiba-tiba? Mengapa harus memerintahkan nabi Nuh as untuk membuat bahtera yang memakan waktu 300 tahun segala? Karena disana ada pesan agar kita bersabar dan tetap taat dengan perintah Allah SWT, meskipun hasil perjuangan hanya milik Allah SWT.
Selain itu, nabi Nuh juga ditegur oleh Allah SWT saat beliau akan membantu anaknya yang kafir "Hai Nuh, Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu (yang dijanjikan akan diselamatkan), Sesungguhnya (perbuatan)nya[ perbuatan yang tidak baik. sebab itu janganlah kamu memohon kepada-Ku sesuatu yang kamu tidak mengetahui (hakekat)nya. Sesungguhnya Aku memperingatkan kepadamu supaya kamu jangan termasuk orang-orang yang tidak berpengetahuan." (QS. Hud: 46)
Ayat ini juga sebagai bukti dan dalil bahwa kita tidak diperbolehkan cenderung kepada orang-orang kafir, sebagaimana Nuh as di larang mendoakan anaknya yang masih kafir.
Apa yang diingatkan oleh surat Hud ayat 112-113 sangat berguna buat kita yang hidup di tengah kondisi seperti sekarang ini. Saat ini umat Islam di belahan dunia ditekan dan diintimidasi sebagainya ditekannya umat islam di zaman Nabi saw pada saat di Makkah. Hanya ada tiga sikap yang dipesankan oleh Allah SWT dalam ayat ini: Pertama, tetap istiqomah dalam menjalankan ajaran islam dan berdakwah, dan jangan pernah berputus asa di kondisi apapun. Kedua, jangan mengambil tindakan yang melampaui batas dengan melakukan tindakan kekerasan, karena hal itu akan dimanfaatkan musuh untuk mencitra-negatifkan umat Islam. Ketiga, jangan pernah tunduk dan manut kepada kemauan orang-orang kafir dengan menggadaikan segala idealisme dan cita-cita kita. Sehingga izzah dan kemuliaan kita dapat diinjak-injak oleh mereka.
Wallahu Yahdi Ilaa Sawaaisabiil
Tidak ada komentar:
Posting Komentar