“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: "Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia",kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.”
(QS. Al-Nahl: 68-69)
Satu surat dalam al-Quran bernama surat al-Nahl, yang berarti surat “LEBAH”, karena ada penjelasan tentang hewan ini, terutama pada ayat ke 68 dan 69 seperti yang tercantum di atas.
Tentu saja, tatkala Allah menyebutkan cerita, Dia ingin memberi pelajaran kepada hambanya tentang perinsip kerja dan karakter lebah agar dapat dicontoh oleh umat manusia. Mengapa kita harus mencontoh sifat dan karakter lebah?
Pertama, lebah hanya mengkonsumsi sumber makanan yang baik-baik dari tumbuhan, seperti sari pati bunga. Ini memberi pelajaran kepada kita bahwa kita pun harus mengkonsumsi makanan dan minuman yang baik dan halal saja (halalan thoyyiban). Karena makanan yang baik dan halal akan mempengaruhi kesehatan dan karakter seseorang. Makanan yang halal bukan karena makanan itu hanya berlebel halal, tapi juga cara mendapatkan rezeki harus juga dengan cara halal.
Kedua, karena hanya mengkonsumsi yang baik-baik saja, lebah pun hanya akan memproduksi yang baik-baik juga, berupa madu, suatu minuman yang memiliki manfaat besar bagi manusia, bahkan ia menjadi obat bagi manusia. (Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia..) dengan demkian, jika kita seorang muslim hanya mengkonsumsi yang baik dan halal, maka kita akan menghasilkan kerja dan dampak yang positif saja dan berguna bagi lingkungan sekitarnya.
Ketiga, pada ayat di atas, Allah menggunakan redaksi “Awhaa: (mewahyukan) kepada lebah, lalu lebah dengan patuh melaksanakan “wahyu” itu berupa perintah membuat sarang, memakan tumbuhan, menempuh jalan Allah sehingga lebah menghasilkan produk yang baik. Hal ini memberi pelajaran kepada kita bahwa jika kita mengikuti dan komitmen terhadap ajaran Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw melalui wahyu, maka kita pun akan menjadi manusia yang produktif mengahsilkan kebaikan-kebaikan terhadap umat dan bangsa. Sebaliknya jika kita berpaling dari wahyu Allah SWT, maka kita akan menjadi orang-orang perusak, dan produksi atau out put kita akan selalu tidak baik.
Keempat, pada ayat di atas Allah menggunakan redaksi perintah lil muannas (kata perintah untuk jenis wanita) yakni perintah “Buatlah sarang-sarang (ittakhidzi) makanlah (kulii) tempuhlah jalan Tuhanmu (uslukii subula robbiki). Mengapa demikian? Karena peranan wanita dan ibu dalam melahirkan generasi unggul adalah sangat dominan dan signifikan. Dengan demikian, melalui kisah lebah ini, Allah SWT hendak mengajarkan kepada kita agar kita harus memperhatikan pendidikan kaum wanita dan mencetaknya menjadi wanita sholehah, karena kelak mereka akan menjadi ibu dari anak-anaknya, akan menjadi sekolah pertama anak manusia dalam pembentukan generasi mendatang. Jika kaum wanita sudah jauh dari agama sehingga hilang rasa malunya dan tidak menjaga harkat dan martabatnya, maka bagaimana mungkin akan melahirkan umat yang terbaik?
Peran laki-laki dalam kisah madu begitu penting terutama dalam proses pembuahan. Tapi tidak kalah pentingnya juga peran wanita. Karena itu, ayat ini memberi pesan agar calon ibu yang akan melahirkan anak-anak kita haruslah sholehah sehingga akan mempengaruhi anak dan generasi yang akan dilahirkan.
Kelima, jika kata-kata redaksi di atas menggunakan fiil amr (kata kerja perintah) seperti “Buatlah sarang-sarang (ittakhidzi) makanlah (kulii) tempuhlah jalan Tuhanmu (uslukii subula robbiki), sementara pada saat menjelaskan bahwa lebah mengeluarkan madu menggunakan kata fi’il mudhore’ (present continius tense) yakni kata “Yakhruju” yang berari keluar (Dari perut lebah itu keluar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya). Hal ini menunjukkan bahwa jika seseorang telah mengikuti perintah Allah SWT dan wahyu-Nya, maka dengan sendirinya dia hanya mengeluarkan dan menghasilkan produk dan output yang terbaik, meski tanpa harus diperintah lagi dengan kata perintah. Mengikuti wahyu dan ajaran ALLAH Swt akan menjadi karakternya, sehingga seseorag hanya akan berbuat yang terbaik.
Keenam, salah satu karakter lebah adalah hidup berjama’ah (bersama) dengan kelompoknya, bekerja sama membuat sarang, dan bekerja sama dalam memproduksi madu. Hal ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa hidup ini tidak bisa bersifat egois dan indvidualistik. Kita harus berjama’ah, bersatu dan bekerja sama dalam menghasilkan suatu cita-cita, apalagi cita-cita itu adalah sesuatu yang baik.
Ketujuh, karakter lain dari kehidupan lebah adalah tidak menggangu hewan atau orang lain. Namun jika lebah dan sarangnya diganggu, maka ia akan mengejar hingga ke ujung dunia orang yang mengganggu mereka atau mengusik rumah mereka. Hal ini sejalan dengan sikap kaum muslimin. Karakter kaum muslimin tidak pernah usil dan mengganggu umat atau orang lain. Namun jika ada orang, kelompok atau umat lain usil, mengganggu dan mengusik umat islam, maka umat Islam akan bangkit dan mengejar siapa saja pelaku yang telah mengusik dan mengganggu kehormatan umat Islam dan ajarannya. Apa yang terjadi hari-hari ini dengan pengakuan adanya Nabi Palsu dan kelompok yang menyatakan ada Nabi setelah Nabi Muhammad saw, adalah sangat mengusik ajaran umat islam yang telah baku dan diajarkan oleh wahyu Allah SWT yang mengajarkan bahwa Muhammad saw adalah penutup para Nabi. “Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu., tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi” (QS.Al-Ahzab: 40)
Karena itu jika, ingin hidup aman dan tenteram, jangan coba-coba mengusik lebah dan komunitasnya. Jika coba mengusiknya, maka ia akan dikejar dan disengat hingga ke ujung dunia. #
Tidak ada komentar:
Posting Komentar