Senin, 04 Agustus 2008

Makna Kemerdekaan

“Apabila telah datang pertolongan Allah dan kemenangan, Dan kamu lihat manusia masuk agama Allah dengan berbondong-bondong, Maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya dia adalah Maha Penerima taubat. (QS. Al-Nashr: 1-3)

Ayat di atas turun berkenaan dengan kemenangan Nabi saw saat menaklukkan kota Makkah (Fathu Makkah), kota kelahiran Nabi saw dan kaum Muhajirin yang saat mengembangkan dakwah Islam di sana, mereka diintimidasi, disiksa bahkan dibunuh. Kondisi yang sulit itu menyebabkan Nabi saw dan para sahabat berhijrah menuju Madinah. Setelah sepuluh tahun eksis dan mendirikan negara Madinah, kota Makkah pun ditaklukkan oleh Rasulullah saw dan para sahabat.
Meskipun penduduk Makkah telah menyerah dan mengaku kalah kepada Nabi saw dan umat Islam, namun Nabi saw dan umat Islam tidak serta merta menyiksa mereka, tidak membalas dendam atas kekejaman yang pernah dilakukan orang Quraisy kepada umat Islam. Bahkan Nabi saw mengatakan kepada mereka, “Antum Thulaqo” kalian adalah bebas.
Kemenangan dan penaklukkan tidak membuat kaum elit tentara Islam seperti Nabi saw dan sahabat berlaku seenaknya. Bahkan mereka tidak merayakannya dengan “bersulang”, minum-minuman keras, atau dengan tarian-tarian wanita, seperti yang kita temukan dalam film-film hollywood, atau pasukan asing yang masuk ke negara Muslim. Malah sebaliknya, umat Islam yang mendapat kemenangan itu diperintah untuk tawadhu’ (rendah diri), istighfar, tasbih dan memuji Allah SWT. Itulah yang dipesankan oleh Allah salam surat al-Nashr ayat 1-3 seperti yang tercantum di atas.
Anehnya, saat ini, ummat Islam dan bangsa Indonesia sering kali mengadakan pesta ulang tahun hari kemerdekaan RI diisi dengan acara-acara yang melupakan dan menerlenakan diri. Acara kadang diisi dengan sesuatu yang bertentangan dengan tujuan perayaan hari kemerdekaan, bahkan bertentangan dengan aturan Allah SWT yang telah memberi karunia kemerdekaan kepada bangsa Indonesia. Bukankah kemerdekaan yang kita raih adalah karena karunia dan rahmat Allah? Lihatlah dalam pembukaan UUD 1945, disana tercantum bahwa “Dengan rahmat Allah SWT bangsa Indonesia telah sampai kepada pintu gerbang kemerdekaan”. Lalu mengapa para pejabat, tokoh masyarakat dan rakyat mengadakan acara hari kemerdekaan dengan segala hal yang sia-sia? Bahkan melanggar norma-norma agama? Sungguh suatu perbuatan yang naif sekali !. Acara-acara yang menghiasai hari kemerdekaan seperti itu bukan saja “kurang ngajar” kepada Tuhan yang memberi nikmat kemerdekaan, tetapi juga “kurang ngajar” kepada para pahlawan yang telah gugur demi terwujudnya kemerdekaan Indonesia. Kadang, acara-acara itu tidak ada barang sejenak pun mengingat perjuangan para pahlawan dan mendoakan mereka. Yang ada hanya huru-hara dan sebagian lagi unsur-unsur erotis dan kemaksiatan. Anehnya, tekadang acara-acara tersebut didukung oleh para pejabat, tokoh masyarakat atau mereka yang dihormati oleh masyarakatnya. Jika itu telah membudaya di tengah-tengah bangsa ini, bagaimana generasi masa depan akan menghargai para pahlawannya?.
Saatnya kita bermuhasabah (introspeksi) mengapa kemerdekaan yang sudah kita raih 63 tahun lalu, tapi hingga kini kesejahteraan belum dirasakan oleh bangsa ini? Allah SWT berfirman: “Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya” (QS. Al-A’raf: 96).
Lebih miris lagi, beberapa pejabat –seperti yang disiarkan oleh media massa– telah berkhianat pada bangsa ini. Mereka seenaknya memakan uang rakyat dan uang Negara demi kepuasan nafsu dirinya. Padahal kalau kita bercermin pada para pahlawan yang mendahulu kita, mereka selalu berfikir, “Apa yang dapat saya berikan untuk bangsa?” Namun para penanggungjawab Negara saat hanya berpikir “Apa yang dapat saya ambil dari Negara selagi menjabat?”. Akhirnya yang ada adalah jurus “aji mumpung”. Mumpung menjabat, mumpung punya kebijakan, akhirnya memanfaatkan posisinya untuk kepentingan dirinya sendiri.
Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang-orang yang hidup mewah di negeri itu mereka melakukan kedurhakaan dalam negeri itu, maka sudah sepantasnya berlaku terhadapnya ketentuan Kami, kemudian Kami hancurkan negeri itu sehancur-hancurnya” (QS. Al-Israa: 16)
Ayat ini menjelaskan bahwa jika Allah SWT akan menghancurkan suatu negeri, maka Allah SWT menjadikan kaum pejabat elite Negara dan konglomerat tersebut berbuat kedurhakaan, sehingga Allah SWT menghancurkan negeri itu dengan berbagai krisis multi dimensi.
Oleh karena itu, sudah saatnya kita isi hari kemerdekaan RI ini dengan memberi kepada bangsa ini pencerahan, pelurusan acara, dan mengantarkan mereka dekat dengan Tuhan Allah SWT yang telah memberi nikmat kemerdekaan.
Sudah saatnya juga setiap kita, mulai dari rakyat kecil hingga pejabat, untuk mengisi kemerdekaan ini dengan pembangunan yang konstruktif, tidak mencuri harta Negara dengan korupsi, kolusi dan nepotisme. Menanamkan prinsip “Apa yang dapat saya persembahkan untuk Negara” sudah harus terus menjadi darah daging dan tradisi setiap warga. Dan itu hanya dapat dilakukan saat kita dekat dengan agama yang menjadi sumber moral, serta saat kita mengenal kembali sejarah perjuangan para pahlawan yang telah berjuang memerdekakan negeri ini. Dengan begitu, acara hari Kemerdekaan RI bukan hanya sekedar acara ceremonial yang tiap tahun diadakan dan menghabisi dana. Akan tetapi seharusnya dari tahun ke tahun bangsa ini semakin cerdas, sadar akan kewajibannya serta rela berjuang untuk kemaslahatan dunia dan akhirat. Semoga. Amin.#

Tidak ada komentar: