“Bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)” (QS.Al-Baqarah: 185)
Hari-hari ini, hampir seluruh bangsa Indonesia merayakan dan memperingati hari kemerdekaannya. Namun tidak sedikit bangsa Indonesia –terutama umat Islam– yang mengetahui bahwa hari kemerdekaan Indonesia yang jatuh pada tanggal 17 Agustus 1945 itu bertepatan dengan hari Jum’at tanggal 9 Ramadhan.
Hari Jum’at di mata umat Islam adalah penghulu hari-hari. Sebagaimana sabda Rasulullah saw: “Sesungguhnya hari Jum’at adalah sayyidul Ayyam (penghulu hari-hari). Sedangkan bulan Ramadhan adalah bulan suci, bulan yang diturunkannya wahyu pertama kepada Nabi saw sebagaimana bunyi ayat yang tercantum di atas.
Dalam catatan sejarah, banyak peristiwa kemenangan terjadi pada bulan Ramadhan. Sebut saja perang Badr yang merupakan perang pertama dalam sejarah umat Islam. Perang yang terjadi pada tahun 2 Hijrah itu benar-benar merupakan “Perang Eksistensi”. Sebab jika umat Islam kalah pada saat itu, maka selesailah kelanjutan sejarahnya. Perang dengan jumlah pasukan muslimin yang lebih kecil sebanyak 313 pasukan melawan pasukan kaum musyrikin sebanyak 1000 pasukan, justru kemenangan diraih pihak kaum muslimin. Padahal dilihat dari segi jumlah pasukan, perlengkapan dan pengalaman yang dimiliki kaum muslimin jauh berbeda dengan yang dimiliki kaum musyrikin. Tentu saja kemenangan itu berkat bantuan Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “(ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut" (QS. Al-Anfal: 9).
Mustahil rasanya kaum muslimin mendapat kemenangan saat itu jika melihat minimnya pasukan dan perlengkapan serta pengalaman yang dimiliki kaum muslimin.
Demikian juga dengan umat Islam di Indonesia kala itu. Jika kita melihat minimnya persenjataan yang kita miliki dalam meraih kemerdekaan Indonesia dari penjajahan bangsa Belanda, agaknya mustahil kita akan meraih kemenangan dan kemerdekaan. Bayangkan saja, senjata bambu runcing melawan tank-tank yang besar? Namun karena kegigihan, semangat dan keikhlasan bangsa ini untuk merdeka, maka Allah SWT menanamkan rasa takut di hati kaum penjajah. Sama halnya Allah memberi rasa ketakutan di hati kaum Quraisy saat perang Badr. Allah SWT berfirman: “(ingatlah), ketika Tuhanmu mewahyukan kepada para malaikat: "Sesungguhnya Aku bersama kamu, Maka teguhkan (pendirian) orang-orang yang Telah beriman". kelak akan Aku jatuhkan rasa ketakutan ke dalam hati orang-orang kafir, Maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka.” (QS. Al-Anfal: 12)
Tidak aneh jika Allah SWT memberi kemenagan dan kemerdekaan kepada bangsa ini. Sehingga tidak berlebihan jika dalam pembukaan UUD 1945 tertulis: “Dengan rahmat Allah SWT bangsa Indonesia telah sampai kepada pintu gerbang kemerdekaan”. Sebab, tanpa rahmat Allah SWT, rasanya mustahil bangsa Indonesia mencapai pintu kemerdekaan. Kalimat “rahmat Allah SWT” yang tertuang pada pembukaan UUD 1945 tersebut, sesuai dengan hadits Nabi saw yang berbunyi; “Bulan Ramadhan pase pertamanya adalah rahmat, pertengahannya adalah maghfirah (ampunan) dan akhiirnya adalah kebebasan dari api neraka”. (HR: Muslim). Bukankah proklamasi kemerdekaan Indonesia terjadi pada tanggal 9 Ramadhan yang merupakan pase pertama bulan Ramadhan yang penuh rahmat? Subhanallah !!. Inilah yang harus dipahami umat islam, sehingga umat Islam tidak bersikap sekuler dan nasionalis buta.
Sisi lain yang memberi semangat perjuangan bangsa, terutama umat Islam Indonesia kala itu adalah semangat mengusir penjajah kafir. Mereka –para penjajah– selain menguasai kekayaan Indonesia juga menyebarkan agama mereka. Sehingga tidak heran, para ulama dan kyai saat itu menanamkan kebencian kepada santri dan masyarakat terhadap kaum kafir yang menjajah umat Islam. Oleh karena itu tercatat dalam sejarah, dari Sabang hingga marauke, nama-nama pahlawan yang mayoritas adalah umat Islam dan kaum ulama. Sebut saja umpamanya Teuku Umar, Imam Bonjol, Sultan Hasanudiin, Syarif Hidayatullah, Pangeran Dipenogoro, Syeikh Yusuf al-Makassari dan lain sebagainya.
Perang umat Islam dengan kaum kafir yang kemudian dimenangkan umat Islam dan terjadi pada bulan Ramadhan juga adalah perang Sabil. Pasukan umat Islam yang dipimpin oleh Sholahuddin al-Ayyubi melawan kaum Salibis dapat dimenangkan oleh kaum muslimin, dan Masjidil Aqsha pun dapat jatuh kembali ke tangan umat islam.
Untuk itu, dalam memperingati hari kemederkaan RI dan mendekati masuknya bulan Ramadhan, hendaknya umat Islam mengintrospeksi mengapa kini umat islam terpuruk di bangsanya sendiri?, mengapa umat islam menjadi tamu di negerinya sendiri. Apakah memang telah terjadi pergeseran akidah dan semangat antara umat Islam dahulu dengan umat Islam kini? Jika dulu asset bangsa yang dirampas kita rebut kembali, kini sebaliknya, asset negara dijual ke pihak asing? Jika dulu setiap kita mempersembahkan apa saja untuk negara, kini justru merampas harta negara untuk kepentingan dirinya. Jika dulu berjuang demi agama dan umat, kini berjuang hanya untuk dunia. Apakah ini yang menyebabkan bangsa ini terpuruk?.
Dalam Ramasdhan yang akan kita masuki nanti-lah waktu yang tepat untuk membersihkan hati, meluruskan niat, dan memompa semangat spritual dan semangat juang. Oleh karena itu, dalam hidupnya Nabi saw tidak pernah meninggalkan momen Ramadhan sebagai charger (pengisi) kekuatan iman dengan cara beri’itikaf.
Proklamasi kemerdekaan terjadi pada bulan Ramadhan dan kemenangan-kemenangan pun banyak terjadi pada bulan Ramadhan. Marilah kita isi kemerdekaan in dengan semangat Ramadhan. Semangat membangun lahir dan batin. Semangat berjuang mencari ridho Alllah SWT. Semoga kita dapat meraih kembali kemerdekaan yang hakiki. Amin.##
Tidak ada komentar:
Posting Komentar