“Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya” (QS. Ath-Thalaq: 2)
Tawakkal berasal dari kata wakkala-yuwakkilu, yang berakar dari dari kata wakala. Yang berarti menyerahkan suatu urusan. Jika kita menyerahkan suatu urusan untuk diselesaikan kepada seseorang, maka orang yang diserahkan suatu urusan tersebut disebut al-wakil. Demikian juga saat kita menyerahkan segala urusan kehidupan kita kepada Allah maka Allah disebut Ni’mal Wakiil (sebaik-baik tempat penyerahan diri). Seperti yang disebutkan dalam hadits Rasulullah saw: “Kalimat Hasbunallah wa Ni’mal Wakil pernah diucapkan oleh Nabi Ibrahim as saat beliau dilempar ke dalam bara api” (HR: Bukhori). Hasbunallah wa Ni’mal Wakil sendiri artinya adalah “Cukuplah bagi kami hanya Allah, Dialah sebaik-baik tempat menyerahkan diri”
Perintah bertawakkal kepada Allah terulang dalam al-Qur’an dalam bentuk tunggal (tawakkal) sebanyak 9 kali, dan dalam bentuk jamak (tawakkalu) sebanyak 2 kali. Semuanya didahului oleh perintah melakukan sesuatu, lalu disusul dengan perintah bertawakkal. Ini menunjukkan bahwa makna tawakkal yang benar adalah tawakkal yang didahului oleh suatu action untuk mencapai cita-cita dan harapan, setelah itu barulah kita serahkan hasilnya kepada Allah SWT. Seperti pada ayat-ayat berikut:
“Dan jika mereka condong kepada perdamaian, maka condonglah kepadanya dan bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Anfal: 61)
"Serbulah mereka dengan melalui pintu gerbang (kota) itu, maka bila kamu memasukinya niscaya kamu akan menang. Dan hanya kepada Allah hendaknya kamu bertawakkal, jika kamu benar-benar orang yang beriman." (QS. Al-Maidah: 23)
Kedua ayat ini menegaskan bahwa sebelum perintah tawakkal, ada perintah melakukan sesuatu atau action, yakni berusaha berdamai dan menerobos memasuki kota, baru kemudian perintah bertawakkal.
Dalam sebuah riwayat dikisahkan, datanglah seorang sahabat yang mengendarai seekor unta ke majelis Rasulullah saw. Lalu Rasulullah saw bertanya kepada sahabat itu, “Mana unta-mu?” Sahabat itu menjawab, “Aku lepas diluar dan aku tawakkalkan kepada Allah”. Rasulullah saw langsung meralat sikap salah sahabat tersebut seraya bersabda, “Ikatlah dulu untamu barulah engkau bertwakkal!”.
Ini menunjukkan bahwa perintah tawakkal harus didahului oleh suatu usaha terlebih dahulu.
Ada tiga jenis tingkatan tawakkal kepada Allah: Pertama, Mempercayakan segala sesuatunya kepada Allah, baik tentang jaminan hidupnya maupun perhatiannya. Jenis tawakkal ini adalah serendah-rendahnya tawakkal. Sebab setiap manusia pasti meyakini bahwa Allah-lah yang menjamin dan mengatur hidup kita. Sayangnya, masih banyak di antara kita yang masih menyandarkan jaminan hidup kita kepada selain Allah. Bila demikian, kita belum benar-benar bertawakkal kepada Allah.
Kedua, Menjadikan keadaan dirinya selalu bersama Allah, seperti seorang bayi yang hanya mengenal ibunya saja dan tidak mau dipegang orang lain. Jadi kita hanya menyandar kepada Allah. Seorang bayi, meskipun wanita tetangga lebih cantik dari ibunya sendiri, dia tetap merasa lebih nyaman jika dipegang oleh ibunya dibanding oleh tetangganya. Meskipun tetangganya lebih kaya dan lebih cantik. Demikian pula jika kita bertawakkal kepada Allah. Kita tidak akan tergiur dengan silaunya dunia, gaji besar tapi syubhat apalagi haram. Sebab apa yang ada disisi Allah itu lebih baik secara dunia-akhirat.
Ketiga, Menjadikan setiap geraknya selalu bersama Allah, seperti mayit yang diperlakukan apa saja kepada orang yang mengurusnya. Ini tingkatan tertinggi dari tawakkal. Orang yang bertawakkal pada tingkatan ini selalu ridho dan qona’ah dengan apapun yang Allah berikan kepadanya. Dan tidak tergiur dengan jaminan dari selain Allah SWT.
Manfaat Tawakkal
1. Menghilangkan stress dan defresi.
Orang yang bertawakkal berarti telah menyandarkan dirinya kepada Allah yang Maha Kuat, Maha Kuasa dan Maha Meliputi. Sebagai hamba, kita lemah dalam segala hal, termasuk dalam menghadapi persoalan hidup dan kenyataan hidup, yang terkadang menimbulkan defresi dan stress. Oleh karena itu, jika kita menyandarkan hidup kita kepada Allah yang serba Maha tadi, maka kita akan mendapat kekuatan mental dan spiritual sehingga sanggup menghadapi segala kenyataan.
2. Dicukupkannya Kebutuhan .
Allah SWT berfirman: “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya” (QS. Ath-Thalaq: 2)
3. Dijaminnya Rezeki.
Rasulullah saw bersabda: •“Jika kalian bertawakkal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakkal, maka Dia akan memberikan rezeki padamu seperti Dia memberi rezeki pada burung, berangkat pagi dalam keadaan perut kosong, dan pulang sore hari hari dalam keadaan perut berisi. (HR: Tirmidzi)
4. Dijaganya keselamatan
Rasulullah saw bersabda: “Siapa yang membaca –yaitu pada saat keluar rumahnya- “bismillahi tawakkaltu ‘alallah wala haula wala quwwata illa billahi. (dengan nama Allah, aku bertawakkal pada Allah, tiada daya dan kekuatan kecuali milik Allah) maka ada malaikat yang berkata padanya, Kamu telah diberi petunjuk, diberi kecukupan, dan dipelihara serta dilindungi dari Syaithan.” (HR: Abu Daud, Tirmidzi dan an-Nasai)“
Wallahu a’lam bish showab #
Tidak ada komentar:
Posting Komentar