Kamis, 15 Desember 2011

Mengasihi Anak Yatim


Tahukah kamu (orang) yang mendustakan agama? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin
(QS. Al-Ma’un: 1-3)


Bukan hanya al-Quran yang menganjurkain kita menyantuni dan mengasihi anak yatim, akan tetapi Rasulullah saw melalui hadits-nya pun banyak memerintah umatnya untuk menyantuni anak yatim. Bahkan Nabi saw menjamin akan berdedekatan dengan orang yang menyantuni anak yatim di surga kelak. Beliau bersabda, “Aku dan orang yang memelihara anak yatim dekatnya seperti ini di surga (sambil mengangkat jari tengah dan telunjuk beliau) (al-Hadits).
Keseriusan Rasulullah saw menjamin kedekatannya dengan penyantun anak yatim di surga nanti, karena Rasulullah saw biasa merasakan bagaimana menjadi anak yatim. Beliau bukan hanya mengkhayal bagaimana menjadi seorang yatim. Akan tetapi beliau pernah merasakan bagaimana rasa kasih sayang kedua orang ketika seseorang masih usia kecil sangat dibutuhkan, akan tetapi justru di saat beliau masih kecil hal itu tidak beliau rasakan. Beliau saw terlahir dalam keadaan sudah yatim, ayahnya wafat sejak beliau masih di dalam kandungan ibunya. Kemudian saat usia beliau belum genap setahun, beliau sudah tinggal bersama ibu sususannya bernama Halimah Sa’diyah hingga usia menjelang 6 tahun. Lalu, setelah dikembalikan kepada ibu kandungnya bernama Aminah, ibunya pun harus menemui ajalnya saat mengajak Muhammad kecil berziarah ke makam ayahnya di Abwa (daerah antara Makkah dan Madinah).
Pada usia enam tahun itulah, status Rasulullah saw sudah menjadi yatim-piatu, tak punya ayah dan tak punya ibu. Coba bayangkan dan renungkan jikalau kita mempunyai anak se-usia itu, atau se-usia anak TK atau SD kelas 1, kemana anak kita akan memanggil “ayah”? Kemana akan memanggil “ibu”? Apalagi jika ingin memenuhi kebutuhannya sebagaimana anak-anak lain yang lengkap memilki ayah dan ibu?
Itulah sebabnya Rasulullah saw sangat menekankan kita menyantuni dan mengasihi anak yatim. Bahkan Rasulullah saw sendiri pernah memikirkan nasibnya yang seorang diri berjuang dan berdakwah di Makkah, mulai kecil hingga dewasa terasa sendiri menanggung hidup ini. Sehingga beliau diingatkan dengan dua surat yang dapat melapangkan dada beliau. Kedua surat itu adalah surat Adh-Dhuha dan al-Insyirah yang keduanya terletak escara berurutan dalam al-Quran. Perhatikanlah ayat demi ayat yang menghibur hati Rasulullah saw:
(1) Demi waktu matahari sepenggalahan naik
(2) dan demi malam apabila telah sunyi (gelap)
(3) Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu
(4) Dan sesungguhnya hari kemudian itu lebih baik bagimu daripada yang sekarang (permulaan)
(5) Dan kelak Tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas.
(6) Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu?
(7) Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk
(8) Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan
(9) Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku sewenang-wenang
(10) Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya
(11) Dan terhadap nikmat Tuhanmu, maka hendaklah kamu siarkan

Kemudian dikuatkan lagi dengan surat al-insyirah:
(1) Bukankah Kami telah melapangkan untukmu dadamu?,
(2) dan Kami telah menghilangkan daripadamu bebanmu
(3) yang memberatkan punggungmu
(4) Dan Kami tinggikan bagimu sebutan (nama)mu
(5) Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
(6) sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan
(7) Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain
(8) dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap

Dalam surah adh-Dhuha ada beberapa kiat jitu saat menghadapi problema, baik problema kesulitan hidup seakan menjadi beban sendirian, maupun merasa kebingungan, merasa serba kekurangan, merasa perjuangan selama ini sia-sia. Kiatnya adalah menyantuni fakirr mskin, mengasihi anak yatim (berpihak pada kaum lemah), mensyukuri nikmat yang ada, dan merasa optimis bahwa hasil akhir akan lebih baik dari kesulitan yang sedang dihadapi.
Sementara itu, dalam surah al-Insyirah, kita dapat mengambil beberapa pesan dan pelajaran sebagai berikut:
Saat Nabii saw melaksanakan perintah Allah swt dalam surah ald-Dhuha, maka Allah pun  melapangkan dada Nabi Muhammad saw, mengangkat segala beban hidup, mengangkat derajat dan nama baiknya, mendatangkan kemudahan setelah kesulitan. Dan mengingatkan kembali, bahwa bekerja dan berjuang jangan pernah mengenal istirahat. Jika suatu pekerjaan selesai maka segera melaksanakan pekerjaan lain..
Pesan inti dari materi kita hari ini adalah, bahwa jangan pernah ragu untuk menyantuni anak yatim. Apalagi jiika kita ingin keluar dari segala problema dan beban hidup, maka menyantuni anak yatim menjadi salah satu cara mujarrob dalam menyelesaikan urusan hidup kita.
Pernah seorang pengusaha yang pernah kami bimbing dalam ibadah haji bercerita kepada saya, “Pak ustadz,  jika saya mengalami kelesuan dalam usaha saya, saya segera datang ke panti asuhan anak yatim, saya beri oleh-oleh untuk mereka, bahkan saya ajak mereka bermain ke tempat rekreasi. Hasilnya? Rezeki Allah pun berdatangan dengan tidak diperkirakan sebelumnya.”  anda mau mencoba?
M. Jamhuri

Tidak ada komentar: