Sabtu, 14 September 2013

Haji Itu Jihad

Suatu hari Aisyah ra merasa iri dengan kaum pria yang disyariatkan jihad (berperang di medan pertempuran), sementara wanita tidak, beliau mengadukan hal itu kepada Rasulullah saw. Lalu Rasulullah saw pun memberi petunjuk bahwa Jihad untuk kaum wanita adalah jihad yang tidak berdarah-darah, yaitu melaksanakan ibadah haji"

Khalifah Harun al-Rasyid adalah khalifah yang selalu ingin mendapat kemuliaan dan keutamaan berjihad, sehingga beliau tidak ketinggalan ikut serta jika ada pasukan yang berjihad. Jika di tahun tersebut tidak ada peperangan (jihad), maka beliau melaksanakan ibadah haji.

Ibadah haji memang mirip dengan berjihad. Sebab, saat akan berangkat, jamaah haji sudah menyiapkan bekalnya. Demikian juga meninggalkan wasiat kepada keluarga yang ditinggalkannya, serta memohon doa dari sanak keluarga dan kawan-kawannya. Seakan, dia khawatir tidak kembali lagi ke Tanah Air jika harus meninggal dunia di tengah menjalankan ibadah haji.

Ada tiga kata yang berasal dari akar kata yang sama, yakni kata jihad, ijtihad dan mujahadah. Dari ketiga kata itu, kata "jihad" lebih bersifat perjuangan yang membutuhkan kekuatan dan fisik. Sedangkan ijtihad lebih berorientasi kepada keilmuan. Dan kata "mujahadah" lebih berkonotasi kepada olah batin. Oleh sebab itu, satu-satunya ibadah mahdhoh yang banyak mengeluarkan tenaga lebih serta  kekuatan fisik adalah ibadah haji.

Dilihat dari kronologis prosesi ibadah haji pun, terlihat ibadah haji bagaikan orang yang sedang berjihad. Mereka berangkat meninggalkan kampung halaman menuju tempat yang jauh. Mereka juga berbekal yang cukup untuk melakukan suatu perjuangan melaksanakan ibadah haji. Setiba di Makkah, mereka mencium hajar aswad atau memberi isyarat pada hajar aswad pada thawaf umroh bagi haji tamattui, dan thawaf haji bagi haji ifrad dan qiron, atau tahawaf qudum. Mencium hajar aswad atau memberi isyarat padanya, adalah bagaikan melakukan baiat atau janji kepada Allah sebelum berangkat ke tempat jihad. Sebab, dalam suatu hadist disebutkan bahwa orang yang mencium hajar aswad bagaikan "bersalaman" dengan Allah. Para mujahidin atau tentara sebelum berangkat ke medan perang biasanya mengucapkan janji setia dalam perjuangan, untuk menegaskan kesungguhan dalam perjuangan.

Setelah itu, mereka berangkat ke Arafah dan menyiapkan tenda-tenda untuk berwukuf. Hal ini sama dengan tentara dan pejuang. Sebelum berperang, mereka menentukan basecamp pasukannya dengan membuat tenda-tenda.

Saat berangkat ke Muzdalifah dan tiba disana untuk bermabit, mereka menyiapkan krikil-krikil yang diperuntukkan melontar jumroh di Mina. Hal ini sama seperti para pejuang yang sedang menyiapkan senjata-senjata mereka dengan jumlah yang cukup untuk melawan musuh.

Selepas dari Muzdalifah, jamaah haji berangkat ke Mina untuk melontar jumroh yang merupakan simbol syetan yang menjadi musuh manusia yang abadi. Hal iini mirip dengan para pejuang yang setelah meyiapkan senjata, mereka mulai bertempur melawan musuh dengan melontarkan peluru ke arah musuh mereka.

Peperangan terkadang tidak cukup sehari. Oleh karena itu para pejuang (baca: jamaah haji) kembali beristirahat di Mina (mabit di Mina) untuk menyiapkan pelontaran pada hari-hari berikutnya. jika hari pertama musuh hanya sedikit, yakni hanya melontar jumroh aqobah, maka pada hari-hari tasyrik, sasaran "musuh" yang dliontar lebih banyak lagi, yakni jumroh ula, jumroh wusto dan jumroh aqobah. Hal ini mirip dengan para pejuang, mereka berisitirahat di tenda-tenda dan menyiapkan serangan berikutnya melawan pihak musuh.

Usai pelontaran ketiga jumroh di hari tasyriq, jamaah haji kembali ke Masjidil Haram untuk melaksanakan thawaf ifadhoh dengan mencium/memegang atau isyarat di hajar aswad. Hal ini sama dengan pejuang yang telah melaksanakan jihadnya kembali berkumpul di suatu tempat dan melakukan janji setia untuk selalu istiqomah membela tanah air dan agamanya.

Selanjutnya mereka pulang ke kampung halaman disambut oleh sanak keluarga dengan segala kemenangannya melawan "musuh". Semoga para jamaah haji tahun ini mendapat haji yang mabrur. Amin

Muhammad Jamhuri

Tidak ada komentar: