Sentilan-Sentilun
Ala U.J. (ust. Jamhuri)
Orang
Yang Gak Puasa Gak Boleh Ikut Lebaran...? Masa..sih..?
.
“Pak
ustadz, apa benar orang yang tidak berpuasa itu tidak boleh ikut lebaran?” Tanya seorang
peserta itikaf
“Boleh”
Jawab ustadz tenang.
“Lho?
Waktu saya kecil, orang tua saya dan guru saya bilang, orang yang gak puasa gak
boleh ikut lebaran?” Tanya jamaah penasaran.
“Boleh
!, wong jangankan orang yang gak puasa, orang Tionghoa, orang kafir aja pada ikut
lebaran kok?, iya toh?” ustadz meyakinkan.
“Bahkan, yang memanfaatkan dan
merayakan lebaran justru orang-orang kafir”. Tambah ustadz.
“Maksud
pak ustadz?” Jamaah tanya lagi penasaran.
“Lha,
adanya ramadhan dan lebaran, yang paling merayakan keuntungan siapa? Mayoritas
orang non muslim kan? Yang punya pabrik kecap siapa? Pabrik sirop? Garmen?
Mall-mall?mini market? Kan mayoritas pemiliknya orang non muslim? Dan dagangan
mereka laku keras kan?” Ustdaz mencoba meyakinkan.
“Hmm..iya
sih....Tapi ustadz, bukan itu maksud saya, nanti di hari lebaran itu lho, yang
boleh merayakan lebaran hanya yang berpuasa kan?” kata jamaah minta penegasan.
“Tetap.......saat
lebaran juga orang kafir boleh
merayakan, bahkan mereka paling lama merayakannya. Buktinya, sebelum
lebaran mereka sudah berliburan dan berlebaran jalan-jalan dan tamasya ke luar negeri menikmati
keuntungan selama ramadhan. Kalau kita yang muslim, paling kuat jalan-jalan ke
kuburan, ziarah” Ustadz menyanggah
sekaligus menegaskan bahwa lebaran itu milik semua.
“Kalau
semua boleh merayakan lebaran, kalau gitu apa dong keistimewaan orang yang
berpuasa? Kalau yang ikut lebaran boleh siapa saja, apa gunanya kita berpuasa
kalau begitu?” Tanya jamaah pasrah dan wajah yang nampak muram
“Begini,
harus dibedakan dulu antara” Lebaran” dan “Idul Fitri”. Lebaran itu adalah
tradisi yang bisa dilakukan siapa saja, baik orang yang puasa atau yang tidak
puasa, baik muslim maupun kafir. Tapi
yang namanya “idul fitri” adalah kembali kepada kesucian, setelah dosa-dosanya
diampuni dan amal ibadahnya diterima Allah swt.
Seseorang menjadi seperti seorang bayi yang kembali kepada kesucian.
Nah, idul fitri dalam makna inilah hanya dapat dirayakan dan dirasakan oleh
orang yang beribadah dengan baik selama bulan Ramadhan. Sedangkan orang yang
tidak berpuasa tanpa uzur, apalagi dia kafir, mereka tidak merasakan dan merayakan
idul fitri.” Jelas ustadz panjang lebar.
“Nah..itu
tuh maksud pertanyaan saya tadi pak
ustadz” Tutur jamaah sambil mulai tersebyum.
“Harusnya
dari awal pertanyaan bapak tuh begini, ‘orang yang gak puasa bisa ikut idul
fitri gak?. Gitu, pak...” Ustadz meluruskan.
“Kan
dari awal juga saya tanya begitu ustadz..?” ujar jamaah mengeles.
“Maaf, bapak pernah menyaksikan aksi pelawak bernama
BOLOT gak?” kini ustadz yang bertanya.
“Pernah,
pak ustadz.” Jawab jamah, “Memang kenapa, pak ustadz..” tanya lagi
“Nanti
malam, ada acara Opera Van Java, kata iklan TV, Bolot akan menjadi bintang tamu..” Ustadz
memberi informasi
“Terus?”
tanya jamaah.
“Tonton
sampai abis ya? Dan perhatiin, dia
ngomong “lebaran” atau “idul fitri”?
“Baik
ustadz....” jawab jamaah..
“Lha...bukannya
bapak sedang i’tikaf?kok mau nonton TV ” Tanya ustadz.
“Oh
iya, saya bolot eh lupa amat ya?” jawabnya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar