Selasa, 05 Juni 2018

Orang Yang Gak Puasa Gak Boleh Ikut Lebaran.? Masa..sih..?


Sentilan-Sentilun Ala U.J. (ust. Jamhuri)

Orang Yang Gak Puasa Gak Boleh Ikut Lebaran...? Masa..sih..?
.

 “Pak ustadz, apa benar orang yang tidak berpuasa  itu tidak boleh ikut lebaran?” Tanya seorang peserta itikaf

“Boleh” Jawab ustadz tenang.

“Lho? Waktu saya kecil, orang tua saya dan guru saya bilang, orang yang gak puasa gak boleh ikut lebaran?” Tanya jamaah penasaran.

“Boleh !, wong jangankan orang yang gak puasa, orang Tionghoa, orang kafir aja pada ikut lebaran kok?, iya toh?” ustadz meyakinkan.

“Bahkan, yang memanfaatkan dan merayakan lebaran justru orang-orang kafir”. Tambah ustadz.

“Maksud pak ustadz?” Jamaah tanya lagi penasaran.

“Lha, adanya ramadhan dan lebaran, yang paling merayakan keuntungan siapa? Mayoritas orang non muslim kan? Yang punya pabrik kecap siapa? Pabrik sirop? Garmen? Mall-mall?mini market? Kan mayoritas pemiliknya orang non muslim? Dan dagangan mereka laku keras kan?” Ustdaz mencoba meyakinkan.

“Hmm..iya sih....Tapi ustadz, bukan itu maksud saya, nanti di hari lebaran itu lho, yang boleh merayakan lebaran hanya yang berpuasa kan?” kata jamaah minta penegasan.

“Tetap.......saat lebaran juga orang kafir boleh  merayakan, bahkan mereka paling lama merayakannya. Buktinya, sebelum lebaran mereka sudah berliburan dan berlebaran  jalan-jalan dan tamasya ke luar negeri menikmati keuntungan selama ramadhan. Kalau kita yang muslim, paling kuat jalan-jalan ke kuburan, ziarah”  Ustadz menyanggah sekaligus menegaskan bahwa lebaran itu milik semua.

“Kalau semua boleh merayakan lebaran, kalau gitu apa dong keistimewaan orang yang berpuasa? Kalau yang ikut lebaran boleh siapa saja, apa gunanya kita berpuasa kalau begitu?” Tanya jamaah pasrah dan wajah yang nampak muram

“Begini, harus dibedakan dulu antara” Lebaran” dan “Idul Fitri”. Lebaran itu adalah tradisi yang bisa dilakukan siapa saja, baik orang yang puasa atau yang tidak puasa, baik  muslim maupun kafir. Tapi yang namanya “idul fitri” adalah kembali kepada kesucian, setelah dosa-dosanya diampuni dan amal ibadahnya diterima Allah swt.  Seseorang menjadi seperti seorang bayi yang kembali kepada kesucian. Nah, idul fitri dalam makna inilah hanya dapat dirayakan dan dirasakan oleh orang yang beribadah dengan baik selama bulan Ramadhan. Sedangkan orang yang tidak berpuasa tanpa uzur, apalagi dia kafir, mereka tidak merasakan dan merayakan idul fitri.” Jelas ustadz panjang lebar.

“Nah..itu tuh  maksud pertanyaan saya tadi pak ustadz” Tutur jamaah sambil mulai tersebyum.

“Harusnya dari awal pertanyaan bapak tuh begini, ‘orang yang gak puasa bisa ikut idul fitri gak?. Gitu, pak...” Ustadz meluruskan.

“Kan dari awal juga saya tanya begitu ustadz..?” ujar jamaah mengeles.
“Maaf,  bapak pernah menyaksikan aksi pelawak bernama BOLOT gak?” kini ustadz yang bertanya.

“Pernah, pak ustadz.” Jawab jamah, “Memang kenapa, pak ustadz..” tanya lagi
“Nanti malam, ada acara Opera Van Java, kata iklan TV,  Bolot akan menjadi bintang tamu..” Ustadz memberi informasi

“Terus?” tanya jamaah.

“Tonton sampai abis ya?  Dan perhatiin, dia ngomong “lebaran” atau “idul fitri”?

“Baik ustadz....” jawab jamaah..

“Lha...bukannya bapak sedang i’tikaf?kok mau nonton TV ” Tanya ustadz.

“Oh iya, saya bolot eh lupa amat ya?” jawabnya..



Tidak ada komentar: