Minggu, 09 Juli 2023

Mengapa Setelah Thawaf Wada’ Tidak Ada Sa’i-nya ?

Masya Allah, Nenek ini, baru dua hari dari pulang haji
 langsung "sa'i" (baca: usaha) di Tokonya di Tanah Abang
Usai thowaf wada’ dan akan bergegas berangkat ke Jeddah, seorang jamaah haji bertanya, “Pak ustadz, kenapa sih thawaf wada’ gak ada sa’i-nya?, padahal thowaf ifadhoh dan thowaf rukun ada sa’i-nya?”

“Siapa bilang gak ada sa’i-nya? Thowaf wada’ juga ada sa’inya, tau” jawab ustadz santai.

Lho?, tadi, saat ustadz bimbing kami berthawaf wada’,  kok gak ada sa’i-nya?” tanya jamaah menyanggah.

“Nanti !, sa’i-nya di Indonesia.” Jawab ustadz santai.

“Lho? Kok sa’i-nya di Indonesia ustadz? Oh ya, mungkin ustadz alirannya beda ya? Syiah ya ustadz? Yang tanah sucinya di Karbela? Atau Ahmadiyah yang tanah sucinya di Lahore? Atau aliran mazhab al-Zaytun yang tanah sucinya di Tanah Air? Bukankah thowaf dan Sa’i-kan cuma di Tanah suci Makkah ustadz?” Tanya jamaah.

“Huss....jangan nuduh sembarangan, nanti jadi fitnah !” sanggah ustadz.

”Jadi apa dong maksud perkataan ustadz sa’i-nya di Indonesia?” tanya jamaah penasaran.

“Sa’i itu arti bahasanya adalah usaha..kerja keras. Jamaah haji kalau sudah pulang dari ibadah haji, dan kembali ke Tanah Air, harus kerja lagi, harus sa’i. Jangan sampe sebelumnya macul, atau nyopir lalu menjual tanah atau kendaraan, lalu pulang haji nganggur, gak kerja lagi...itu bukan haji mabrur. Nah itulah makna sa’i di Tanah Air.” Jelas ustdaz.

“Ohh..gitu..saya kira sa’i antara Shofa dan Marwah seperti biasa..”celetuk jamaah.

“Memang betul, sa’i itu antara Shofa dan Marwah juga” Ustadz menimpali.

 Jamaah: “Lho? kan di Indonesia gak ada bukit Shofa dan Marwah nya ustadz?”  

Ustdaz: “Sa’i atau usaha itu ,harus dimulai dengan Shofa yang artinya di mulai dengan kejernihan, jernih niat, jernih cara dan jernih tujuan, maka akan berakhir di Marwah  (yang maknanya ‘kepuasan’).”

Jamaah: “Ah, ustadz bisa aja nih....Oh ya ustadz, kalau ada calon presiden pergi haji, apa sehabis tawaf wada’, dia juga sa’i-nya di Tanah Air?”

Ustadz: “harus...! Ingat ya, saí-nya harus bermula dari Shofa (kejernihan). Jernih niat, jernih cara atau proses, dan jernih tujuan. Tanpa itu maka tidak akan sampai ke Marwah (tujuan kepuasan lahir dan batin)

Jamaah: “Bagaimana dia dapat diketahui sa’i-nya bermula dari shafa”.

Ustadz: “Dari track record-sa'i-nya selama ini”.

Jamaah; “????!!!!!!?????”

 


 

2 komentar:

Anonim mengatakan...

Alhamdulillah.... makasih ilmunya kyai...

Anonim mengatakan...

Alhamd lilah dayiman bisihat abi