“Sesungguhnya di dalam tubuh ada segumpal darah, jika ia baik maka baiklah seluruh tubuhnya, dan jika rusak maka rusaklah seluruh tubuhnya, ketahuilah bahwa segumpal darah itu adalah hati” (HR: Bukhori Muslim)
Imam Al-Ghazli mengibaratkan hati itu seperti raja (kepala Negara), akal seperti menteri, dan anggota tubuh seperti tentara dan rakyat. Segala kebijakan dan keputusan berada di tangan raja. Jika keputusan itu benar dan baik, maka pengaruh pada rakyatpun akan baik. Namun jika kebijakan itu buruk dan merusak, maka rakyat pun akan mendapat akibat negatif dari kebijakan itu. Meskipun keputusan ada di tangan raja (presiden), namun raja pun banyak dipengaruhi oleh para pembantunya atau para menteri. Jika masukan dari para menteri adalah masukan-masukan yang baik dan bagus, maka raja pun akan mengeluarkan kebijakan yang baik dan bagus pula. Sebaliknya jika para menteri memberikan masukan yang salah pada raja, maka raja pun akan mengeluarkan kebijakan yang salah.
Demikian pula hati. Jika ia mendapat masukan dari akal sesuatu yang tidak baik, maka hati akan mengeluarkan kebijakan yang tidak baik. Kemudian akibatnya akan berpengaruh kepada seluruh anggota tubuh. Oleh karena itu, hati yang kotor tidak bisa terjadi dengan sendirinya jika asupan-asupan yang masuk adalah sesuatu yang negatif.
Seseorang yang selalu mendapat informasi ajaran-ajaran tidak baik, atau menimba ilmu sesat, seperti paham kemusyrikan, liberalisme, pluraisme dan ekstrimisme, maka akan membuat hati pun terpengaruh dengan asupan informasi dan ajaran yang tidak baik itu. Kemudian hati pun memerintah dan mengeluarkan kebijakan, kemudian keluarlah sikap-sikap yang tidak Islami dan tidak sejalan dengan ajaran Allah SWT yang sesungguhnya. Bahkan lidah akan mengeluarkan statemen-statemen yang merugikan Islam dan umat Islam, karena hati telah dikotori oleh paham-paham yang diterimanya.
Sebaliknya, jika hati menerima asupan-asupan yang baik, maka hati akan terasa bersih, kemudian mengeluarkan kebijakan yang baik, maka anggota tubuh pun akan melahirkan sikap-sikap yang baik pula.
Selain itu, hati yang bersih akan melahirkan sikap-sikap terpuji. Seperti sikap bersyukur, qona’ah, ridho, ikhlas, saling menghormati, berbuat baik kepada sesama dan sikap terpuji lainnya. Sikap-sikap tersebut tentu saja akan menyehatkan tubuh dan fisik. Sebab kesehatan tubuh banyak dipengaruhi oleh sikap-sikap positif. Sebagai contoh sikap bersyukur akan membuat seseorang selalu bahagia. Demikian juga sikap ikhlas, akan menghindarkan diri dari sikap kecewa yang akan membuat batin diri tidak tentram. Jika perasaan batin yang tidak tenteram terus berlanjut, maka akan mempengaruhi kesehatan tubuh.
Sebaliknya, hati yang kotor akan melahirkan sikap-sikap tercela. Seperti perasaan tidak pernah puas atau serakah, berburuk sangka, iri dan dengki, marah, serta sifat-sifat negatif lainnya. Sikap-sikap itu tentu saja mempengaruhi kesehatan tubuh dan jiwa.
Oleh sebab itu, hati harus selalu diberi asupan-asupan positif, agar hati itu bersih, sehat dan selalu melahirkan energi positif. Salah satu cara agar hati selalu tenang dan bersih adalah dengan memperbanyak zikir kepada Allah SWT. Sebagaimana firman Allah SWT yang artinya: “Ketuahilah, hanya dengan mengingat Allah, hati-hati akan tenteram.” (QS.Al-Ra’d: 26). Mengingat Allah dalam ayat di atas bukan hanya dengan berzikir, akan tetapi ingat pada Allah dalam setiap keadaan. Dengan mengingat kepada Allah maka diri akan terhindar dari pebuatan negatif.
Kedua, agar hati mendapat asupan positif, maka hendaknya diri bergaul dengan orang-orang baik, dan mengikuti ajaran Nabi. Allah SWT berfirman yang artinya: “Dan Kami jadikan dalam hati-hati orang-orang yang mengikutinya (nabi) rasa kasih sayang dan rahmat .” (QS.Al-Hadid: 27). Bergaul dengan orang-orang sholeh (baik) akan menjadikan hati bersih. Sebab sahabat yang baik akan mendukung jika diri berbuat baik, dan akan meluruskan jika diri berbuat keburukan.
Ketiga, kemauan kita harus disesuaikan dengan aturan Allah dan Rasul-Nya. Bukan sebaliknya, aturan Allah dan Rasul-Nya disesuaikan dengan kemauan hawa nafsu kita. Allah SWT berfirman yang artinya; “Dan ketahuilah olehmu bahwa di kalanganmu ada Rasulullah. Kalau ia menuruti kemauanmu dalam beberapa urusan benar-benarlah kamu mendapat kesusahan, tetapi Allah menjadikan kamu 'cinta' kepada keimanan dan menjadikan keimanan itu indah di dalam hatimu serta menjadikan kamu benci kepada kekafiran, kefasikan, dan kedurhakaan. Mereka itulah orang-orang yang mengikuti jalan yang lurus.” (QS. Al-Hujurot: 7). Ayat ini menjelaskan bahwa Allah akan menjadikan keimanan itu indah di dalam hati jika mengikuti ajaran Rasulullah saw.
Hati yang bersih akan melahirkan sikap-sikap yang baik dan positif, juga dapat menjadikan tubuh kita sehat wal afiat. Bahkan di hari kiamat nanti, hanya manusia yang berhati bersihlah yang akan selamat. Firman Allah SWT yang artinya: “(yaitu) di hari harta dan anak-anak tidak berguna kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.” (QS. Asy-Syu’ara: 88-89).
Denga demikian, hati merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk karakter, sikap dan kesehatan seseorang. Banyak orang mempunyai karakter buruk karena tidak sehat hatinya, dan banyak orang tubuhnya sakit karena hatinya yang kotor. Bahkan karena begitu pentingnya hati, Rasulullah pernah menjelaskan bahwa Allah SWT tidak memandang poster tubuh dan pakaian yang kita kenakan, akan tetapi Allah hanya melihat hati dan amal kita. Sebagaimana sabda Nabi saw yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak memandang kepada rupa tubuh dan pakaianmu, akan tetapi Dia memandang kepada hati dan amalmu.” (HR: Muslim). Wallahu’alam. )I(
Muhammad Jamhuri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar