Selasa, 03 Maret 2015

Jangan Remehkan Bersuci dan Kesucian



Tahukah Anda ibunda Syekh Abdul Qodir Jailani tidak menyusui beliau saat belaiu masih bayi sebelum dia berwudhu/bersuci?
Tahukah Anda Imam Bukhori, sebelum meriwayatkan sebuah hadits, beliau berwudhu dan sholat sunnah terlebih dahulu?
Tahukah Anda ibunda Badiuzzaman Said Nursi ahli tafsir asal Turki tidak menyusui putra-putrinya sebelum dia berwudhu?
Tahukah Anda, Mirza, ayahanda Badiuzzaman Said Nursi, saat remaja dan menjadi penggembala pantang hewan piaraannya memakan rerumput ladang orang lain?
Tahukah Anda saat Badiuzzaman Said Nursi tinggal selama setahun lebih di rumah sang gubernur yang memiliki gadis-gadis cantik, beliau belum pernah melihat wajah mereka?
Tahukah Anda, Yoyoh Yusroh, Srikandi Dakwah di Tanah Air dan pembela bangsa Palestina di sidang PBB serta anggota DPR dari PKS, jika telah “melayani” suaminya, beliau langsung mandi besar dan tidak menunggu nanti?
Tahukah Anda, seorang teman saya di Pesantren, jika mau makan, dia sempatkan dulu untuk berwudhu sebelum menyantap makanan?
Mereka-mereka adalah bagian terkecil dari umat Muhammad yang mempedulikan bersuci dan kesucian. Tidak heran jika keturunan mereka diberi taufiq oleh Allah swt, dan tidak heran jika kiprah hidup mereka begitu berkah. Karya amal mereka lebih lama dikenang dibanding jatah usia yang dimilikinya.
Saya sendiri seakan baru membaca satu ayat dari firman Allah swt berikut. Padahal, sejak usia remaja di pesantren saya sudah menghafalnya. Namun ketika ada suatu peristiwa yang saya kagum terhadap seorang yang boleh dibilang awam dalam pengetahuan agama, saya merasa baru menghafal ayat itu.
Begini kisahnya:
Saat itu musim haji tahun 2008. Semua jamaah haji sudah bersiap-siap akan wukuf di Padang Arafah. Ada seorang ibu usia baya yang ikut suaminya pergi haji. Suaminya adalah seorang pengusaha dari Makasar. Berangkatlah para jamaah haji ke Arafah, termasuk pasangan suami istri tadi. Saya pun ikut ke Arafah. Usai wukuf di Arafah, para jamaah diberangkatkan ke Muzdalifah. Setelah ambil syarat mabit dan mengambil kerikil di sana, para jamaah dibawa kembali ke syuqqoh/flat/hotel tempat menginap selama hari-hari armina (arafah-muzdalifah-mina) sebelum melaksanakan thowaf ifadhoh.
Di hotel, para jamaah diarahkan untuk berwudhu. Karena mereka akan melaksanakan thowaf ifadhoh. Termasuk ibu itu pun mengambil wudhu (bersuci). Ketika menunggu di ruang loby. Ibu ini merasakan pusing, lalu minta ditemani suaminya. Beberapa saat kemudian beliau minta didengarkan bacaan al-Quran, kemudian dia sempat berkata kepada suaminya, “Pak, semoga jamaah yang berangkat ini menjadi haji mabrur ya?”  “Amin” jawab suami singkat. Lalu ibu itu berkata, “Pak, saya izin berangkat dulu ya?” Lalu dia mengucapkan dua kalimat syahadat, dan tutup usia.
Esoknya, ibu itu dibawa ke Masjidil Haram untuk dishalatkan setelah shalat zhuhur. Sebelum dishalatkan, jenazah di letakkan di Hijir Ismail bersama suami yang ikut mengantarkan. Kemudian jenazah dishalatkan dengan jumlah makmum jutaan jumlahnya. Bayangkan...ibu itu wafat di Tanah Suci, wafat setelah bersuci, wafat di tengah melaksanakan ibadah haji yang suci, dishalatkan oleh juataan jamaah haji yang sedang melaksanakan ibadah nan suci, serta dikebumikan di Tanah Suci.
Saya penasaran akan kehormatan yang Allah berikan yang diraih ibu seperti ini. Saya pun menemui suaminya dan bertanya, “Pak, apa amalan istri bapak sehingga beliau mendapat kemuliaan dari Allah di akhir hayatnya?, apakah isteri bapak seorang ustazah?” Suaminya menjawab, “Tidak pak, isteri saya hanya seorang ibu rumah tangga...usianya kini sekitar 52 tahun. Sejak saya berkeluarga dengan beliau, beliau tidak pernah sakit, apalagi berobat di rumah sakit. Tidak pernah. Saat menjelang wafat pun tidak ada tanda-tanda dia sakit.”
“Lalu apa amalan isteri bapak sehingga beliau mendapat kemuliaan husnul khotimah” tanya saya. Bapak itu menjawab, “Ada dua amalan yang saya kagum terhadap isteri saya.”
Saya bertanya, “Apa dua amalan itu pak?” Bapak itu menjawab, “Isteri saya hatinya suci pak, saya kan pengusaha yang minimal sepekan sekali pergi keluar kota. Akan tetapi setiap saya datang –meskipun malam hari- dia selalu yang membukakan pintu rumah, dia juga yang menyiapkan minum dan air hangat untuk saya, dan dia tidak pernah bertanya ‘dari mana?’ atau ‘kenapa datang malam’?.dia tidak bertanya curiga. Itu pak yang membuat saya kagum”. Tambah suaminya.
“Lalu amalan yang kedua apa pak? Tanya saya. “Nah, isteri saya setiap kali akan bepergian pak –jangankan bepergian jauh, dia mau pergi ke pasar saja, pasti isteri saya itu berwudhu dahulu pak.” Jawab bapak itu.
Sampai titik inilah, saya tertegun, hati saya bergetar, sekaligus merasa malu kepada perempuan almarhumah ini. Padahal dia hanya seorang ibu rumah tangga, bukan seorang ustazah, namun dia melaksanakan ayat yang sangat sederhana, ayat yang dahsyat efek dan pengaruhnya. Dan disinilah saya seakan-akan baru membaca ayat yang sudah pernah saya hafal saat remaja di Pesantren dahulu. Ayat itu adalah:
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri (QS: al-Baqarah: 222)
Pantas jika Allah swt telah mencintai dan merindukannya, hingga Allah swt mengundang kehadiran dan pertemuannya di Tanah Suci dan dalam keadaan bersuci.
Pantas jika para ibu yang menjaga kesucian melahirkan tokoh-tokoh yang diberi taufiq dalam hidupnya.
Dalam kitab al-Barzanji, disebutkan bahwa Nabi Muhammad saw terjaga garis keturunannya. Sejak zaman Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad saw, garis nasab bapak dan ibu moyang beliau bebas dari perbuatan yang kotor, kesucian nasabnya dijaga oleh Allah swt.
Al-Barzanji berkata:
تركوا السفاح فلم يصبهم عاره   #   من آدم والى أبيه وأمه
“Nasab mereka meninggalkan perbuatan mesum, hingga tidak terkena cela
Sejak nabi Adam hingga kepada ayah dan ibu beliau (Muhammad saw)”

Yuk kita berusaha untuk mengamalkan ayat yang  sederhana itu....
Mau makan...wudhu dulu
Mau Tidur...wudhu dulu
Mau Menyusui anak...Wudhu dulu
Mau pergi...wudhu dulu
Mau kerja....wudhu dulu
Mau mengajar...wudhu dulu
Mau nulis karya ...wudhu dulu
Mau facebokan...wudhu dulu
Mau twitteran...wudhu dulu
Singkatnya, kita ikuti lagu Mbah Surif yang sudah digubah Ust.Jamhuri (UJ)

“Bangun lagi..Tidur lagi..bangung lagi..tidur lagi..banguuuun..tidur lagi.(Mbah Surif)
“Wudhu lagi...batal lagi....wudhu lagi...batal lagi.....bataaaaal...wudhu lagi... (UJ)
“Ta’ gendong...kemana-mana...Ta’ gendong..kemana-mana (Mbah Surif)
“Ta’ Wudhu...kemana-mana....Ta’ wudhu...kemana-mana (UJ)
Ta’ dalam bahasa Jawa bermakna “pasti akan”
Moga almarhum Mbah Surif iman dan amalnya diterima Allah swt...Aamiin


Tidak ada komentar: