Tahukah Anda ibunda
Syekh Abdul Qodir Jailani tidak menyusui beliau saat belaiu masih bayi sebelum
dia berwudhu/bersuci?
Tahukah Anda Imam
Bukhori, sebelum meriwayatkan sebuah hadits, beliau berwudhu dan sholat sunnah
terlebih dahulu?
Tahukah Anda ibunda
Badiuzzaman Said Nursi ahli tafsir asal Turki tidak menyusui putra-putrinya
sebelum dia berwudhu?
Tahukah Anda, Mirza, ayahanda
Badiuzzaman Said Nursi, saat remaja dan menjadi penggembala pantang hewan
piaraannya memakan rerumput ladang orang lain?
Tahukah Anda saat
Badiuzzaman Said Nursi tinggal selama setahun lebih di rumah sang gubernur yang
memiliki gadis-gadis cantik, beliau belum pernah melihat wajah mereka?
Tahukah Anda, Yoyoh
Yusroh, Srikandi Dakwah di Tanah Air dan pembela bangsa Palestina di sidang PBB
serta anggota DPR dari PKS, jika telah “melayani” suaminya, beliau langsung
mandi besar dan tidak menunggu nanti?
Tahukah Anda, seorang
teman saya di Pesantren, jika mau makan, dia sempatkan dulu untuk berwudhu
sebelum menyantap makanan?
Mereka-mereka adalah
bagian terkecil dari umat Muhammad yang mempedulikan bersuci dan kesucian.
Tidak heran jika keturunan mereka diberi taufiq oleh Allah swt, dan tidak heran
jika kiprah hidup mereka begitu berkah. Karya amal mereka lebih lama dikenang dibanding
jatah usia yang dimilikinya.
Saya sendiri seakan
baru membaca satu ayat dari firman Allah swt berikut. Padahal, sejak usia remaja
di pesantren saya sudah menghafalnya. Namun ketika ada suatu peristiwa yang saya
kagum terhadap seorang yang boleh dibilang awam dalam pengetahuan agama, saya merasa
baru menghafal ayat itu.
Begini kisahnya:
Saat itu musim haji
tahun 2008. Semua jamaah haji sudah bersiap-siap akan wukuf di Padang Arafah.
Ada seorang ibu usia baya yang ikut suaminya pergi haji. Suaminya adalah
seorang pengusaha dari Makasar. Berangkatlah para jamaah haji ke Arafah,
termasuk pasangan suami istri tadi. Saya pun ikut ke Arafah. Usai wukuf di
Arafah, para jamaah diberangkatkan ke Muzdalifah. Setelah ambil syarat mabit dan
mengambil kerikil di sana, para jamaah dibawa kembali ke syuqqoh/flat/hotel
tempat menginap selama hari-hari armina (arafah-muzdalifah-mina) sebelum
melaksanakan thowaf ifadhoh.
Di hotel, para jamaah
diarahkan untuk berwudhu. Karena mereka akan melaksanakan thowaf ifadhoh.
Termasuk ibu itu pun mengambil wudhu (bersuci). Ketika menunggu di ruang loby.
Ibu ini merasakan pusing, lalu minta ditemani suaminya. Beberapa saat kemudian
beliau minta didengarkan bacaan al-Quran, kemudian dia sempat berkata kepada
suaminya, “Pak, semoga jamaah yang berangkat ini menjadi haji mabrur ya?” “Amin” jawab suami singkat. Lalu ibu itu
berkata, “Pak, saya izin berangkat dulu ya?” Lalu dia mengucapkan dua kalimat
syahadat, dan tutup usia.
Esoknya, ibu itu dibawa
ke Masjidil Haram untuk dishalatkan setelah shalat zhuhur. Sebelum dishalatkan,
jenazah di letakkan di Hijir Ismail bersama suami yang ikut mengantarkan.
Kemudian jenazah dishalatkan dengan jumlah makmum jutaan jumlahnya.
Bayangkan...ibu itu wafat di Tanah Suci, wafat setelah bersuci, wafat di tengah
melaksanakan ibadah haji yang suci, dishalatkan oleh juataan jamaah haji yang
sedang melaksanakan ibadah nan suci, serta dikebumikan di Tanah Suci.
Saya penasaran akan
kehormatan yang Allah berikan yang diraih ibu seperti ini. Saya pun menemui
suaminya dan bertanya, “Pak, apa amalan istri bapak sehingga beliau mendapat kemuliaan
dari Allah di akhir hayatnya?, apakah isteri bapak seorang ustazah?” Suaminya
menjawab, “Tidak pak, isteri saya hanya seorang ibu rumah tangga...usianya kini
sekitar 52 tahun. Sejak saya berkeluarga dengan beliau, beliau tidak pernah
sakit, apalagi berobat di rumah sakit. Tidak pernah. Saat menjelang wafat pun
tidak ada tanda-tanda dia sakit.”
“Lalu apa amalan isteri
bapak sehingga beliau mendapat kemuliaan husnul khotimah” tanya saya.
Bapak itu menjawab, “Ada dua amalan yang saya kagum terhadap isteri saya.”
Saya bertanya, “Apa dua
amalan itu pak?” Bapak itu menjawab, “Isteri saya hatinya suci pak, saya kan
pengusaha yang minimal sepekan sekali pergi keluar kota. Akan tetapi setiap
saya datang –meskipun malam hari- dia selalu yang membukakan pintu rumah, dia
juga yang menyiapkan minum dan air hangat untuk saya, dan dia tidak pernah
bertanya ‘dari mana?’ atau ‘kenapa datang malam’?.dia tidak bertanya curiga. Itu
pak yang membuat saya kagum”. Tambah suaminya.
“Lalu amalan yang kedua
apa pak? Tanya saya. “Nah, isteri saya setiap kali akan bepergian pak –jangankan
bepergian jauh, dia mau pergi ke pasar saja, pasti isteri saya itu berwudhu
dahulu pak.” Jawab bapak itu.
Sampai titik inilah,
saya tertegun, hati saya bergetar, sekaligus merasa malu kepada perempuan almarhumah
ini. Padahal dia hanya seorang ibu rumah tangga, bukan seorang ustazah, namun
dia melaksanakan ayat yang sangat sederhana, ayat yang dahsyat efek dan
pengaruhnya. Dan disinilah saya seakan-akan baru membaca ayat yang sudah pernah
saya hafal saat remaja di Pesantren dahulu. Ayat itu adalah:
إِنَّ اللَّهَ
يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ
“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
bertaubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan diri” (QS:
al-Baqarah: 222)
Pantas
jika Allah swt telah mencintai dan merindukannya, hingga Allah swt mengundang
kehadiran dan pertemuannya di Tanah Suci dan dalam keadaan bersuci.
Pantas
jika para ibu yang menjaga kesucian melahirkan tokoh-tokoh yang diberi taufiq
dalam hidupnya.
Dalam
kitab al-Barzanji, disebutkan bahwa Nabi Muhammad saw terjaga garis
keturunannya. Sejak zaman Nabi Adam as hingga Nabi Muhammad saw, garis nasab
bapak dan ibu moyang beliau bebas dari perbuatan yang kotor, kesucian nasabnya
dijaga oleh Allah swt.
Al-Barzanji
berkata:
تركوا السفاح فلم يصبهم عاره
# من آدم والى أبيه وأمه
“Nasab mereka meninggalkan perbuatan mesum, hingga tidak terkena
cela
Sejak
nabi Adam hingga kepada ayah dan ibu beliau (Muhammad saw)”
Yuk
kita berusaha untuk mengamalkan ayat yang
sederhana itu....
Mau
makan...wudhu dulu
Mau
Tidur...wudhu dulu
Mau
Menyusui anak...Wudhu dulu
Mau
pergi...wudhu dulu
Mau
kerja....wudhu dulu
Mau
mengajar...wudhu dulu
Mau
nulis karya ...wudhu dulu
Mau
facebokan...wudhu dulu
Mau
twitteran...wudhu dulu
Singkatnya,
kita ikuti lagu Mbah Surif yang sudah digubah Ust.Jamhuri (UJ)
“Bangun lagi..Tidur lagi..bangung lagi..tidur lagi..banguuuun..tidur lagi.(Mbah Surif)
“Wudhu lagi...batal lagi....wudhu lagi...batal lagi.....bataaaaal...wudhu lagi... (UJ)
“Bangun lagi..Tidur lagi..bangung lagi..tidur lagi..banguuuun..tidur lagi.(Mbah Surif)
“Wudhu lagi...batal lagi....wudhu lagi...batal lagi.....bataaaaal...wudhu lagi... (UJ)
“Ta’
gendong...kemana-mana...Ta’ gendong..kemana-mana (Mbah Surif)
“Ta’
Wudhu...kemana-mana....Ta’ wudhu...kemana-mana (UJ)
Ta’
dalam bahasa Jawa bermakna “pasti akan”
Moga
almarhum Mbah Surif iman dan amalnya diterima Allah swt...Aamiin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar