Minggu, 29 Januari 2012

Ber-shalawatlah Kepada Nabi saw


Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya  (QS. Al-Ahzab: 56)


Banyak perintah yang Allah sampaikan kepada manusia, akan tetapi Allah tidak ikut melaksanakannya. Sebagai contoh; Allah memerintahkan kita melaksanakan shalat, akan tetapi Allah tidak melaksanakan shalat itu karena Dialah yang berhak disembah. Demikian juga saat Allah memerintahkan zakat, Allah tidak melaksanakan zakat. Hal itu pun terjadi pada perintah puasa dan haji.

Akan tetapi saat Allah swt memerintahkan kita bershalawat kepada Nabi Muhammad saw, Allah sendirii telah memberitahu sekaligus memberi contoh dan bukti bahwa Dia pun bershalawat kepada Nabi saw. Bahkan Allah pun menginformasikan bahwa para malaikat pun  menyampaikan shalawat kepada Nabi saw, sebagaimana bunyi ayat yang tercantum di atas.

Ini menunjukkan bahwa bershalawat kepada Nabi Muhammad saw bukan perkara yang ringan, akan tetapi mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Allah swt. Bahkan para ulama “mengharuskan” atau setidaknya men”sunnah”kan menyertakan shalawat dalam sisipan doa-doa yang akan kita panjatkan selain pujian pada Allah terlebih dahulu.

Alkisah, pada suatu musim haji, ada seorang pemuda yang selalu membaca shalawat di setiap tempat dan keadaan, baik saat thawaf, sa’i, wukuf di Arafah, mabit di Muzdalifah dan Mina, bahkan dalam perjalanan pun sering membaca shalawat. Perbuatan “aneh” ini membuat seseorang yang selalu memperhatikan pemuda ini bertanya-tanya.

Dan pada suatu saat orang yang selalu memperhatika pemuda ini pun memberanikan bertanya pada sang pemuda ini. “Wahai pemuda, mengapa gerangan sepanjang yang aku perhatikan, engkau selalu membaca shalawat saja, seakan tidak ada bacaan lain selain shalawat?” kata orang yang satu rombongan haji dengan pemuda itu.

Sang pemuda menjawab, “Ya, benar aku selalu membaca shalawat kini karena ada suatu peristiwa yang dialami ayahku selama perjalanan menuju Makkah ini.”

“Peristiwa apa?” tanya orang itu. Pemuda itu menceritakan, “Aku sebenarnya pergi menunaikan haji kali ini berangkat bersama ayahku, akan tetapi dalam perjalanan ayahku meninggal dunia. Aku merasa sedih sekali dengan kepergian ayahku itu. Dan rasa sedihku bertambah pada saat aku melihat kepala ayahku berubah menjadi kepala yang menyerupai kepala keledai. Aku menangis sejadi-jadinya karena heran dengan nasib ayahku. Mengapa di akhir hidupnya ayahku bernasib seperti itu? Padahal beliau sedang dalam perjalanan menuju Tanah Suci Makkah?. Aku terus menangis hingga tertidur.

Saat aku tertidur, aku bermimpi bertemu dengan seseorang menghampiriku. Orang itu bertanya, “Mengapa engkau menangis wahai anak muda?

Aku menjawab, “Aku memikirkan nasib ayahku.”

Lalu orang yang kutemui dalam mimpi itu berkata lagi, “Sudahlah jangan menangis, karena kini ayahmu normal seperti biasa.” Kemudian dalam mimpi itu aku segera melihat wajah ayahku. Ternyata benar, kini keadaan ayah sudah kembali normal. Aku pun kembali menemui orang itu dan bertanya, “Sebenarnya Bapak ini siapa?” tanyaku kepada orang dalam mimpi itu. “Aku adalah Rasulullah” jawab orang itu. Lalu aku bertanya pada beliau, “Mengapa nasib ayahku menjadi seburuk itu hingga kepalanya menjadi seperti kepala keledai dan bagaimana ia kini menjadi kembali seperti semula?’”

Rasuluillah dalam mimpiku menjawab, “Dalam hidupnya ia sering melupakan perintah Allah, kemudian saat meninggal dunia, Allah memberi adzab berubahnya kepala ayahmu menjadi kepala keledai. Kalau saja aku tidak memohon kepada Allah agar aku diidiznkan memberi syafaat kepada ayahmu, niscaya ayahmu tetap dalam keadaan seperti itu. Akan tetapi karena kebiasaan ayahmu membaca shalawat kepadaku setiap kali menjelang tidur, maka aku pun memohon Allah agar aku diberi idzin memberi syafaat untuk ayahmu, kemudian dikabulkan sehingga kini ayahmu kembali kepada keadaan semula.”

Pemuda itu melanjutkan ceritanya, “Seketika saat itu juga, aku terbangun dari tidurku, dan disampingku masih terbujur jenazah ayahku yang masih ditutup sehelai kain. Kemudian aku pun segera membuka penutup wajah dan kepalanya. Dan setelah aku membukanya, tampak wajahku kembali kepada keadaan semula bahkan kini nampak seperti tersenyum.. Nah, sejak peristiwa itulah, aku kini selalu melazimkan membaca shalawat kepada Nabi Muhammad saw.

Begitulah keutamaan mengingat Rasulullah saw dengan memperbanyak shalwat kepada beliau.

Mengenai keutamaan bershalawat ini, ada sebuiah hadits, Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa bershalawat kepadaku sebanyak satu kali, maka Allah akan memberi shalawat kepadanya sebanyak sepeuluh kali” (Al-Hadits).

Wallahui a’lam bish shawab

Jamhuri


1 komentar:

Motivasi1st mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.