Senin, 30 Januari 2012

Urgensi Mempelajari Siroh Nabawiyah


Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Quran ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (Kami mewahyukan) nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui” (QS. Yususf: 3)



Dalam suatu ceramah peringatan Maulid Nabi Muhammad saw, seorang ustadz bertanya kepada para hadirin dan pendengar yang hadir, “Siapakah di antara bapak dan ibu yang hadir saat ini yang bisa menyebutkan nama dua putera Nabi Muhammad saw?” Ternyata, tidak ada satupun di antara mereka yang dapat menjawab pertanyaan ini. Sesekali ada yang menjawab, “Hasan dan Husein !” kata salah seorang jamaah yang hadir. “Itu sih nama cucu Rasulullah, bukan nama putera beliau.” Jawab si penceramah.

Kemudian sang penceramah mengajukan pertanyaan kedua, “Siapakah di antara bapak dan ibu yang bisa menyebutkan nama dua isteri Nabi Muhammad saw selain Khadijah dan Aisyah?” Lagi-lagi para jamaah tidak ada yang bisa menjawabnya. Seorang ibu mencoba menjawab dengan suara keras, “Fatimah!” Sang penceramah sedikit tertawa sambil berkata dengan logat bahasa Sunda, “Itu mah nama puteri Nabi, bukan isteri Nabi, atuh.”

Lalu sang penceramah bertanya kembali kepada para hadirin, “Sebutkan nama penyanyi dangdut yang sedang hit saat ini!?” Serentak  para hadirin menjawab dengan kompak “Ayu Ting Ting!”. Lalu si penceramah itu mengalihkan pandangannya kepada anak-anak yang duduk agak di depan. “Anak-anak, siapa nama tokoh gagah perkasa dan bisa terbang, yang di dadanya tertulis huruf  “S”?” Serentak anak-anak menjawab tanpa ragu, “Superman !”.

Lalu penceramah itu mengulas ceramahnya, “Bapak-bapak, ibu-ibu, bagaimana kita akan mencintai Rasulullah saw dan keluarganya, jika kita tidak mengenal mereka? Bagaimana  kita merindukan Rasulullah saw jika kita tidak tahu tentang beliau dan para sahabatnya? Bukankah ada pepatah yang mengatakan, “Tak Kenal maka Tak Sayang?”

Cuplikan cerita di atas memang sebuah ironi sekaligus kenyataan, betapa masih banyak dari umat Islam yang belum banyak mengenal tentang siroh (sejarah perjalanan)Nabi saw.

Umat Islam kini lebih mengenal tokoh selebriti dari pada mengenal para isteri Nabi yang mulia. Mereka lebih mengenal para tokoh politiknya dari pada mengenal para sahabat Nabi saw yang mulia. Anak-anak kita lebih mengenal tokoh pahlawan film kartonnya dari pada mengenal kepahlawanan para sahabat yang berjihad dalam medan peperangan. Coba kita tanyakan kepada anak-anak kita siapakah tokoh Kholid bin Walid itu? Pasti mereka belum mengenalnya. Akan tetapi jika kita tanya kepada mereka, siapakah Robinhood itu? Pasti mereka mengenalnya.

Jika kita tanya pada anak-anak kita siapakah Ipin dan Upin itu? Pasti mereka menjawabnya dengan tepat. Namun jika kita tanyakan pada mereka, siapakah Hasan dan Husein itu?, mereka pasti hanya melongo  dengan tatapan kosong. Jangankan anak-anak kita yang ditanyai tokoh-tokoh itu, kita pun barangkali tidak mengenal putera, cucu dan para sahabat Rasulullah saw.

Oleh sebab itu, tidaklah mengherankan jika umat Islam kurang mencintai dan mengenal sejarah dan kisah heroik yang pernah terjadi pada masa Rasulullah saw dan para sahabatnya. Akibatnya, Nabi dan para sahabat tidak dijadikan tokoh panutan bagi anak-anak muslim dan umat Islam secara keseluruhan.

Karena itu, mempelajari dan mendalami siroh Nabawiyah (kisah perjalanan hidup Nabi) menjadi suatu keniscayaan. Karena dengan mempelajari kisah Nabi saw dan para sahabat akan mendapat  berbagai manfaat, antara lain:

1. Siroh Nabi menjadi inspirasi bagi kehidupan. Sebab, pada hakekatnya sejarah akan berulang, problematika  pun akan sama. Yang berbeda hanyalah frekwensi dan tokoh pelakunya. Cara menemukan solusinya pun sama. Yakni berpegang pada al-Quran dan modal sejarah Nabi melalui hadits-haditsnya. Oleh sebab itu, ada ungkapan yang mengatakan, “Tidaklah akan baik umat ini kecuali dengan sesuatu yang pernah menjadi baik para generasi pertama”, dan sesuatu itu adalah kitabullah dan sunnah Rasul-Nya.

2. Mempelajari siroh Nabi akan menghadirkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad saw dan para sahabat Dan rasa cinta itu akan melahirkan sikap pengorbanan. Oleh sebab itu Sayid Qutub mempertahankan mata kuliah Siroh Nabawiyah ini pada kurikulum Universitas Al-Azhar Cairo di saat kolonial Inggris mengajukan penghapusan mata kuliah ini melalui Kementerian Pendidikan. Karena penjajah Inggris mengkhawatirkan kebangkitan umat Islam yang terinspirasi dengan mempelajari siroh Nabi saw.

3. Dengan mempelajari siroh Nabi, kita akan mengetahui hukum yang disebutkan oleh suatu ayat al-Quran. Sebab, setiap ayat memiliki asbabun nuzul (sebab turunnya ayat) melalui peristiwa yang melatar belakangi turunnya ayat itu. Jika kita hanya mengartikan ayat secara  letterlek tanpa mengetahui sebab turunnya ayat, maka akan menimbulkan kesalahpahaman dalam suatu hukum.

4. Dengan mempelajari siroh Nabi saw, kita akan mengetahui tahapan-tahapan dalam berdakwah. Mulai dari dakwah sirriyah (dakwah secara rahasia dan diam-diam), dakwah jahriyah (dakwah secara terang-terangan), hingga dakwah bis shultoh (dakwah dengan kekuasaan). Kemudian kita menerapkannya pada kontek kondisi umat Islam berada.

5. Metode mempelajari siroh nabi saw pun sebenarnya mengikuti metode Allah swt kepada Nabi-Nya. Betapa dalam al-Quran, Allah swt banyak menceritakan kisah-kisah para Nabi kepada Nabi Muhammad saw, agar kisah-kisah itu menjadi inspirasi dan penyemangat dalam mengemban tugas dakwah. Itulah sebabnya Allah swt berfirman:  Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al-Quran ini kepadamu”  (QS. Yusuf: 3). #

Jamhuri


1 komentar:

ali ridha mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.