Sentilan-Sentilun Ramadhan
Oleh:
Muhammad Jamhuri

“Boleh” Jawab ustadz tenang.
“Lho? Waktu saya kecil, orang tua saya dan guru saya
bilang, orang yang gak puasa gak boleh ikut lebaran?” Tanya jamaah penasaran.
“Boleh !, wong jangankan orang yang gak puasa, orang
Cina, orang kafir aja pada ikut lebaran kok?, iya toh?” ustadz meyakinkan. “Bahkan,
yang memanfaatkan dan merayakan lebaran justru orang-orang kafir”. Tambah
ustadz
“Maksud pak ustadz?” Jamaah tanya lagi penasaran.
“Lha, adanya ramadhan dan lebaran, yang paling merayakan
keuntungan siapa? Mayoritas orang kafir kan? Yang punya pabrik kecap siapa?
Pabrik sirop? Garmen? Mall-mall?mini market? Kan mayoritas pemiliknya orang
kafir? Dan dagangan mereka laku keras kan?” Ustdaz mencoba meyakinkan.
“Hmm..iya sih....Tapi ustadz, bukan itu maksud saya,
nanti di hari lebaran itu lho, yang boleh merayakan lebaran hanya yang berpuasa
kan?” kata jamaah minta penegasan.
“Tetap.......saat lebaran juga orang kafir boleh merayakan, bahkan mereka paling lama
merayakannya. Buktinya, sebelum lebaran mereka sudah berliburan dan berlebaran jalan-jalan dan tamasya ke luar negeri menikmati
keuntungan selama ramadhan. Kalau kita yang muslim, paling kuat jalan-jalan ke
kuburan, ziarah” Ustadz menyanggah
sekaligus menegaskan bahwa lebaran itu milik semua.
“Kalau semua boleh merayakan lebaran, kalau gitu apa dong
keistimewaan orang yang berpuasa? Kalau yang ikut lebaran boleh siapa saja, apa
gunanya kita berpuasa kalau begitu?” Tanya jamaah pasrah dengan wajah yang nampak muram
“Begini, harus dibedakan dulu antara” Lebaran” dan “Idul
Fitri”. Lebaran itu adalah tradisi yang bisa dilakukan siapa saja, baik orang
yang puasa atau yang tidak puasa, baik
muslim maupun kafir. Tapi yang namanya “idul fitri” adalah kembali
kepada kesucian, setelah dosa-dosanya diampuni dan amal ibadahnya diterima Allah
swt. Seseorang menjadi seperti seorang
bayi yang kembali kepada kesucian. Nah, idul fitri dalam makna inilah hanya
dapat dirayakan dan dirasakan oleh orang yang beribadah dengan baik selama
bulan Ramadhan. Sedangkan orang yang tidak berpuasa tanpa uzur, apalagi dia
kafir, mereka tidak merasakan dan merayakan idul fitri.” Jelas ustadz panjang
lebar.
“Nah..itu tuh maksud pertanyaan saya tadi pak ustadz” Tutur
jamaah sambil mulai tersenyum.
“Harusnya dari awal pertanyaan bapak tuh begini, ‘orang
yang gak puasa bisa ikut idul fitri gak?. Gitu, pak” Ustadz meluruskan.
“Kan dari awal juga saya tanya begitu ustadz..?” ujar
jamaah mengeles.
“Maaf, bapak
pernah menyaksikan aksi pelawak bernama BOLOT gak?” kini ustadz yang bertanya.
“Pernah, pak ustadz.” Jawab jamaah, “Memang kenapa, pak
ustadz..” tanya lagi
“Nanti malam, ada acara Opera Van Java, kata iklan TV, Bolot akan menjadi bintang tamu..” Ustadz
memberi informasi
“Terus?” tanya jamaah.
“Tonton sampai abis ya?
Dan perhatiin, dia ngomong “lebaran” atau “idul fitri”?
“Baik ustadz....” jawab jamaah..
“Lha...bukannya bapak sedang i’tikaf?kok mau
nonton TV? ” Tanya ustadz.
“Oh iya, saya bolot eh lupa amat… ya?” jawabnya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar