Sentilan Sentilun
Ramadhan
Oleh: Muhammad Jamhuri

“Yang bikin bingung memang apanya?” Ustadz balik tanya.
“Begini pak ustadz, Islam kan mengajarkan kita hidup
bersih, bahkan kita dianjurkan memakai wewangian, kok pada saat puasa, mulut yang bau sama
dengan wanginya kesturi? Berarti kita mendingan gak sikat gigi aja...biar mulut
semakin bau jadi semakin wangi di sisi Allah?.”
Jamaah menjelaskan.
“Itu disebabkan bentuk kepasrahan dan ketundukan” jawab
ustadz singkat.
“Maksudnya apa ustadz?” tanya jamaah penasaran.
“Semakin tunduk dan pasrah pada perintah Allah, semakin
dimuliakan Allah, betapapun kondisinya” ustadz mulai menjelaskan.
“Bisa diperjelas lagi ustadz?” tanya jamaah.
“Bapak pernah ikut pramuka atau kepanduan? Atau ikut
Outbond?” Tanya ustadz.
“Pernah dulu di SMA ustadz, Outbound juga pernah waktu
perusahaan mengadakan Training Leadership” Jawab jamaah.
“Nah, saat bapak ikut kemah atau outbond, kita pernah
kan seharian gak mandi, bahkan kita diperintah merangkak di selokan air yang
kotor, baju kita kotor, gak mandi, gak bersih-bersih sampai menjelang maghrib
baru selesai dan baru boleh bersih-bersih? Iya kan?” Tanya ustadz.
“Betul, ustadz.” Jawab jamaah.
“Nah, saat itu kita lakukan karena kita taat pada
perintah komandan atau ketua regu, dan tak seorang pun membantah perintah
mereka, karena kita takut sangsi atau tidak mau dikatakan sebagai peserta yang
membandel, sehingga kita rela berkotor-kotor dan gak mandi seharian, apalagi
sikat gigi, bahkan kadang kita tidak sempat ganti pakaian selama 2 hari,
walaupun pakaian kita sudah terasa bau dengan keringat. Iya kan?, Nah demikian
juga dengan kita terhadap Allah, Allah suka kepada kita jika kita mentaatinya
walaupun resiko keadaan yang tidak kita inginkan. Sebagai contoh, dalam ibadah
haji, selama ihrom, jamaah dilarang memakai baju berjahit bagi lelaki, tidak
boleh pakai wewangian dalam bentuk apapun, agar mereka sadar akan jati dirinya
bahwa saat wafat, mereka hanya berpakaian kain kafan, jenazah akan bau seperti
bangkai. Sehingga mereka akan merenung tentang akhir hidup ini. Mereka rela
meninggalkan kemewahan pakaian dan wewangian karena tunduk akan perinah Allah
sehingga Allah menyukai mereka karena mereka tunduk akan perintah Allah, Hingga
dalam hadist qudsi Allah swt berkata pada Malaikat, “Wahai para Malaikat,
lihatlah hamba-hambaku, mereka datang dari tempat yang jauh dalam keadaan
pakain berkumal-kumal dengan debu semata-mata ingin mendapat ampunanKu,
saksikanlah bahwa Aku telah mengampuni dosa mereka.”. Di sini Allah membanggakan
orang seperti itu di hadapan para malaikatNya.” Ustadz menjelaskan panjang
lebar.
“Tapi ustadz, berarti sejak pagi kita gak usah sikat
gigi kalau sedang puasa, supaya tambah bau?” Tanya jamaah lagi.
“Bukan baunya
yang dinilai, tapi kepatuhannya kepada Allah. Sebab orang puasa yang tidak
makan dan minum biasanya akan terjadi perubahan dalam mulutnya sehingga tidak
sedap, sementara ada segolongan manusia
–terutama orang elit- tidak mau puasa karena alasan takut bau mulutnya sedangkan
mereka tidak terbiasa. Ada pula orang
yang terbiasa merokok atau “ahli hisap” jika gak merokok, mulut terasa asem,
lalu benci pada puasa, maka hadist itulah menjadi jawabannya. Dan oleh sebab
itu, para ulama pun tidak menyarankan sepanjang hari tidak bersiwak atau bersikat
gigi. Mereka membolehkan bersiwak atau bersikat gigi di pagi hari hingga waktu
zhuhur (zawal). Artinya disini Islam tetap menganjurkan kebersihan dan
keindahan, tapi di sisi lain, Allah juga menguji ketundukan dan kepatuhan
hamba-hambaNya,” Ujar Ustadz menambah keterangannya.
“Ohh...begitu...artinya Islam menjaga keseimbangan ya
ustadz?” tanya jamaah meyakinkan.
“Benar” jawab ustadz. “Udah yah saya pamit pulang, rumah
saya jauh, takut kemalaman dan ngantuk di kendaraan.” Tambah ustadz menutup
dialognya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar