Kamis, 31 Mei 2018

Kenapa Wahyu Turun di Gua dan Bukan di Masjid? Bukankah Tempat Terbaik itu Masjid?


Sentilan Sentilun Ala U.J (Ust.Jamhuri)

Kenapa Wahyu Turun di Gua dan Bukan di Masjid? Bukankah Tempat Terbaik itu Masjid?


“Pak ustadz, saya jamaah ustadz, boleh gak ganggu?” Sapa Jamaah di ujung telepon.

“Oh ya..ada yang bisa saya bantu?” Jawab ustadz menawarkan bantuan.

“Gini ustadz, saya baca di medsos, ada akun FB atas nama AFI NIHAYA FARADISA, dia mempertanyakan, mengapa wahyu turunnya di gua? Bukan di masjid? Padahal tempat yang terbaik kan di masjid?” Cerita Jamaah.

“Terus..?” Ustadz balik bertanya

“Ya itu tadi ...apa jawabannya, ustadz?” . Jamaah penasaran.

“Tunggu...tunggu....siapa nama pemilik  akunnya? Kedengarannya punya arti aneh deh..?” Tanya ustadz

“Akunnya AFI NIHAYA FARADISA, pak ustadz...” Jawab jamaah.

“Hmm.. Saya jadi inget ayat yang berbunyi AFI iLLAH SYAKKUN”. Ustadz berseloroh.
“Apa tuh ustadz artinya?” Tanya jamaah

“Itu kalimat sindiran Allah kepada orang-orang yang meragukan adanya Allah, artinya ayat itu adalah ‘apakah terhadap adanya Allah ada keraguan?’ Nah, kata AFI NIHAYA FARADISA kalau itu berasal dari bahasa Arab, artinya adalah ‘Apakah di akhir ada surga?’, jadi sepertinya mirip. Mirip keraguan adanya surga atau tidak?” Jelas ustadz.

“Kaya orang PKI ya ustadz yang tidak percaya adanya hari kiamat, surga dan neraka?” Ujar jamaah,

“Wah...saya tidak tahu...wallahu a’lam.... dah....” jawab ustadz.

“Terus, gimana dong ustadz, jawaban terhadap pertanyaan tadi? Pertanyaannya, kenapa wahyu turun di gua bukan di masjid?, padahal masjid adalah tempat yang paling mulia?” Tanya jamaah mengingatkan.

“Hemmm...bismillah....begini...sebenarnya turunnya wahyu itu terbagi dua;
Pertama, turun secara sekaligus, yakni dari Lauhil Mahfuzh ke langit dunia secara sekaligus, artinya tidak berangsur. Redaksi alquran yang dipakai untuk menjelaskan turunnya al-quran secara sekaligus ini adalah akar kata “ANZALA-YUNZILU”. 

Kedua, al-quran turun dari langit dunia ke bumi secara berangsur dan bertahap. Redaksi alquran yang dipakai untuk menjelaskan turunnya al-quran bertahap ini adalah akar kata “NAZZALA-YUNAZZILU”.

Nah, jadi saat al-quran diturunkan dari langit ke bumi, itu secara bertahap, bukan semua ayat turun di gua. Tapi,  ada ayat yang turun saat di masjid, ada saat di padang Arafah, di perjalanan, di medan perang dan lain-lain.

Mungkin pemilik akun itu bermaksud ayat yang turun di gua itu adalah wahyu pertama yang turun, dan gua yang dimaksud juga adalah gua Hira...

Jika itu yang dimaksud, lalu dia memprotes kenapa turun di gua?Kok tidak di masjid? Maka jawabnya,:  ya..suka-suka Allah-lah...sama halnya dengan protes orang Yahudi saat kiblat umat Islam dialihkan Allah dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram...jawaban Allah; “Wa lillahil masyrriq wal maghrib’ (Kepunyaan Allah arah timur dan Barat)..artinya..ya suka-suka Allah  lah yang punya arah mata angin...Yang punya bumi.. Yang punya masjid...Yang punya gua...he..he...” Jawab ustadz dengan sersan (Serius tapi santai)

“Tapi kan, bukankah masjid adalah tempat yang terbaik, pak ustadz?” Tanya jamaah lagi
“Benar” jawab ustadz.

“Tapi kenapa Allah memilih gua sebagai tempat turun wahyu pertamaNya?” Tanya jamaah penasaran.

“Hadeuh....! kan udah saya jelasin....itu suka-suka Allah yang punya Gua..?” jawab ustadz kesal.
“Maaf pak ustadz, selain jawaban tadi, ada jawaban lain yang bisa logis gitu?” desak jamaah.
“Begini pak....Dulu kondisi masjidil Haram itu agak parah... di dalam Ka’bah dan sekitarnya saja banyak sekali patung-patung dan berhala. Bahkan jumlah patung itu ada 360 biji......Nah, bagaimana Nabi bisa konsentrasi mencari jatidiri dan membersihkan diri? Sementara berhala-berhala dengan berbagai bentuknya ada di sana? Belum lagi kondisi masyarakat jahiliyah saat itu masih mabuk-mabukan hingga masuk ke sekitar Ka’bah? Lha? Nanti, bapak protes lagi, jangan-jangan wahyu itu datang dari patung? Atau dari omongan ngelantur orang mabok? Hah? Bagaimana kalau ada anggapan seperti itu? Kacau kan wahyu nya nanti?, bisa tidak dipercaya? Nah, oleh sebab itu, Allah pilih tempat yang hening, jauh dari hiruk pikuk kejahiliyahan. Paham..?”

Kedua, Nabi saw cuma sekali itu bertahannust (menyendiri untuk mendekatkan diri pada Tuhan) di dalam gua. Setelah itu, nabi tidak pernah ke Gua lagi kecuali saat bersembunyi di gua Tsur. Itu pun bukan untuk ibadah, tapi karena menghindar dari kejaran Quraisy saat Nabi saw berhijrah menuju Madinah. Selebihnya, Nabi banyak beribadah di Masjid. Apalagi saat di Madinah, Nabi saw selalu beri’tikaf di dalam masjid, bukan itikaf di dalam Gua. Paham?.Adakah riwayat Nabi beritikaf di gua? Gak ada kan?

Jadi, memang “Khoirul biqo’ baitun min buyutillah” (sebaik-baik dataran adalah rumah Allah alias masjid), dan Nabi telah mencontohkan sepanjang hidupnya beritikaf di masjid, bukan di gua apalagi di pasar...he..he...

Adapun nabi saw menyendiri di gua saat itu, dan tidak di masjid, karena di masjdil haram (ka’bah) suasananya tidak nyaman, baik karena kebisingan maksiat kaum Jahiliyah maupun karena banyaknya berhala-berhala di sekitar masjid. Begitu pak..sudah jelas?...
maaf Pak,  kuping saya udah panas nih, kelamaan nelpon.” Ustadz mengakhiri penjelasannya.

“Ohh ya ,,pak ustadz,..maaf nelpon kelamaan...terima kasih pak ustadz....atas pencerahannya...assalamu alaikum..?” Ucap jamaah mengakhiri pembicaraannya
“Walaikumussalam..” tutup Ustadz.


Tidak ada komentar: