Minggu, 14 Maret 2010

Mendidik Dengan Cinta

"Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu” (QS.Ali Imran: 159).

Mendidik adalah tugas utama orang tua. Keduanya-lah yang akan membuat anak bertumbuh kembang, baik fisik, mental, pengetahuan, bahkan keimanan. Namun, dalam mendidik anak, terkdaang kita sering memarahinya ketimbang mengasihinya. Kalimat perintah dan larangan seakan tidak lepas dari mulut kita. Yang lebih parah kita sering mengeluarkan kata-kata yang membuat perkembangan anak terhambat.

Rasulullah saw telah memberi contoh kepada kita bagaimana mendidik anak dengan cinta.
DR. Maisarah Thahir berkata: Sarana tarbiyah (pendidikan) dengan cinta, atau bahasa cinta, atau abcd cinta, ada delapan, yaitu 1.Kosa kata cinta, 2.Pandang mata cinta, 3.Suapan cinta, 4. Sentuhan cinta, 5.Selimut cinta, 6. Pelukan cinta, 7. Ciuman cinta, 8. Senyum cinta

Pertama: Kosa kata cinta
Berapa kosa kata cinta kita ucapkan kepada anak-anak kita?
Dalam sebuah kajian dikatakan: seorang anak dari bayi sampai ABG telah mendengar tidak kurang dari 16 ribu kosa kata buruk, namun, ia hanya mendengar ratusan kosa kata baik!
Image yang tergambar dalam pikiran seorang anak tentang dirinya merupakan salah satu hasil dari omongan yang didengarnya, seakan sebuah kosa kata adalah sebuah kuas di tangan seorang pelukis, bisa jadi ia melukiskannya dengan warna hitam, bisa juga melukiskannya dengan berbagai warna indah. Jadi, kosa kata-kosa kata yang ingin kita ucapkan kepada anak-anak kita, harus yang baik, kalau tidak baik, jangan kita ucapkan

Sebagian orang tua, sebagian kosa kata mereka merendahkan, menjelek-jelekkan, atau merendahkan ciptaan Allah, akibatnya terhadap anak adalah mengurung diri, permusuhan, ketakutan, tidak percaya diri

Karena itu kita harus selektif dalam memilih kata-kata, karena kata sangat berpengaruh pada jiwa yang mendengarnya.
Kedua: pandang mata cinta

Jadikan kedua mata kita tepat pada kedua mata anak kita, disertai senyuman, dan bergumamlah dengan suara tidak terdengar: “aku mencintaimu wahai si fulan”, sebanyak tiga atau lima atau sepuluh kali, jika hal itu disikapi oleh anakmu celaan, atau merasa aneh, dan ia berkata: “apa yang kamu lakukan wahai ayahku”, maka jawablah: “aku rindu kepadamu wahai fulan”. Jadi, pandangan mata, dan cara ini, mempunyai dampak dan hasil yang luar biasa.

Ketiga: suapan cinta
Cara ini tidak bisa dilakukan kecuali seluruh anggota keluarga berkumpul di satu meja makan. janganlah menempatkan tv di ruang makan], agar terjadi interaksi dan pertukaran pandangan mata. Dan saat menikmati santapan makan, hendaklah orang tua berusaha menyuapkan beberapa suap ke mulut anaknya [dengan catatan, anak kelas V atau VI SD ke atas, pasti merasa bahwa cara ini tidak bisa mereka terima], jika sang anak menolak menerima suapan itu di mulutnya, maka letakkan pada sendok atau piringnya. Hendaklah saat menyuapi disertai dengan pandangan mata cinta diiringi senyuman, kosa kata indah dan suara pelan: “demi Allah wahai anakku, saya sangat ingin menyuapimu dengan suapan ini, ini adalah kurir cintaku wahai sayangku”, setelah ini, pasti dia mau menerimanya.

Keempat: sentuhan cinta
DR. Maisarah berkata: saya nasihatkan agar orang tua memperbanyak sentuhan terhadap anaknya. Bukan sebuah kebijakan jika seorang ayah berbicara dengan anaknya pada dua kursi yang berbeda. Sebaiknya sang anak ada di sampingnya, dan hendaklah tangan sang ayah menempel di bahu anaknya (tangan kanan ada di bahu kanan). Kemudian DR. Maisarah menjelaskan cara nabi SAW menghadapi lawan bicaranya: “Nabi Muhammad SAW menempelkan kedua lututnya dengan lutut lawan bicaranya, dan meletakkan kedua tangan beliau di atas kedua paha lawan bicaranya, dan posisi menghadap secara penuh”. Sekarang terbukti bahwa sekedar sentuhan seseorang merasa dicintai dan kehangatan hubungan meningkat ke puncak tertinggi. Karenanya, jika hendak berbicara dengan sang anak, atau hendak menasihatinya, janganlah duduk berjauhan, sebab, dengan begini, terpaksa harus bersuara keras, dan [suara keras membuat sang anak lari, dan jika sang anak itu laki-laki, maka peganglah bagian pahanya, dan jika sang anak perempuan, maka peganglah bahunya, dan peganglah tangannya dengan penuh kasih sayang, letakkan kepala sang anak pada bahu sang ayah, agar ia merasa dekat, aman, dan tersayang, sambil katakan: “Aku bersamamu, aku akan memohonkan pengampunan untukmu jika kamu bersalah”.

Kelima: selimut cinta
Hendaklah setiap malam seorang ayah atau ibu melakukannya, jika sang anak telah tidur, maka datangilah ia dan ciumlah, niscaya dia akan merasakan kehadiranmu, karena jenggot wajahmu yang biasa engkau bercanda dengannya, jika ia membuka satu matanya sedangkan yang lainnya masih terpejam dan ia berkata: “engkau datang wahai ayahku?”
Maka katakan kepadanya: “Betul, aku datang wahai sayangku!”. Dan selimutilah dia
Dalam pemandangan ini, sang anak akan berada dalam kondisi setengah sadar antara tidur dan tidak, dan pemandangan tadi akan tetanam dalam pikirannya, dan saat ia terbangun pada esok harinya, ia akan teringat bahwa semalam ayahnya datang dan melakukan ini dan itu.
Dengan perbuatan seperti ini, menjadi dekatlah jarak antara orang tua dan anak, dan kita wajib dekat dengan anak dengan pisik dan hati kita.

Keenam: dekapan cinta
Janganlah kita pelit dengan dekapan terhadap anak. Sebab, keperluan anak kepada dekapan sama dengan keperluannya kepada makanan, minuman dan udara, setiap kali ada yang terkonsumsi, niscaya diperlukan yang lainnya.

Ketujuh: ciuman cinta
Rasulullah SAW mencium salah seorang cucunya; Hasan atau Husain. Perbuatan ini terlihat oleh al-Aqra’ bin Habis, maka ia berkata: “Apakah engkau mencium anak-anak kecil?!! Demi Allah, saya mempunyai sepuluh anak, tidak pernah aku mencium seorang pun dari mereka!! Maka Rasulullah SAW bersabda: “Kalau saja aku mempunyai kemampuan untuk mencabut kasih sayang dari dalam hatimu”

Wahai para orang tua, ciuman kepada anak merupakan satu ekspresi kasih sayang, betul, kasih sayang yang menjadi focus ajaran Al-Qur’an, Allah SWT menjelaskan bahwa ia merupakan rahasia ketertarikan manusia kepada suatu keyakinan, dan jika kasih sayang ini hilang dari perilaku kita terhadap anak-anak kita, berarti kita telah menjauhkan mereka dari kita, baik kita sebagai perseorangan maupun kita sebagai para da’i, da’i Islam. Firman Allah SWT yang artinya: Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu” (QS.Ali Imran: 159).

Kedelapan: Senyum cinta
Senyum yang kita pancarkan pada anak kita memiliki energi kuat dalam hatinya. Di dalamnya terkandung optomimisme, doa, bahkan sedekah. Penularan energy positif inilah sehingga seyum disamakan dengan sedekah.

Inilah sarana-sarana cinta, siapa yang menerapkannya, niscaya mendapatkan cinta dari mereka yang berinteraksi dengannya.
Sebagian orang tua saat dinasihati demikian berkomentar: “Kami tidak terbiasa”.
Subhanallah!! Adakah kebiasaan itu tidak bisa diirubahnya? Bukankah Qur’an yang turun dari langit yang dapat merubah kaum Jahiliyah tidak bisa merubah sikap kita? Seberapa imankah kita dengan al-Qur’an?
Sarana-sarana ini ibarat air, dengannya tanaman cinta akan tumbuh di dalam hati. Dan jika kita ingin dibaiki oleh anak kita, baikilah anak kita, dan sayangilah mereka.
Perlu diketahui bahwa cinta tidak sama dengan tutup mata atau membiarkan kesalahan. Cinta justru peduli terhadap kesalahan dan kebaikan anak. Mulailah mencinta maka kita akan dicinta.
Wallahu a’lam.#