Senin, 18 April 2022

Khutbah Idul Fitri 2022

Oleh : KH. Muhammad Jamhuri, Lc MA*

Masjid Al-Muhajirin Cluster Catalina Summarecon - Tangerang


اللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ

اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ ِللهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْدًا لِلْمُسْلِمِيْنَ  وَالْمُسْلِمَاتِ وَالصَّائِمِيْنَ وَالصَّائِماَتِ, وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى سَيِّدِنَا محمد سَيِّدِ السَّادَاتِ, وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِاحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ اْلـمِيْعَادِ. أَشْهَدُ اَنْ لَّااِلهَ اِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ محمد وَعَلَى الِهِ وَصَحْبِهِ أجْمَعِيْنَ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

أَمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ الله, اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالى: وَلِتُكْمِلُوا اْلعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ.

 

Kaum muslimin wa muslimat yang berbahagia

 

Kalimat “Allahu Akbar adalah simbol umat Islam di seluruh dunia. Sejak malam tadi, kalimat ini terus menggema-membahana hingga menembus ke ruang angkasa...

Di kota-kota, desa-desa, bahkan daerah terpencil, selama masih ada seorang muslim, suara ini terus menggema, menandakan rasa kesyukuran kepada Allah swt atas apa yang telah dicapai selama Ramadhan, sekaligus sebagai bukti kelemahan Hamba di hadapan Allah yang Maha Besar. Kebesaran Allah juga tidak hanya terlihat dari kekuasaan di alam raya, namun juga Allah memberi nikmat berupa hidayah dan syariat Islam, terutama syariat puasa di bulan Ramadhan. Tidak ada agama yang selengkap dan seindah ajaran agama Islam. Di bulan Ramadhan inilah selama sebulan lamanya terjadi “Mega Training” secara massif bagi umat manusia dalam memperbaiki tubuhnya, memperbaiki akhlaknya, memperbaiki mentalnya, memperbaiki sikapnya, memperbaiki pola hidupnya, memperbaiki hubungan spritualnya dengan Tuhan, memperbaiki hubungan sosialnya, memperbaiki kondisi ekonominya, bahkan memperbaiki barisan persatuan dan ukhuwahnya. Itulah sebabnya, di akhir ayat shiyam, Allah swt berfirman:

وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللَّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

“Dan hendaklah engkau menyempurnakan bilangan puasa dan hendaklah membesarkan nama Allah atas petunjuk(ajaran)Nya kepadamu dan agar kamu bersyukur” (QS.al-Baqarah: 185)

 

Allahu Akbar..Allahu Akbar...Walillahilhamd

Tentu saja, perasaan rasa syukur ini hanya bisa dirasakan oleh kaum muslimin dan muslimat yang telah melaksanakan ibadah selama bulan Ramadhan. Mengapa? Karena mereka telah mampu taat dan patuh melaksanakan perintah Allah swt. Dengan puasa dan diiringi dengan membayar zakat, manusia akan kembali kepada fitrah dan kesucian. Inilah makna yang terkandung dalam kata “Idul Fitri”

Berbeda dengan kata “lebaran” yang lebih dekat dengan kata “liburan”. Semua orang boleh ikut berlebaran dan berliburan, baik orang yang berpuasa maupun orang yang tidak berpuasa. Bahkan orang-orang non muslim pun ikut berliburan lebaran. Mereka sama-sama memakai baju baru mereka, mereka sama-sama bertamasya, mereka sama-sama memakan hidangan yang enak. Semuanya ikut merasakan liburan lebaran. Bahkan –boleh saya katakan- non muslim adalah mengambil bagian terbanyak dari tradisi lebaran ini. Mereka mendapat keuntungan dari situasi Ramadhan, terutama di bidang ekonomi. Siapakah yang memiliki sentra-sentra produksi selama Ramadahan?, siapakah pemilik produk kecap? sirop? garmen, mall-mall?mini market-mini market? Mereka mayoritas adalah saudara kita dari kalangan non muslim. Mereka telah ber”lebaran” dengan keuntungan Ramadhan yang mereka raih, bahkan mereka dapat berlibur ke luar negeri di masa-masa liburan lebaran ini.

Namun, meskipun merasakan lebaran, apakah mereka juga merasakan “idul fitri”? Tidak. !. Yang dapat merasakan idul ftiri adalah mereka kaum muslimin yang telah berpuasa dengan iman dan ikhlas, yang mengisi Ramadhan dengan aktifitas ibadahnya, mereka lah yang hanya dapat merasakan idul fitri (kembali kepada fitrah dan kesucian)

Allahu Akbar..Allahu Akbar...Walillahilhamd

Kaum Muslimin wal muslimiat rahimakumullah

Selain rasa gembira dan bahagia karena telah melaksanakan perintah Allah dan rasul-Nya, kita juga merasakan kesedihan ditinggal oleh bulan Ramadhan. Ibarat seorang tamu yang datang sekali setahun, dan setiap datang selalu menebar kebahagiaan kepada kita. Maka kedatangannya selalu dirindukan dan kepergiannya selalu ditangisi. Begitu pula dengan Ramadhan, kepergiannya membuat sedih hati kaum muslimin yang taat. Mereka khawatir tamu itu tidak akan bertemu lagi dengan mereka, karena mereka tidak tahu kapan ajal akan menjemput mereka. Sudah maklum buat, masa-masa pandemi Covid 19 lalu telah membuktikan beberapa sadara kita, tatangga kita, teman dan sahabat, ada yang telah dipanggil Allah swt dan tidak dapat bertemu lagi dengan Ramadhan tahun ini.

Oleh sebab itu, orang yang kedatangan “tamu” yang menyenangkan ini, tidak ingin kemesraan yang indah ini cepat berlalu, mereka tidak ingin tamu ini berpisah begitu saja. Mengapa mereka merasakan rindu yang mendendam seperti ini? Karena mereka mengetahui bahwa di dalamnya penuh dengan nikmat dan kebahagiaan. Mereka yang mengerti hal ini hanyalah sedikit saja. Sedangkan sebagian besar umat ini melewati Ramadhan dengan biasa-biasa saja.

 

Allahu Akbar..Allahu Akbar...Walillahilhamd..

 

Selain rasa bahagia dan sedih, kita pun perlu mengevaluasi ibadah kita selama Ramadhan:

Pertama, Sudah seberapa besarkah pengaruh ibadah yang kita lakukan, baik sholat, zakat maupun puasa? Sudahkah sholat dan puasa kita membuat kita hidup berdisiplin dan berkarakter? Sudahkah kita selalu merasakan kebersamaan dengan Allah di luar puasa sebagaimana yang kita rasakan saat berpuasa? Kita tidak berani minum atau makan barang sedikitpun jika belum datang waktu berbuka dan meskipun tidak ada orang yang melihat kita. Namun apakah hal yang sama bisa kita lakukan, dengan tidak berani mengambil hak milik orang lain, apalagi harta milik rakyat banyak? Atau tidak berani makan barang haram? Karena selalu merasa disaksikan Allah swt?

Kedua, Banyak di antara kita yang hanya berkonsentrasi pada tanggal 1 syawal, namun melupakan 30 hari bulan Ramadhan. Kita sibuk mencari harta demi tanggal 1 syawal, namun kita melewatkan hari-hari utama selama bulan Ramadhan. Kita sibuk bekerja untuk baju baru, hingga kita meninggalkan taraweh, membaca al-Quran, qiyamullail, itikaf, bahkan ada yang meninggalkan ibadah puasa yang menjadi inti ibadah di bulan Ramadhan.

Ketiga, kita sibuk memperdebatkan kapan hari raya idul fitri? Senin atau Selasa? Sehingga kita melupakan sisa-sisa akhir Ramadhan yang merupakan puncak dari turunnya malam lailatul qodar. Bagaikan seorang mahasiswa yang memperdebatkan kapan pengumuman hasil ujian, hingga mereka melupakan pelajaran ujian itu sendiri.

Keempat, tentang zakat fitrah yang salah satu fungsinya adalah membuat bahagia kaum dhuafa, sehingga tidak ada lagi pemandangan orang-orang yang masih meminta belas kasihan di hari raya, semuanya harus menunjukkan kebahagiaan. Namun kenyataannya, masih banyak kaum fakir miskin bertebaran di mesjid-mesjid meminta belas kasihan. Bahkan fenomenanya adalah justru lebih banyak penampakan kaum miskin di tengah-tengah kaum muslimin melaksanakan shalat ied. Hal ini terjadi karena ada dua kemungkinan, kemungkinan distribusi zakat belum maksimal serta tidak tepat sasaran, dan kemungkinan karena mental pengemis yang menghinggapi sebagian jiwa kaum muslimin. Mengemis dijadikan sebagai sebuah profesi. Padahal Rasululllah saw bersabda,

الْيَدُ الْعُلْيَا خَيْرٌ مِنْ الْيَدِ السُّفْلَى

“Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah”. (HR: Bukhori)

Muhasabah ini harus selalu kita lakukan, agar dari tahun ke tahun, umat Islam, pasca gemblengan Ramadhan, terus mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Jangan sampai Ramadhan hanya rutinitas yang kita lewati begitu saja, tanpa perubahan yang positif bagi kemajuan umat Islam.

 

Allahu Akbar..Allahu Akbar...Walillahilhamd..

Kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah..

Setelah kita melewati Ramadahan dengan serangkaian ibadah, kita berharap semoga seluruh ibadah kita diterima oleh Allah swt. Hal yang akan meringankan diri kita saat dihisab di hari kiamat. Namun, meskipun dosa kita diampuni oleh Allah swt, akan tetapi dosa yang kita lakukan kepada sesama manusia haruslah kita mintakan maafnya kepada setiap manusia yang pernah kita zalimi. Oleh sebab itu, momen idul fitri ini merupakan momen yang tepat untuk kita saling bermaaf-maafan. Sehingga ibadah Ramadhan kita menjadi sempurna.

Allah swt berfirman:

ضُرِبَتْ عَلَيْهِمْ الذِّلَّةُ أَيْنَ مَا ثُقِفُوا إِلَّا بِحَبْلٍ مِنْ اللَّهِ وَحَبْلٍ مِنْ النَّاسِ ُ

Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian) dengan manusia” (QS: Ali Imran: 112)

Ayat ini menjelaskan kepada kita, bahwa kehinaan akan menimpa seseorang jika tidak melakukan hubungan yang baik kepada Allah (hablum minallah) dan hubungan baik sesama manusia (hablum minannas).

Orang yang pertama kali yang harus kita mintakan maafnya adalah kedua orang tua. Karena merekalah yang telah melahirkan kita serta mendidik kita. Betapa pun sederhananya mereka dan serba kekurangannya dibanding kita, mereka adalah makhluk yang harus kita hormati, bahkan meskipun mereka berbeda agama keyakinan dengan kita. Jika orang tua kita telah tiada, maka ziarahilah kuburannya atau mendoakannya dengan segela kebaikan untuk mereka.

 

Allahu Akbar..Allahu Akbar...Walillahilhamd..

Kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah..

Saat ini kita memasuki bulan Syawal, dan Ramadhan tahun depan masih 11 bulan lagi. Kita tidak mengetahui apakah kita akan berjumpa lagi dengan Ramadhan tahun depan atau tidak?. Namun, meskipun kita sudah berada di luar bulan ramadhan, janganlah kita meninggalkan semangat ramadhan. Kita harus tetap jaga predikat “takwa” di luar ramadhan. Oleh sebab itu kalimat “la’allakum tattaqun” dalam ayat 183 surat al-Baqarah menggunakan fi’il mudhore (present countinue tense) “Tattaqun”, yang dalam bahasa Arab mengandung pesan “lil hadir wal mustaqbal”, yakni untuk masa kini dan masa mendatang, atau “lil istimror wat tajaddud” untuk terus menerus dan berkesinambungan. Sehingga kalimat “la’allakum tattaqun” mengandung pengertian agar engkau bertakwa terus menerus dan memperbaharui hingga masa-masa yang akan datang. Taqwa jangan hanya terjadi di bulan Ramadhan saja, akan tetapi juga terus berlanjut di masa-masa yang akan datang.

Salah satu ibadah terdekat yang bisa kita lakukan di bulan syawal ini adalah berpuasa sunnah enam hari di bulan Syawal. Rasulullah saw bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضانَ ثُمَّ أَتَبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كانَ كصِيَامِ الدَّهْرِ

“Barangsiapa berpuasa di bulan Ramadhan, kemudian dilanjutkan berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia seperti berpuasa selama setahun lamanya.” (HR: Muslim)

 

Allahu Akbar..Allahu Akbar...Walillahilhamd..

Kaum muslimin wal muslimat rahimakumullah..

Akhirnya, marilah sama-sama kita berdoa kepada Allah swt, semoga amal ibadah kita selama bulan Ramadhan dan bulan-bulan lainnya diterima oleh Allah swt.

Semoga Allah swt menerima sholat kita, puasa kita, tahajjud kita, zikir kita, khusyu’ kita dan menyempurnakan segala kekurangan dan kelalaian kita. Amin Yaa Rabbal alamin..

Semoga Allah swt menjaga negeri dan bangsa kita dari segala macam musibah, bencana dan petaka. Baik yang lahir maupun batin. Baik pandemi penyakit maupun krisis ekonomi dan politik. Aamiin yaa Robbal Alamin.

 

بارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ الله الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرّحِيْم

 

KHUTBAH  KEDUA

 

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ . اَلْحَمْدُ ِللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ لاَ إِلهَ إِلاَّ هُوَ الرَّحْمنُ الرَّحِيْمُ، أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ رَحْمَةً لِلْعَالَمِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لآإِلَهَ إِلاَّ اللهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ .اللّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَأَصْحَابِهِ أَجْمَعِيْنَ

أَمَّا بَعْدُ . فَيَا عِبَادَ اللهِ، اِتَّقُوا اللهَ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. وَاتَّقُوا اللهَ مَااسْتَطَعْتُمْ وَسَارِعُوْا إِلَى مَغْفِرَةِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى: أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ . يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقاتِهِ وَلا تَمُوتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُون .

وَقَالَ أَيْضًا: إِنَّ اللَّهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. اللّهُمَّ ارْضَ عَنِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ وَعَنْ جَمِيْعِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْن.

اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْياَءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، اللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ إِيْمَانًا كَامِلاً وَيَقِيْنًاصَادِقًا وَقَلْبًاخَاشِعًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا  وَتَوْبَةً نَصُوْحًا.

اللّهُمَّ أَصْلِحِ الرَّعِيَّةَ وَاجْعَلْ إِنْدُوْنِيْسِيَّا وَدِيَارَ الْمُسْلِمِيْنَ آمِنَةً رَخِيَّةً. رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار. وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

عِبَادَ اللهِ , إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ


*) Pengasuh Pesantren Terpadu Ekonomi Islam Multazam –Bogor. Disampaikan insya Allah pada shalat Idul Fitri 1 Syawal 1437 H/ Mei 2022 M  di Masjid Al-Muhajirin Catalina - Tangerang