Kamis, 22 Juli 2021

Aku dan Almarhum KH. Taufiq Hulaimi, MA.

Kamis dini hari 22-07-2021, usai qiyamullail menjelang subuh, aku buka hp dan wa yang masuk. Alangkah sedihnya saat membaca berita duka wafatnya teman dan sahabat-ku, KH. Taufiqul Azhar bin KH. Hulaimi Hatami yang wafat malam kamis 21 Juli 2021 jam 23.55 di RS. Yarsi Jakarta. Air mata saya pun terasa menetes, mengingat dan mengenang saat-saat berkawan dan bergaul dengan beliau walau hanya beberapa bulan intens.

Beliau adalah putra almarhum KH. Hulaimi Hatami, guru di Pondok Pesantren Daarul Rahman, Leuwiliang Bogor. Aku mengenal almarhum Taufiq Hulaimi saat beliau bergabung menjadi mahasiswa di Insitut Islam Darul Rahman (IID) dan termasuk angkatan pertama saat itu sekelas bersama-ku. Beliau sebelumnya adalah alumni Pesantren Daarus Salam Gontor Ponorogo. Orangnya humoris dan berjiwa pembelajar, kutu buku dan serius dalam menuntu ilmu.

Kami berpisah saat beliau mendapat panggilan kuliah di Universitas Al-Azhar sebelum genap setahun di IID. Sejak saat itu kami tidak tahu kabar beliau lagi. Tiga tahun kemudian saya yang mendapat panggilan kulian di Umm al-Quro Makkah setelah sebelumnya sempat kuliah di International Islamic University Islamabad (IIUI), Pakistan.

Pada saat aku kuliah di Makkah, aku kembali bertemu dengan beliau saat beliau menunaikan ibadah umroh di bulan Ramadhan bersama kawannya bernama Ahmad yang juga keluarga Abdurrahman an-Naidy pewakaf tanah Pesantren Daarul Rahman. Ahmad adalah kawan almarhum saat di Gontor dan bersama-sama kuliah di Mesir. Saat itu aku sedang melakukan kegiatan  i'tikaf di 10 terakhir bulan Ramadhan di Masjidil Rahman, dan bertemu di tempat i'tikaf di bagian lantai bawah tanah (Badrom) masjidil haram di pintu/Bab al-Fath. Tentu saja saat masjidil haram belum direnovasi seperti saat ini.

Setelah kami bertiga ngobrol sana-sini, mereka pun kembali ke hotel sederhana di sekitar masjidil haram. Esoknya Taufiq kembali menemuiku di tempat itikafku. Dia bercerita bahwa dia sedang beradu argumen (berdebat) dengan temannya itu. Yaitu masalah mana yang lebih utama, apakah orang yang berjihad di Palestina atau Raja Fahd yang telah berjasa membangun dua Masjidil Haram dan memakmurkankannya untuk kemaslahatan dan kenyamanan jutaan muslim beribadah?. Taufiq pegang pendapat jihad lebih utama, dan Ahmad pegang raja Saudi yang telah membangun masjidil haram. Dia minta pendapatku. Lalu aku cuma menyodorkan ayat al-Quran yang berbunyi:

أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَوُونَ عِنْدَ اللَّهِ

Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah (QS. At-Taubah: 19)

Setelah mendapat dalil itu, ia merasa mendapat amunisi untuk mendebat temannya itu. Sejak peristiwa itu, aku tidak tahu, beliau sangat ta'zhim sekali kepadaku. Meskipun aku lebih menta'zhimi beliau. Sebab jangankan secara keturunan yang beliau anak seorang kyai. Dari segi pendidikan pun beliau jauh di atas aku. Karena beliau saat menyelesaikan pendidkan S1-nya di Al-Azhar Mesir, beliau langsung melanjutkan pendidikan S2 dan S3 nya di Univeritas Omm Durman, Sudan hingga menggondol gelar Doktor. 

Pertemuan ketiga kalinya -setelah lama tak berjumpa- adalah saat di Bandara Sokerna-Hatta Jakarta. Saat itu beliau sudah sepekan tiba di Indoseia, Namun akan menjemput kawannya yang datang menyusul dan membawa ijazah S3 yang belum sempat dibawanya. Kebetulan saat itu aku sebagai Ketua STAI Asy-Syukriyah yang membutuhkan ijazah doktor untuk pengajuan izin pembukaan prodi baru Sekolah Tinggi-ku. Akhirnya kami janjian di Airport dan di sana almarhum langsung menyerahkan ijazah yang dibawa kawannya untuk keperluan pembukaan prodi baru di Sekolah Tinggi yang aku pimpin. Luar biasa, begitu ikhlas dan percaya nya beliau kepada kami.

Akhirnya, aku mendengar kabar beliau menjadi mudir (ketua) Ma'had An-Nuamy Jakarta, semacam Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan bahasa Arab (LIPIA).  Ma'had An-Nuamy menggunakan sistem semi pesantren. Disediakan asrama bagi mahasiswa. Bahasa pengantar pembelajarannya pun menggunakan bahasa Arab.

Suatu saat beliau menelpon ku, dan menceritakan akan membuka prodi ekonomi Islam di lembaganya. Karena beliau tahu bahwa aku lulusan prodi Ekonomi Islam baik saat di Umm al-Quro Makkah hingga UIN Syarif Hidayatullah, maka dia minta ijazah ku untuk mengurus pembukaan prodi tersebut. Ingat akan kebaikan beliau padaku, aku langsung datang ke lembaganya dan menyerahkan copy ijazahku.

Beliau adalah salah satu ulama yang membela dan mempertahankan aqidah dan amalan Ahlus Sunnah wal Jamaah. Meskipun keberadaan beliau di PKS sering disikapi kecurigaan teman-teman yang menganggapnya sebagai wahabi. Beliau sempat curhat padaku seperti itu. Aku hanya menanggapi, ah itu biasa, yang penting kita harus yakin dan teguh serta lurus dalam memperjuangkan Islam Ahlus Sunnah wal Jamaah dan tetap menghormati guru-guru seta selalu berpihak kepada umat. Karena saat berpihak kepada umat, maka sebenarnya kita sedang membela hak-hak umat mayoritas yang beraliran Ahlus Sunnah wal Jamaah. Insya Allah waktu yang akan menjawabnya.

Tulisan-tulisan dan ceramah-ceramah beliau di medsos menunjukkan keberpihakan dan pembelaannya kepada ahlus sunnah wal jamaah.  Meski pun mendapat hujatan dari golongan Salafi Wahabi. Aku termasuk yang menshare beberapa tulisan dan ceramah youtube beliau.Beliau terakhir menjadi pengurus DSP Dewan Syariah Pusat PKS.  yang bertugas mengawasi kebijakan partai agar tak keluar dari koridor syariah Islam.

Beliau juga sedang mendirikan pesantrennya yang belum rampung semuanya.

Kini beliau dipanggil Allah swt yang Maha Pengasih dan Penyayang . Semoga Allah swt mengampuni kesalahannya, dan menerima iman-islamnya serta amal sholeh dan kebaikannya. Selamat jalan kawan, semoga bertemu dengan para syuhada dan orang-orang sholeh di taman surga Allah swt. Aamiin.

Rabu, 21 Juli 2021

Menanamkan jiwa pengorbanan Keluarga Nabi Ibrahim Pada Santri

Semalam, saya ajak santri untuk menyaksikan film kisah Nabi Ibrahim as, tepat di hari kedua hari raya Idul Adha atau Idul Qurban. Saya punya prinsip, "al-Farogh Mafadah" Kekosongan (tanpa kegiatan) adalah kerusakan. Maka dari pada malam libur dan tak ada kegiatan, sedangkan pelarajan pun belum dimulai, maka saya putar film tersebut. Saya terjun langsung memberi ulasan dalam setiap adegan film tersebut, karena kapasitas pengetahuan sejarah para santri berbeda-beda. Bahkan boleh jadi, sebagian orang dewasa pun tidak mengenal sebagian adegan itu.

Durasi kisah tentang raja Namrudz saya lewati. Selain karena panjang, juga tidak ada relevansinya dengan sejarah qurban yang ingin diketengahkan. Maklum, durasi utuhnya panjang sekitar 1 jam 49 menit. Kalau diputar semua, santri bisa-bisa tidur jam setengah sebelas malam. Saya putar mulai di menit ke 50. Langsung dari raja Namrudz yang sedang menunjukkan kehebatannya bisa menghidupkan dan mematikan laksana Tuhan di depan nabi Ibarhim, dengan cara membebaskan seorang yang di penjara dan membunuh yang lainnya. Lalu dengan congkaknya Namrudz berkata, "Ibrahim, lihatlah aku pun mampu menghidupkan dan mematikan manusia". Ibrahim cuma menjawab, "Tuhanku mendatangkan matahari dari Timur". Coba kau datangkan dari barat. Namrudz cuma bisa marah, lalu mengusir Ibrahim dari negeri Babilonia, negeri yang dipimpinnya. Ibrohim migrasi ke Yuressalem.

Raja zhalim itu pun mati hanya oleh seekor nyamuk kecil 

Kisah yang lebih tepat untuk pelajaran bagi para santri, bahkan untuk wali santri bukan di situ, tapi kisah diperintahnya nabi Ibrahim untuk meletakkan istri dan puteranya ke sebuah lembah gersang dan tak ada pepohonan. Siti Hajar sempat bingung akan ditinggal berdua saja di sana. Tapi kemudian ia yakin akan dijamin hidupnya karena sedang melaksanakan perintah dari Allah. Ibrahim as pun bukan tidak yakin, tapi sebagai manusia ia merasa kasihan pada putera yang dikasihinya di tempat yang sepi, gersang, tak ada sumber air, apalagi pepohonan. Nah di titik inilah saya memberi ulasan. "Coba kalian pikirkan -ujar saya pada para santri- Nabi Ismail yang masih kecil ditinggal di tempat yang kondisinya seperti itu, bahkan kelaparan dan kehausan. Toh jika kita yakin kepada Allah swt, Allah tidak akan menyia-nyiakan." Allah kasih air zamzam, yang pada waktu berikutnya, Suku Jurhum yang melewati daerah situ pun ikut menetap, hingga Ibrohim as saat mengunjungi anak-istreinya setelah puluhan tahun ditinggal di Makkah terlihat ramai penduduknya

"Sedangkan kalian diletakkan orang tua kalian di sebuah pesantren, yang masih tersedia makanan dan minuman, tempat istirahat yang layak, bahkan bertemu banyak teman, apakah masih merasa tidak nyaman?"  Percayalah kalian harus bersabar sebagaimana bersabarnya Ismail dan Siti Hajar saat "dipesantrenkan" di tempat yang sepi, gersang, panas, dan tak ada seorang pun di sana.

Bagi orang tua wali santri, kisah ini pun hendaknya menjadi pelajaran, bahwa saat kita ikhlas menjalani hidup untuk meraih ridho Allah, Allah akan menjamin rezekinya. Bahkan rezeki yang Allah berikan kepada Ismail as dan Siti Hajar berupa air zamzam kini melimpah dan dapat dinikmati oleh umat Islam dari seluruh dunia sepanjang zaman. 

Terus terang, saat saya mulai membangun pesantren di tempat terpecil ini pun, termotivasi oleh kisah ini. Jadi, kisah-kisah dari al-Quran itu sebenarnya bukan kisah dongeng. Tapi kisah nyata dan harus memberi motivasi dalam hidup kita.

Secara ilmu ekonomi, sebenarnya saya tidak menerapkan teori pemasaran dalam ilmu ekonomi. Dalam teori pemasaran, yang harus diperhatikan dalam membuka "usaha" adalah 4P (Place, Promotion Price dan Product). P pertama jelas tidak memenuhi syarat. Jangankan lokasi strategis, untuk mencapai tempat ini saja jalannya rusak dan jelek serta di jalan yang buntu. Wajar jika saat tahun pertama pembukaan pesantren hanya ada 13 santri saat itu. 

Orang tua harus yakin, bahwa  memondokkan anak, sebenarnya sedang mengirim mujahid/pejuang. Dan seorang mujahid/pejuang di jalan Allah, maka Allah lah yang akan menjamin rezekinya. Sikap iman yang dalam ini yang harus terpatri dalam jiwa setiap mukmin.

Akhirnya kisah nabi Ibrahim pun ditutup dengan ujian harus menyembelih puteranya bernama Ismail as itu. Ini pun terasa begitu berat bagi orang tua. Apalagi anaknya sholeh, patuh, taat dan bagus rupawan. Ayah mana yang tega akan menyembelih darah dagingnya sendiri? Apalagi diiming-iming Iblis bahwa  Ibrahim sebaiknya meninggalkan Tuhannya, dan coba menjadikan Iblis sebagai Tuhan barunya, niscaya Ibrahim tidak akan dipermalukan ketokohannya hanya karena mengiluti perintah Tuhannya untuk membunuh anaknya.

Namun semua godaan dan iming-iming itu dienyahkannya demi melaksanakan perintah Allah swt. Dari situlah Allah swt menjadikannya sebagai pemimpin bagi umat manusia. Karena pemimpin sesungguhnya adalah pemimpin yang telah melewati berbagai ujian dengan baik. Bukan pemimpin yang dihiasi dan dipoles dengan pencitraan yang semu. 

Allah swt berfirman:

وَإِذْ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". (QS. Al-BAqarah: 123) 


Kamis, 15 Juli 2021

KHUTBAH IDUL ADHA

 

Oleh: Muhammad Jamhuri


 اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.اَللَّهُمَّ  صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

أمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ اللهِ, اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. قال الله تعالى فى كتابه الكريم, وهو أصْدَقُ القَائِلِيْنَ, أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بسم الله الرحمن الرحيم: (إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ.  فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ . إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ )

 

 

ALLAHU AKBAR...ALLAHU AKBAR....ALLAHU AKBAR...WA LILLAHIL HAMD

KAUM MUSLIMIN WAL MUSLIMAT ROHIMAKUMULLAH.....

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah swt atas segala nikmat yang telah Allah karuniakan kepada kita. Dan Salah satu cara bersyukur adalah dengan meningkatkan kualitas iman dan takwa kita kepada Allah swt. Oleh karena itu, khatib yang dhoif mengajak kepada diri sendiri dan jamaah sekalian, marilah kita berusaha meningkat kualitas iman dan taqwa kita. Yaitu istiqomah menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.

 

ALLAHU AKBAR...ALLAHU AKBAR....ALLAHU AKBAR...WA LILLAHIL HAMD

JAMAAH SHALAT IDUL ADHA ..RAHIMAKUMULLAH..

Kita bersyukur kepada Allah swt karena kita diberikan syari’at dan ajaran yang saling keterpautan dengan ajaran Rasul-rasul sebelumnya. Tidak ada agama satu pun di dunia ini yang begitu lengkap dan saling keterpautan dengan risalah nabi-nabi sebelumnya selain ajaran Islam.

Sebagai contoh: syariat ibadah qurban adalah syariat yang telah diperintahkan oleh Allah swt atas putra-putra manusia pertama, yaitu Qabil dan Habil, keduanya adalah putera-putera manusia pertama, Nabi Adam as. Kemudian ibadah qurban ini dilanjutkan puncaknya pada peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail alaihimas salam, kemudian saat Nabi Muhammad saw diutus ke dunia ini, beliau pun memerintahkan dan menganjurkan umatnya untuk melaksakan ibadah qurban di bulan haji atau di bulan Dzulhijjah ini. Firman Allah swt:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ.  فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ . إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (QS. Al- Kautsar: 1-3)

Contoh lain: bangunan Ka’bah pertama kali dibangun oleh manusia pertama bernama Adam as dan digunakan sebagai tempat ibadah dan thowaf, kemudian setelah tertutup oleh banjir sekian kurun waktu lamanya, Allah swt memerintahkan nabi Ibrahim dan Ismail as di zamannya untuk membangun kembali pondasi bangunan Ka’bah, kemudian digunakan sebagai tempat pelaksanaan ibadah haji. Lalu saat Rasulullah saw diutus, Allah swt memerintahkan beliau dan umatnya untuk melaksanakan ibadah haji ke Makkah yang disana terdapat bangunan Ka’bah. Dan hingga kini, umat Islam selalau berkunjung ke bangunan pertama itu untuk melaksanakan ibadah haji.

Dua syari’at ajaran ini saja, yaitu ibadah qurban dan ibadah haji yang menjadi peninggalan nabi sebelumnya, masih dilestarikan dan ditaati oleh kaum muslimin. Adakah agama lain mengajarkan berkurban dan berhaji seperti agama Islam? Jawabannya TIDAK ADA.

Sekali lagi, ini merupakan nikmat yang besar, yang berarti mata rantai ajaran agama kita adalah ajaran yang otentik, dan berkesinambungan dari nabi-nabi sebelumnya. Oleh sebab itu, kita sangat menghormati semua nabi dan Rasul. Kita tidak boleh menghina mereka, apalagi menyepelekan mereka. Semua Nabi wajib kita hormati dan muliakan. Bahkan hal itu bagian dari keimanan kita. Siapa saja yang mengingkari dan menghina nabi-nabi yang diutus oleh Allah, maka dia belum beriman, karena telah merusak salah satu rukun imannya, yaitu percaya kepada Rasul-rasul Allah. Kita tidak boleh menghina nabi Daud (David), Kita tidak boleh menghina nabi Musa (Moses), kita tidak boleh menghina nabi Isa (Yesus), apalagi menghina nabi Muhammad saw.

Jadi, kita lah umat Islam yang paling siap hidup bertoleransi dan saling menghormati, dan itu bagian dari keimanan kita. Namun kita bertanya, apakah umat lain menghormati Nabi kita nabi Muhammad saw? Adakah umat lain mengaku adanya nabi Muhammad pembawa risalah? Atau kah mereka selalu menghina nabi kita Muhammad saw? Banyak pemberitaan tentang penghinaan mereka kepada nabi Muhammad saw, baik melalui kartun karikatur, guyonan atau stand up commedy atau cara keji lainnya. Ini menunjukkan mereka tidak siap hidup bertoleransi dan hidup saling menghormati.

 

ALLAHU AKBAR...ALLAHU AKBAR WA LILLAHIL HAMD

JAMAAH SHALAT IDUL ADHA ..RAHIMAKUMULLAH..

Di dalam al-Quran, terdapat kata  “uswatun hasanah” (teladan yang baik) yang hanya disebut dua kali, dan kata tersebut hanya disematkan atau disandarkan kepada dua sosok Nabi. Kata “uswatun hasanah” yang pertama disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, dan kata”uswatun hasanah” yang kedua disematkan dan disandarkan kepada Nabi Ibrahim as .

Kata “uswatun hasanah” yang pertama disebutkan dalam al-Quran surat Al-Ahzab ayat:21

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah (Muhammad) itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-Ahzab: 21)

 

Kata “uswatun hasanah” yang kedua disebutkan dalam al-Quran surat Al-Mumtahanah ayat:4

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia(QS.Al-Mumtahanah: 4)

 

Kedua ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa :

1.      Meskipun jarak masa antara masa nabi Ibrahim as dan masa Nabi Muhammad saw begitu jauh, namun kedua nabi ini mempunyai hubungan yang sangat dekat. Hal ini dikuatkan lagi dengan “sholawat Ibrohimiyah” yang kita baca pada setiap tahiyat akhir dalam sholat kita yang berisi doa kepada kedua nabi tersebut.

2.      Kedekatan kedua nabi tersebut juga dikuatkan dengan zikir pagi dan petang yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw, yang berbunyi:

اصْبَحْنا عَلَى فِطْرَةِ الإسْلاَمِ، وَعَلَى كَلِمَةِ الإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِينِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِينَا إبْرَاهِيمَ حَنِيفاً مُسْلِماً وَمَا كَانَ مِنَ المُشْرِكِينَ      

 

3.      Meskipuan semua nabi yang diutus Allah menjadi inspirasi teladan yang baik bagi kita, namun Allah hanya menyandarkan kata “uswatun hasanah” kepada kedua nabi tersebut, ini menunjukkan bahwa kedua nabi itu lebih sangat layak kita jadikan sebagai inspirasi teladan yang baik buat kita. Salah satu teladan yang baik yang pernah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dan orang yang bersamanya (keluarganya) adalah kisah tentang peristiwa pengorbanan putra Ibrahim as, yang kemudian “sunnah” nya kita lanjutkan di hari raya Idul Adha ini.

 

 

ALLAHU AKBAR...ALLAHU AKBAR WA LILLAHIL HAMD

KAUM MUSLIMIN WAL MUSLIMAT RAHIMAKUMULLAH......

Kisah peristiwa pengorbanan yang terjadi pada nabi Ibrahim dan Ismail adalah peristiwa ujian yang sangat dramatis penuh ketegangan bagi jiwa manusia. Betapa tidak?

Ibrahim yang sudah berkeluarga sekian lama dengan Siti Sarah belum juga mempunyai anak sebagai belahan hati dan jiwa. Hingga akhirnya sang isteri merelakan suaminya untuk menikahi pembantunya bernama Siti Hajar.

Harapan Ibrahim as pun terkabul. Setelah menikahi Siti Hajar, beliau dianugerahi seorang putra yang rupawan, lucu dan indah dipandang. Di tengah-tengah cinta mendalam yang dicurahkan kepada anaknya yang belum berusia satu bulan itu, beliau mendapat ujian dari Allah swt untuk memboyong dan meletakkan putera dan isterinya bernama Siti Hajar di sebuah tempat yang gersang dan sepi. Ayah mana yang tega meletakkan anaknya yang masih kecil diletakkan di sebuah lembah yang gersang dan tak berpohon? Ayah mana yang belum lama diangurahi putra yang dinanti-nantikan kemudian harus di letakkan di negeri yang asing? Namun, karena keimanan yang kuat pada Ibrahim as, beliau akhirnya melaksanakan perintah Tuhannya untuk meletakkan keluarganya di negeri sepi dan gersang tersebut. Beliau berdoa –sebagaimana diceritakan dalam al-Quran:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنْ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنْ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

 

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur” (QS. Ibrahim: 37)

 

Setelah ujian pertama lulus, ternyata ujian berikutnya segera datang. Pada saat Ismail as menginjak usia dewasa, nabi Ibrahim as diperintahkan oleh Allah swt untuk menyembelih puteranya. Sekali lagi, ini adalah ujian yang berat bagi jiwa seorang ayah atau jiwa orang tua yang sangat mencintai puteranya. Betapa tidak? Ismail adalah seorang anak yang rupawan, ganteng, enak dipandang, sholeh, taat menjalankan agama, patuh kepada kedua orang tua serta rajin melakukan kebajikan. Ayah mana dan orang tua mana yang rela “membunuh” atau “membuang” anak seperti itu?. Jangankan membuang atau membunuh anak yang sholeh, orang tua yang memiliki anak nakal yang tersangkut kriminal atau narkoba pun kadang masih sayang kepada anaknya. Dia masih mengunjungi anaknya yang sedang di penjara dengan membawa makanan yang enak-enak dan pakaian yang bagus dan baik.

Namun Allah tetap akan menguji Ibrahim as dan keluarganya, apakah dia dan keluarganya lebih mencintai keluarga dan dirinya atau lebih mencintai Allah swt? Allah menceritakan dalam al-Quran:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنْ الصَّابِرِينَ

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (QS. Ash-Shoffat: 102)

Saat akan dilaksanakan pengorbanan, Iblis tidak akan pernah diam untuk menggoda manusia agar manusia tidak melaksanakan perintah Allah swt. Maka ia pun mendatangi Ibrahim as seraya berkata, “Wahai Ibrahim !, mengapa engkau mau saja diperintah Allah untuk menyembelih puteramu? Bukankah dahulu engkau merindukan kelahirannya? Bukan kah Ismail itu anak baik? Mengapa setelah dia tumbuh dewasa engkau akan membunuh dan menyembelihnya?. Cobalah bernegoisasi kepada Tuhanmu, atau engkau tidak hiraukan perintah Tuhanmu, Atau..apakah engkau sudah tidak mencinta putramu lagi? !”

Dengan keimanan yang kuat, Ibrahim as melempar Iblis dengan batu seraya berkata, “Wahai Iblis, ketahuilah, bahwa Yang memberi aku keturunan adalah Tuhanku dan sekarang Tuhanku memintanya kembali, bagaimana aku tidak akan memenuhi permintaannya? Aku memang mencintai puteraku, tapi aku rela mengorbankan apa yang aku cintai demi Allah yang lebih aku cintai.”

Setelah Iblis gagal menggoda Ibrahim as, dia mendatangi Siti Hajar, seraya berkata, “Wahai Siti Hajar, mengapa engkau membiarkan suami menyembelih putera mu? Bukankah engkau susah payah saat perutmu hamil membawa Ismail? Bukankah engkau yang telah menyusui, mengurus dan mengasuhnya dulu? Bahkan engkau dan putramu sempat dibiarkan di tempat asing dan sepi? Kenapa engkau tidak mencegah saja rencana suamimu untuk menyembelih puteramu yang kau sayangi itu?”

Siti Hajar –dengan keimanan yang kuat – menolak ajakan Iblis, dia melempar iblis itu dengan batu krikil seraya berkata, “Wahai Iblis, jangankan puteraku yang akan menjadi korban. Kalau ini adalah perintah Allah Tuhanku, aku sendiri pun siap menjadi korban.”

Setelah Iblis gagal merayu ibrahim dan Siti Hajar, kini dia mendatangi putera mereka bernama Ismail as. Iblis menggodanya agar menolak rencana ayahnya,  Seraya berkata, “Wahai Ismail, engkau adalah anak pandai dan berbakat, engkau juga adalah pemuda yang mempunyai masa depan, mengapa engkau mau menerima ajakan ayahmu? Lebih baik engkau pergi menjauh dari daerah ini..”

Lagi-lagi dengan keimanan yang kuat, Ismail menolak ajakan Iblis sambil melontarinya dengan batu krikil, seraya berkata, “Pergilah engkau iblis, aku dahulu hadir ke dunia karena karunia dari Allah, Dialah yang menciptakanku. Dan kini aku diminta kembali kehadapanNya. Aku tidak akan menolak perintah ayahku dan Tuhanku...”

Proses pelontaran batu ini kemudian menjadi prosesi ibadah perlontaran jumroh oleh jamaah haji di Mina sebagai napak tilas sejarah langsung di TKP (Tempat Kejadian Perkara)

 

ALLAHU AKBAR...ALLAHU AKBAR WA LILLAHIL HAMD

KAUM MUSLIMIN WAL MUSLIMAT RAHIMAKUMULLAH......

Demikianlah, betapa kuat keimanan dan kesabaran yang dimiliki oleh nabi Ibrahim as dan orang-orang bersamanya. Keluarga nabi Ibrahim as adalah potret keluarga yang sabar menghadapi segala cobaan dan ujian dari Tuhannya. Oleh sebab itu keluarga ini patut menjadi tauladan bagi kita semua. Sebagaimana firman Allah swt:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia(QS.Al-Mumtahanah: 4)

 

Dari kisah ketabahan dan keteguhan nabi Ibrahim as dan keluarganya ini, kita dapat mengambil beberapa pelajaran:

1.      Sesungguhnya, Iblis tidak mempunyai obesesi dan cita-cita apapun kecuali dalam pikirannya adalah berusaha semaksimal mungkin dan sekuat tenaga dan pikirannya, mengajak manusia sebanyak-banyaknya menjadi temannya di neraka nanti. Iblis tidak bercita-cita ingin jadi menteri atau presiden, jadi insinyur atau dokter. Cita-cita Iblis adalah manusia mengikuti langkahnya dan terjerumus dalam kenistaan dan kerugian.

2.      Karena isi otak Iblis dan kerjanya hanya ingin mencelakakan manusia, maka hendaknya kita harus proklamasikan dalam diri kita, bahwa syetan atau Iblis adalah musuh nyata dan utama kita. Oleh sebab itu, sedikitpun kita tidak boleh berkompromi dengan rayuan dan ajakan iblis. Kita harus lawan dia karena dia adalah musuh yang nyata. Oleh sebab itu, para jamaah haji di Mina melakukan ritual melontar jumroh sebagai simbol permusuhan abadi dengan syetan.

3.      Salah satu sifat Iblis, adalah tidak akan pernah menyerah mencari celah untuk menggagalkan manusia melaksanakan perintah Allah. Terutama di tengah-tengah keluarga. Banyak ayah sukses, tapi ibu gagal. Banyak orang tua sukses tetapi anak gagal. Karena itu, jika gagal menggoda ayah, Iblis akan berusaha masuk menggoda isteri, anak, paman, dan anggota keluarga lainnya.

4.      Kita harus menanamkan nilai-nilai keimanan yang kuat kepada keluarga kita. Jika keluarga sudah dibentengi dengan” tarbiyah islamiyah”, maka Syetan tidak akan dapat mencari celah menggoda dari anggota keluarga. Oleh sebab itu, keluarga kita harus mempunyai visi dan misi yang sama dalam mengarungi hidup ini, meskipun berbeda karakter dan profesi di antara anggota keluarga, namun jika visi misi kita sama yaitu mencapai kebahagian di surga serta melaksanakan konsekwensinya, dan hidup ikhlas (berserah diri ) pada Allah, maka kita akan terhindar dari godaan syetan. Firman Allah swt:

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ .إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمْ الْمُخْلَصِينَ

Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis[ di antara mereka." (QS.Al-Hijr: 39-40)

 

Demikianlah khutbah ini kami sampaikan. Akhirnya kita berdoa, semoga Allah swt menerima segala amal kita, menerima ibadah qurban kita dan saudara-saudara kita, serta semoga keluarga kita diberikan kekuatan iman dan taqwa sehingga dapat tabah dalam menghadapi segala ujian dan cobaan seperti sabarnya keluarga Nabi Ibrahim as dan orang-orang yang bersamanya.

Semoga kita semua selalu  diberikan kesehatan, dan dijauhkan dari segala mara bahaya bencana dan wabah Corona. Semoga saudara-saudara yang dipanggil Allah mendapatkan pahala syahid atas kesabaran dan ketwakkalannya, dan ditempatkan di surga jannatun na’im. Amin Ya Robbal ‘Alamin..

 

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

 

KHUTBAH  KEDUA

 

 

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً, اَلْحَمْدُ لله حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ وَ كَفَرَ. وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ وَ حَبِيْبُهُ وَ خَلِيْلُهُ سَيِّدُ الْإِنْسِ وَ الْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَ سَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

أما بعد, فيا أيها الناس اتقوا الله ولازموا الصلاة على خير خلقه عليه الصلاة والسلام, فقد أمركم الله بذلك ارشادا وتعليما فقال:

انَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلَّونَ عَلَى الَّنِبْيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً، وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ

 

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

 

 

 

 

Selasa, 06 Juli 2021

Membersamai Amalan Para Jamaah Haji Dari Tanah Air

 
Oleh: Muhammad Jamhuri

Tahun ini, umat Islam Indonesia tidak bisa berangkat melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci. Pemerintah sudah mengumumkan bahwa Indonesia tidak mengirimkan jamaahnya untuk melaksanakan ibadah haji dengan alasan yang masih menjadi kontraversi.

Sebagai muslim, sebenarmya kita masih punya kesempatan mendapatkan pahala “ibadah haji” dalam bentuk ibadah lain, salah satunya adalah duduk berdiam diri sambil berzikir setelah sahalat subuh hingga waktu syuruq lalu melaksanakan shalat dua rakaat. Hal ini dijelaskan oleh Nabi saw:

عَنْ أَنَسٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ صَلَّى الغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ، ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ

Dari Anas bin Malik RA dia berkata, “Rasulullah SAW bersabda, “Barang siapa yang sholat Subuh berjamaah, kemudian dia duduk, dalam riwayat lain: dia menetap di masjid, untuk berdzikir kepada Allah sampai matahari terbit, kemudian dia sholat dua rakaat, maka dia akan mendapatkan (pahala) seperti pahala haji dan umrah, sempurna sempurna sempurna.” (HR Tirmidzi).

Amalan yang berpahala haji dan umroh ini dapat dilaksanakan setiap hari. Namun ada amalan-amalan yang dilaksanakan di hari-hari haji, sebagaimana para jamaah haji melaksanakan ibadahnya di Tanah Suci. Ibadah-ibadah ini juga merupakan kemuliaan ibadah haji. Seakan umat Islam yang tidak melaksanakan ibadah haji “diperintah” untuk menyertai ibadah yang dilakukan para jamaah haj sebagai penghormatan atas pelaksanaan ibadah haji yang dilakukan para jamaah haji. Sehingga saat kita melaksanakan ibadah-ibadah ini seakan menyertai mereka yang melaksanakan ibadah haji di Tanah Suci.

Beberapa ibadah sunnah yang seakan membersamai para jamaah haji dalam proses ibadah haji adalah:

Pertama

Disunnahkan bagi muslim yang akan berqurban di tahun ini, untuk tidak memotong kuku dan rambut mulai tanggal 1 Dzulhijjah hingga 10 Dzulhijjah. Amalan ini tentu saja menyerupai jamaah haji yang telah berihrom, dilarang untuk memotong kuku dan rambut. Dalam fiqih haji disebut bahwa jamaah haji yang sudah mulai ihrom haji (niat haji), maka dilarang untuk memotong rambut dan kuku serta larangan lainnya. Karena itu amalan ini seakan membersamai amalan yang dilakukan para jamaah haji. Adapun masalah tidak memakai wewangian, atau memakai pakaian ihrom bagi kita yang tidak melaksanakan haji tidaklah dilarang. Ini pendapat yang rajih (kuat).

 Rasulullah saw bersabda :

إذا رأيتم هلال ذي الحجة وأراد أحدكم أن يضّحي فليمسك عن شعره وأظفاره

“Jika kamu melihat hilal bulan DzulHijjah dan salah seorang di antara kamu ingin berkurban, maka hendaklah ia menahan diri dari (memotong) rambut dan kukunya“.

Dalam riwayat lain :

 فلا يأخذ من شعره ولا من أظفاره حتى يضحي

 “Maka janganlah ia mengambil sesuatu dari rambut atau kukunya sehingga ia berkurban“.

Hal ini, mungkin, untuk menyerupai orang yang menunaikan ibadah haji yang menuntun hewan kurbannya. Firman Allah:

  وَلا تَحْلِقُوا رُءُوسَكُمْ حَتَّى يَبْلُغَ الْهَدْيُ مَحِلَّه

“….. dan jangan kamu mencukur (rambut) kepalamu, sebelum kurban sampai di tempat penyembelihan…”. [al-Baqarah/2 : 196].

 

Larangan ini, menurut zhahirnya, hanya dikhususkan bagi orang yang berkurban saja, tidak termasuk istri dan anak-anaknya, kecuali jika masing-masing dari mereka berkurban. Dan diperbolehkan membasahi rambut serta menggosoknya, meskipun terdapat beberapa rambutnya yang rontok.

Kedua

Memperbanyak zikir, seperti tasbih, tahmid, tahlil dan takbir di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Amalan inه mirip dengan bacaan thawaf yang dilakukan para jamaah haji. Seperti diketahui, mendekati prosesi ibadah haji, kondisi masjidil haram mulai dipadati para jamaah haji yang melaksanakan ibadah thawaf, baik thawaf qudum, thawaf sunnah, mapun thawaf umroh. Saat itu bacaan-bacaan zikir itu dilantunkan. Oleh karena itu, kita yang di Tanah Air dan belahan negeri lainnya dianjurkan memperbanyak zikir, membersamai suasana di Tanah Suci Makkah.

Sebagaimana firman Allah Ta’ala;

  وَيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ فِي أَيَّامٍ مَعْلُومَاتٍ

 “…. dan supaya mereka menyebut nama Allah pada hari-hari yang telah ditentukan …”. [al-Hajj/22 : 28].

 Para ahli tafsir menafsirkannya dengan sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Karena itu, para ulama menganjurkan untuk memperbanyak dzikir pada hari-hari tersebut, berdasarkan hadits dari Ibnu Umar Radhiyallahu ‘anhuma.

  فأكثروا فيهن من التهليل والتكبير والتحميد

 “Maka perbanyaklah pada hari-hari itu tahlil, takbir dan tahmid“. [Hadits Riwayat Ahmad].

Imam Bukhari rahimahullah menuturkan bahwa Ibnu Umar dan Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhuma keluar ke pasar pada sepuluh hari tersebut seraya mengumandangkan takbir lalu orang-orangpun mengikuti takbirnya.

Dan Ishaq, Rahimahullah, meriwayatkan dari fuqaha’, tabiin bahwa pada hari-hari ini mengucapkan :

الله أكبر الله أكبر لا إله إلا الله والله أكبر ولله الحمد

Allahu Akbar, Allahu Akbar, Laa Ilaha Ilallah, wa-Allahu Akbar, Allahu Akbar wa Lillahil Hamdu “Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, Tidak ada Ilah (Sembahan) Yang Haq selain Allah. Dan Allah Maha Besar, Allah Maha Besar, segala puji hanya bagi Allah”.

Tidak dibolehkan mengumandangkan takbir bersama-sama, yaitu dengan berkumpul pada suatu majlis dan mengucapkannya dengan satu suara (koor) selain pada hari ke 10 Dzulhijjah dan Ayyamut Tsayriq. Hal ini tidak pernah dilakukan oleh para Salaf. Yang menurut sunnah adalah masing-masing orang bertakbir sendiri-sendiri. Ini berlaku pada semua dzikir dan do’a, kecuali karena tidak mengerti sehingga ia harus belajar dengan mengikuti orang lain. Dan diperbolehkan berdzikir dengan yang mudah-mudah. Seperti : takbir, tasbih dan do’a-do’a lainnya yang disyariatkan.

 Ketiga

Berpuasa pada hari-hari pertama bulan Dzulhijjah, terutama pada hari Arafah (9 Dzulhijjah). Sebagaimana diketahui bahwa puncak prosesi ibadah haji adalah wukuf di Arafah yang terjadi pada tanggal 9 Dzlulhijjah atau satu hari sebelum hari raya Idul Adha. Para jamaah haji pada saat itu berkumpul di padang Arafah dalam rangka melaksanakan rukun haji yang utama, yakni wukuf. Oleh sebab itu, kita yang di Tanah Air disunnahkan puasa Arafah di hari itu (9 Dzulhijjah) dalam rangka membersamai suasana ibadah dan suasana spritual sebagaimana yang dirasakan oleh para jamaah haji yang sedang wukuf di Padang Arafah.

 Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Qatadah rahimahullah bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

  صيام يوم عرفة أحتسب على الله أن يكفر السنة التي قبله والتي بعده

 “Berpuasa pada hari Arafah karena mengharap pahala dari Allah melebur dosa-dosa setahun sebelum dan sesudahnya”.

 Keempat 

Berqurban. Rasulullah saw saat berhaji membawa hewan untuk diqurbankan. Beliau menyembelihnya di pagi hari tanggal 10 Dzulhijjah usai melontar jumroh di Mina. Hal itu pun diikuti oleh para jamaah haji dari kalangan sahabat. Demikan juga oleh para jamaah haji saat ini, mereka melaksanakan ibadah qurban di tengah-tengah melaksanakan ibadah haji. Oleh karena itu, saat kita di Tanah Air melaksanakan ibadah qurban, maka seakan-akan kita membersamai para jamaah haji yang sedang melaksanakan ibadah yang sama, yaitu melaksanakan ibadah qurban.

Rasulullaah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 من صلى صلاتنا، ونسك نسكنا، فقد أصاب النسك. ومن نسك قبل الصلاة فلا نسك له

“Barangsiapa yang shalat seperti kita shalat, dan berkurban seperti kita berkurban, maka sungguh dia telah mengerjakan kurban dengan benar. Dan barangsiapa yang menyembelih kurbannya sebelum shalat ‘Idul Adh-ha, maka kurbannya tidak sah.” (HR. Al Bukhari)

Ini menunjukkan bahwa ibadah kurban itu merupakan kekhususan dan syi’ar yang hanya terdapat di dalam bulan Dzulhijjah

 Kelima      

Perintah melakukan segala amal kebaikan, terutama di 10 hari pertama bulan Dzulhijjah. Hal ini karena saat-saat inilah puncak kegiatan ibadah haji dilakukan. Oleh sebab itu pahala yang disediakan Allah swt pun begitu besar. Ini karena dikaitkan prosessi tahunan yang besar dan melibatkan seluruh bangsa dan departemen-departemen terkait dalam prosesi ibadah haji. Karena itu umat Islam yang tidak berhaji seperti kita yang sedang di Tanah Air ini, diajak terlibat dengan suasana haji ini. Dan pahala yang disediakan Allah swt pun sangat besar.

Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

 ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله من هذه الأيام العشر. قالوا ولا الجهاد في سبيل الله؟ قال: ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله ولم يرجع من ذالك بشيء. (رواه البخاري

 “Tidak ada hari yang amal shalih lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari yang sepuluh ini (10 awal Dzulhijjah –pen).” Para sahabat bertanya: “Apakah lebih baik daripada jihad fii sabiilillaah ?” Beliau bersabda, “Iya. Lebih baik daripada jihad fii sabiilillaah, kecuali seseorang yang keluar berjihad dengan harta dan jiwa raganya kemudian dia tidak pernah kembali lagi (mati syahid –pen).” (HR. Al Bukhari)

Keenam

Memberi manfaat kepada orang lain, seperti membantu orang, terutama mereka yang terdampak covid 19 dan memperbanyak sedekah. Bahkan berqurban pun sudah merupakan manifestasi memberi manfaat kepada orang lain. Hal ini senafas dengan hikmah manfaat dari ibadah haji.

 ليشهدوا منافع لهم

 “Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka …” (Qs. Al Hajj: 28)

 Demikianlah jenis-kenis ibadah yang membersamai ibadah para jamaah haji.

Marilah kita membersamai amalan para jamaah haji yang sedang di Tanah Suci, meskipun tahun ini kita tidak dapat melaksanakan ibadah haji di sana. Semoga amalan ini, dicatat sebagai pahala ibadah haji kita, atau kita segera dipanggil ke Tanah Suci pada waktu-waktu mendatang. Aamiin.