Rabu, 16 Maret 2011

Keutamaan Shalat Dhuha

Demi Dhuha (waktu matahari sepenggalahan naik )dan demi malam apabila telah sunyi (gelap) Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pula) benci kepadamu”
(QS: Adh-Dhuha: 1-3)

Dalam ayat ini Allah swt bersumpah dengan waktu dhuha, yakni saat matahari sepenggalahan naik, atau sekitar pukul 07.00 pagi hingga pukul 11.00 menjelasng siang. Bersumpahnya Allah dengan waktu dhuha ini, menunjukkan bahwa waktu dhuha amat sangat penting.

Rasulullah saw selalu melazimkan shalat sunnah di waktu dhuha, atau yang dikenal dengan shalat dhuha. Bahkan Rasulullah saw pernah berwasiat kepada Abu Hurairah untuk melazimkan shalat dhuha ini. Sebagaimana Abu Hurairah menceritakan, “Kekasihku Abul Qosim (Rasulullah saw) berwasiat kepadaku dengan tiga hal: yakni (mengerjakan) shalat witir sebelum tidur, puasa tiga hari di setiap bulan, dan mengerjakan dua rakaat shalat dhuha” (HR: Muslim).

Bahkan dalam hadits lain Rasulullah saw menjelaskan bahwa shalat dhuha dapat mencover berbagai amal kebaikan dan sedekah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, “Setiap pagi setiap tulang (persendian) dari kalian akan dihitung sedekah, oleh karena itu setiap tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, amar ma’ruf (memerintah kebaikan) adalah sedekah, nahi munkar (mencegah kemungkaran) adalah sedekah, dan hal itu cukup dilakukan dengan mengerjakan dua rakaat shalat dhuha” (HR; Muslim)

Dalam hadits lain, Rasulullah menyampaikan hadits qudsi (hadits yang merupakan firman Allah swt namun redaksinya dari Nabi saw) bahwa dengan shalat dhuha, Allah SWT akan menjamin kebutuhan orang yang melaksanakannya. Dari Nuaim bin Himan al-Ghothofani, dari Rasulullah saw , dari Tuhannya berfirman, “Hai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat di permulaan siang, maka akan Aku cukupkan engkau di penghujungnya”.

Selain itu, keutamaan shalat dhuha juga menyamai pahala ibadah umroh. Ini tentu saja menjadi kabar gembira untuk kita semua yang sudah rindu ke tanah suci. Rasulullah saw bersabda, “Barangsiapa berjalan hendak melaksanakan shalat wajib sedangkan dia dalam keadaan bersuci, maka seperti pahala orang berhaji yang sedang ihram. Dan barangsiapa berjalan hendak mengerjakan shalat dhuha, tidak ada tujuan lain kecuali shalat itu, maka pahala seperti orang melaksanakan umroh, dan mengerjakan shalat dengan shalat lain tanpa diselingi perbuatan sia-sia, maka dia ditulis sebagai golongan-golongan orang yang mendapat tempat yang tinggi”,

Shalat dhuha dapat dilakukan sebanyak dua, empat, enam, delapan hingga dua belas rakaat, sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits di atas. Di antara hadits lain yang menjelaskan hal itu adalah sebagai berikut:

Dari Abdullah bin umar ra berkata, aku bertemu Abu Dzar dan berkata padanya, “wahai paman!, berilah kepadaku kilasan kebaikan”. Abu Dzar berkata, “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw, seperti yang engkau tanyakan padaku, maka Rasulullah saw bersabda, “Jika engkau mengerjakan shalat dhuha dua rakaat maka engkau tidak tercatata sebagai golongan orang-orang yang lalai, jika engkau mengerjakan shalat dhuha empat rakaat maka engkat tertulis sebagai golongan orang-orang yang berbuat baik (muhisnin), jika engkau mengerjakan shalat dhuha enam rakaat, maka engkau ditulis sebagai golongan orang-orang yang mempunyai kehormatan, jika engkau mengerjakan shalat dhuha delapan rakaat maka engkau ditulis sebagai golongan orang-orang yang mendapat keberuntungan, dan jika engkau mengerjakan shalat dhuha sepuluh rakaat, maka tidak ditulis padamu di hari itu suatu dosa, dan jika mengerjakannya duabelas rakaat, maka Allah akan membangun untukmu istana di surga (hadis ini juga terdapat dalam kitab al-jami’)

Hadist di atas diperkuat dengan hadits lain yang berkaitan dengan keutamaan shalat dhuha. Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya di dalam surga itu ada sebuah pintu yang disebut pintu Dhuha, jika datang hari kiamat maka pintu itu memanggil-manggil, ‘manakah orang-orang yang selalu melazimkan shalat dhuha? Inilah pintu kalian, masuklah ke dalamnya dengan rahmat Allah!” (Abu Hurairah)

Adapun cara pelaksanaan shalat dilakukan seperti shalat-shalat sunnah lain, hanya saja niatnya adalah melaksanakan shalat dhuha. Demikian juga bacaan surah, dibolehkan membaca surat apa saja dari al-quran setelah membaca surat al-fatihah, akan tetapi disunnahkan membaca surat asy-syams pada rakaat pertama setelah membaca al-fatihah, dan surat adh-dhuha pada rakaat kedua setelah bacaan al-fatihah. Sebagaimana hadits saw: Dari Uqbah bin Amir ra berkata, “Kami diperintahkan Rasulullah saw mengerjakan shalat dhuha dua rakaat dengan membaca dua surat, yakni wasy-syamsi wa dhuha-ha (surat asy-Syams), dan wadh-dhuha (surat adh-Dhuha).

Melihat keutamaan shalat dhuha di atas, kita perlu mengalokasikan waktu untuk melaksanakannya di tengah-tengah kesibukan kita bekerja. Sebab, dengan shalat dhuha tersebut, usaha duniawi kita akan terbantukan dalam menggapai kesuksesan. Untuk itu jika mungkin kita berangkat ke tempat kerja dalam keadaan suci sambil membawa sajadah, dan bisa melakukan shalat dhuha di samping meja kerja kita, atau di tempat kerja kita barang 5 sampai 10 menit.

Bagi sekolah-sekolah Islam serta pengusaha muslim, ada baiknya sebelum memulai pekerjaan dan sebelum mengajar anak didik, para guru dan karyawan melaksanakan shalat dhuha, sehingga keberkahan demi keberkahan akan datang kepada kita. Amin ya Rabbal ‘alamin.