Rabu, 09 Desember 2020

AKU DAN DAN ALMARHUM UST. DR. MUINUDINILLAH BASHRI

Aku mengenal beliau, saat aku, beliau dan DR. Mawardi menjadi pemakalah dalam acara seminar Silaturrahim Persatuan Pelajar Indonesia (PPI) Saudi Arabia. Aku ditunjuk sebagai pemakalah utusan Mahasiswa dari Makkah (Umm al-Quro University), Ust. Muinuddin (almarhum) utusan dari Riyadh (Jamiah al-Imam) dan Ust. Mawardi utusan dari Madinah (Islamic Unibersity).

Aku mengenal almarhum semasa hidupnya sebagai sosok yang sederhana, supel, mudah menolong orang, namun juga istiqomah dan tegas dalam prinsip Islam.
Setiap beliau pergi umroh ke Makkah aku dan kawan-kawan di Mekkah tak melewatkan untuk bertemu/sowan dan silaturrahim ke hotelnya, atau ke tempat beliau menginap.

Kalau sudah membantu orang, beliau kesampingkan keperluan pribadinya. Beliau fokus agar masalah orang yg dibantunya dapat segera selesai.

Ada musibah besar datang kepada beliau. Disertasi doktoralnya yang sudah rampung, hilang terhapus di komputernya. Tak ada backup. Namun dengan sabar beliau mengulang kembali menulisnya dan merampungkannya.

Terakhir aku bertemu beliau di musiim haji tahun 2019 sebelum Corona. Di hari-hari Mina kami dan beberapa asatidz pembimbing haji bersilatirrahim di gedung Restoran Turki (al-Madzaq al-Turky) yg bersebarangan dengan hotel tempat aku menginap Funduq Muna dan bersebarangan dengan Super Market Bin Dawood Syisyah dekat Mina dan Jamarot.

Kini Beliau sudah kembali ke rahmatullah. Memang kita tak bisa bertemu fisik lagi, tapi ruh orang sholeh akan saling bertemu..insya Allah.

Selamat jalan Guru dan sahabatku..
Engkau telah mendapatkan apa yang dijanjikan Allah kepadamu sebagai mujahid..
Engkau adalah Sabiqun bil Khoir..
Engkau sedang istirahat dengan tenang setelah berjibaku berjihad selama hiduo di dunia.

اللهم اغفر له وارحمه وعافه واعف عنه واجعل الجنة مأواه

(Jamhuri, 9 Desember 2021)

Senin, 07 Desember 2020

KALENDER ITU TELAH MEMBERI "HIDAYAH" AKU MASUK PESANTREN.


(Lanjutan Kisah : "Emakku Ajari Aku Kitab ini" /Turutan)

Aku tamat ngaji TURUTAN pd Emakku saat duduk di kls 4 SD. Aku mulai naik ke level ngaji "Quran Besar". Mulai dari al-Fatihah hingga alif lam mim (saat itu belum tahu namanya surat al baqarah). Emakku bukan seorang ustazah. Jadi gak detail ngajari surat apanya?. Bahkan dulu sewaktu ngaji TURUTAN gak kenal surat al-ihlas, tahunya surat Qulhu. Yg penting aku ikutin apa yg Emakku tuntun.

Menjelang naik kls 5, ada seorang ustadz ngontrak rumah yg terletak di dpn rumahku. Emakku menyarankan spy ngaji kepadanya. Tp bkn utk belajar Quran, tp belajar agar aku bisa mendoakan atau mengirim tahlil kpd orang tua. "Belajar sama ust Jayadi ya? Biar Emak dan Bapak kalo mati bisa dikirimin tahlil dan Yasin." Begitu pesan Emakku. Tp, dalam perjalanannya, aku diajari quran juga secara privat oleh ustadz itu. Terus demikian, hingga menjelang aku lulus SD. 

Di tengah ngaji dg ustadz itulah aku mengenal istilah "pesantren". Maklum kawasan Angke Sawah lio x tdk ada anak yg dipesantrenkan. Aku.mengenal pesantren, krn setiap aku ngaji,  aku melihat kalender yg ada di dinding sandaran ustadz ku itu. Diam-diam jika sang ustadz dikamar atau toilet, aku berdiri utk lihat2 gambar kalender. Ternyata itu kalender Pondok Pesantren Daarul Rahman, Jakarta. Ada gambar pimpinannya KH.Syukron Makmun.

Akhirnya aku pun memberanikan bertanya2 ttg pesantren itu. Ustadz itu malah mengantarkan ku ke rumah keponakannya yg kebetulan mondok di sana dan kebetulan sdg liburan. Ponakannya sdg di kls 3 tsnawiyah. (sayangnya, dia berhenti sebelum naik kls 4).

Aku pun tamat SD, aku sdh bertekad masuk pesantren. Karena di kalender semua kegiatan ada. Itu menarikku. Namun Kepala madrasahku  menyesalkan aku jika tdk ikut tes SMPN. Akhirnya aku tetap didaftarkan di 3 SMPN favorit kotaku. Aku manut. Dan lulus ujian di salah satu SMPN favorit. Namun aku tidak ambil. Aku tetap bertekad ke pesantren.

Ah, Entah apa jadinya aku? Jika saat itu tidak ada "hidayah" pesantren melalui satu eksemplar kalender? Karena masa kecilku tak ada yg mengenalkan pesantren. 

Maklum internet dahulu belum ada. Dan pesantren pun nasibnya masih dinomor sekiankan oleh masyarakat

Hidayah Allah bisa datang lewat apa saja.. tangkap dan syukuri...

(M. Jamhuri  7/12/2021)

Sabtu, 05 Desember 2020

EMAK-KU YANG MENGAJARIKU BUKU INI

Saya bangga punya Emak yang terus mengajariku tiap malam buku ini. Dulu kami menyebutnya buku "TURUTAN". Entah mengapa dinamai seperti itu. Padahal tulisan di covernya "Juz Amma, 'Ala at-Thoriqoh al Baghdadiyah", yg setelah besar saya baru tahu artinya adalah "Juz Amma Metode Baghdad".

Saat kecil, saya melihat teman-teman mengaji di rumah pengajian seorang ustazah. Hampir semua anak2 tetangga sebaya saya mengaji di sana. Banyak muridnya, karena selain ngaji juga diajari lagu dan tari, sehingga menarik buat anak-anak. Saya sempat mermohon pada Emak saya agar didaftarkan di pengajian ustazah tersebut. Tapi Emak saya berkata "Sudah, disini saja belajar sama Emak, di sana kita harus bayaran". Emak saya tukang jahit di pasar, menerima tambalan baju atau celana orang di pasar. Saya hanya cuma bisa mengeluarkan air mata permohonan saya ditolak.
Saya ngaji di hadapan Emak, Emak mengajariku sambil melakukan pekerjaan jahitannya. Kadang pasang kancing, atau memutus jahitan2 pakaian yg akan diperbersar sesuai keinginan pelanggannya.
Habis ngaji, saya pergi ke pengajian ustazah. Tp hanya bisa berdiri melihat dari luar jendela berkawat krn saya bukan murid resmi. Sy lihat di sana diajari kitab Babul.Minan yaitu kitab bertuliskan Arab melayu tentang rukun Islam. Esoknya saya minta Emak sy mengajariku kitab yg sama. Sehingga, setelah ngaji TURUTAN lalu dlanjut dg BABUL MINAN.
Alhamdulillah dg bekal diajari kitab bertulis arab melayu itu, saya bisa berkomunikasi kepada Emak saya melalui surat yg saya tulis dengan bahasa Arab Melayu, saat saya kuliah.di Makkah Arab Saudi. Karena Emak saya tidak bisa membaca tulisan latin dari kecil hingga wafatnya. Tapi kalau membaca buku yg bertuliskan Arab melayu, beliau bisa membacanya. Seperti kitab "Perukunan Melayu" berisi amalan dan doa2 harian.
Ketika tamat ngaji TURUTAN, saya meminta Emak saya agar mengdakan selamatan dengan nasi kuning. Karena itulah yg saya lihat di pengajian ustazah tempat teman2 saya mengaji. Emak pun mengabulkan.. Saya angkut sendiri nasi kuning yg diletakkan baskom besar ke musholla untuk didoakan.
Kini, setiap kali aku membaca Al-Quran, aku selalu ingat Emak ku. Dalam hati kecil ku memdoakan " Ya Allah, semoga setiap huruf dari Quran yg kubaca, pahalanya terkirim buat almarhumah Emak-ku. Aamiin"

Jumat, 07 Agustus 2020

MARKETING LANGIT

Tahun 2010, sepuluh tahun lalu, kawan-kawan saya hampir tidak percaya saya dan istri saya merintis pesantren di tempat yang terpencil, jalannya rusak, becek, dan buntu.

Hampir mayoritas yang survey ke tempat ini, tidak jadi mondokin anaknya. Bahkan beberapa kawan dekat saya yang semangat akan membantu saya, saat melihat kondisi lokasi, mundur teratur dengan berbagai alasan.

Ada juga yang terus terang berkata, "saya belum mau memasukkan anak saya mondok di sana sebelum saya bertanya kenapa ustadz Jamhuri merintis pesantren di tempat itu?" Walau pun setelah saya beri penjelasan, toh tetap dia tidak jadi masukkin anaknya.

Salah satu Inspirasi penyemangat saya adalah : kisah Siti Hajar yang juga hampir tidak percaya, mengapa diri dan anaknya begitu saja diletakkan Ibrahim as di sebuah lembah gersang tak berpohon, sepi dan asing.? Beliau yg awalnya penasaran menjadi tenang saat Ibrahim as menjawabnya, "Ini perintah Allah" dan dengan keyakinan sangat tinggi, Siti Hajar membalas. "Jika ini perintah Allah, pasti Allah tak akan membiarkan kami begitu saja di sini."

Kalau merujuk kepada ilmu marketing, rasanya tak memenuhj syarat. Prinsip 3 P hampir tiada: Place (tempat yg strategis), Promotion (promosi) dan Price (harga yg bersaing).

Ketentuan "marketing" itu sejak dulu disadari oleh Ibrahin as saat diperintah "Panggilah manusia utk berhaji" (salah satu model promosi). Ibrahim as kemudian tanya, "Bagaimana mungkin suaraku akan sampai kepada semua manusia?" Tapi Allah berkata, "Panggil saja manusia, urusan yang menyampaikan panggilan itu adalah Aku."

Dan Jadilah Makkah menjadi tempat yang paling ramai.... dulu dan yang akan datang....

Kamis, 30 Juli 2020

Khutbah Idul Adha

KHUTBAH IDUL ADHA

 

Oleh:  KH. Muhammad Jamhuri. Lc. MA

 

ألله أكبر, ألله أكبر, ألله أكبر, ألله أكبر, ألله أكبر, ألله أكبر, ألله أكبر, ألله أكبر, ألله أكبر, ألله أكبركبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا, لا اله الا الله ولا نعبد الا اياه مخلصين له الدين ولو كره الكافرون, لا اله الا الله وحده صدق وعده  ونصر عبده وأعز جنده وهزم الأحزاب وحده, لا اله الا الله والله أكبر ولله الحمد.

ان الحمد لله نحمده ونستعينه وتستغفره, ونعوذ بالله من شرور أنفسنا ومن سيئات أعمالنا, من يهديه الله فلا مضل له, ومن يضلله فلا هادي.  أشهد ان لااله الا الله وحده لا شريك له وأشهد أن محمدا عبده ورسوله, اللهم صل على نبينا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين وسلم تسلبما كثيرا.

أما بعد, فيا عباد الله, اتقوا الله حق تقاته ولا تموتن الا وأنتم مسلمون .

قال الله تعالى فى كتابه الكريم, وهو أصدق القائلين, أعوذ بالله من الشيطان الرجيم. بسم الله الرحمن الرحيم: (انا أعطينا كالكثوثر فصل لربك وانحر ان شانئك هو الأبتر)

 

 

ALLAHU AKBAR...ALLAHU AKBAR....ALLAHU AKBAR...WA LILLAHIL HAMD

KAUM MUSLIMIN WAL MUSLIMAT ROHIMAKUMULLAH.....

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah swt atas segala nikmat yang telah Allah karuniakan kepada kita. Dan Salah satu cara bersyukur adalah dengan meningkatkan kualitas iman dan takwa kita kepada Allah swt. Oleh karena itu, khatib yang dhoif mengajak kepada diri sendiri dan jamaah sekalian, marilah kita berusaha meningkat kualitas iman dan taqwa kita. Yaitu istiqomah menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.

 

ALLAHU AKBAR...ALLAHU AKBAR....ALLAHU AKBAR...WA LILLAHIL HAMD

JAMAAH SHALAT IDUL ADHA ..RAHIMAKUMULLAH..

Kita bersyukur kepada Allah swt karena kita diberikan syari’at dan ajaran yang saling keterpautan dengan ajaran Rasul-rasul sebelumnya. Tidak ada agama satu pun di dunia ini yang begitu lengkap dan saling keterpautan dengan risalah nabi-nabi sebelumnya selain ajaran Islam.

Sebagai contoh: syariat ibadah qurban adalah syariat yang telah diperintahkan oleh Allah swt atas putra-putra manusia pertama, yaitu Qabil dan Habil, keduanya adalah putera-putera manusia pertama, Nabi Adam as. Kemudian ibadah qurban ini dilanjutkan puncaknya pada peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail alaihimas salam, kemudian saat Nabi Muhammad saw diutus ke dunia ini, beliau pun memerintahkan menganjurkan kepada umatnya untuk melaksakan ibadah qurban di bulan haji atau di bulan Dzulhijjah ini. Firman Allah swt:

(انا أعطينا كالكثوثر فصل لربك وانحر ان شانئك هو الأبتر)

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (QS. Al- Kautsar: 1-3)

Contoh lain: bangunan Ka’bah pertama kali dibangun oleh manusia pertama bernama Adam as dan digunakan sebagai tempat ibadah dan thowaf, kemudian setelah tertutup oleh banjir sekian kurun waktu lamanya, Allah swt memerintahkan nabi Ibrahim dan Ismail as di zamannya untuk membangun kembali pondasi bangunan Ka’bah, kemudian digunakan sebagai tempat pelaksanaan ibadah haji. Kemudian saat Rasulullah saw diutus, Allah swt memerintahkan beliau dan umatnya untuk melaksanakan ibadah haji ke Makkah yang disana terdapat bangunan Ka’bah. Dan hingga kini, berjuta-juta umat Islam selelau berkunjung ke bangunan pertama itu untuk melaksanakan ibadah haji.

Dua syari’at ajaran ini saja, yaitu ibadah qurban dan ibadah haji yang menjadi peninggalan nabi sebelumnya, masih dilestarikan dan ditaati oleh kaum muslimin. Adakah agama lain mengajarkan berkurban dan berhaji seperti agama Islam? Jawabannya TIDAK ADA.

Sekali lagi, ini merupakan nikmat yang besar, yang berarti mata rantai ajaran agama kita adalah ajaran yang otentik, dan berkesinambungan dari nabi-nabi sebelumnya. Oleh sebab itu, kita sangat menghormati semua nabi dan Rasul. Kita tidak boleh menghina mereka, apalagi menyepelekan mereka. Semua Nabi wajib kita hormati dan muliakan. Bahkan hal itu bagian dari keimanan kita. Siapa saja yang mengingkari dan menghina nabi-nabi yang diutus oleh Allah, maka dia belum beriman, karena telah merusak salah satu rukun imannya, yaitu percaya kepada Rasul-rasul Allah. Kita tidak boleh menghina nabi Daud (David), Kita tidak boleh menghina nabi Musa (Moses), kita tidak boleh menghina nabi Isa (Yesus), apalagi menghina nabi Muhammad saw.

Jadi, kita lah umat Islam yang paling siap hidup bertoleransi dan saling menghormati, dan itu bagian dari keimanan kita. Namun kita bertanya, apakah umat lain menghormati Nabi kita nabi Muhammad saw? Adakah umat lain mengaku adanya nabi Muhammad pembawa risalah? Atau kah mereka selalu menghina nabi kita Muhammad saw? Banyak pemberitaan tentang penghinaan mereka kepada nabi Muhammad saw, baik melalui kartun karikatur, guyonan atau stand up commedy atau cara keji lainnya. Ini menunjukkan mereka tidak siap hidup bertoleransi dan hidup saling menghormati.

 

ALLAHU AKBAR...ALLAHU AKBAR WA LILLAHIL HAMD

JAMAAH SHALAT IDUL ADHA ..RAHIMAKUMULLAH..

Di dalam al-Quran, terdapat kata  “uswatun hasanah” (teladan yang baik) yang hanya disebut dua kali, dan kata tersebut hanya disematkan atau disandarkan kepada dua sosok Nabi. Kata “uswatun hasanah” yang pertama disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, dan kata”uswatun hasanah” yang kedua disematkan dan disandarkan kepada Nabi Ibrahim as .

Kata “uswatun hasanah” yang pertama disebutkan dalam al-Quran surat Al-Ahzab ayat:21

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah (Muhammad) itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-Ahzab: 21)

 

Kata “uswatun hasanah” yang kedua disebutkan dalam al-Quran surat Al-Mumtahanah ayat:4

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia(QS.Al-Mumtahanah: 4)

 

Kedua ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa :

1.      Meskipun jarak masa antara masa nabi Ibrahim as dan masa Nabi Muhammad saw begitu jauh, namun kedua nabi ini mempunyai hubungan yang sangat dekat. Hal ini dikuatkan lagi dengan “sholawat Ibrohimiyah” yang kita baca pada setiap tahiyat akhir dalam sholat kita yang berisi doa kepada kedua nabi tersebut.

2.      Kedekatan kedua nabi tersebut juga dikuatkan dengan zikir pagi dan petang yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw, yang berbunyi:

أصبحنا على فطرة الاسلام , وكلمة الاخلاص , وعلى  دين نبينا محمد صلى الله عليه وسلم , وعلى ملة أبينا  ابراهيم حنيفا وما كان من المشركين

         

3.      Meskipuan semua nabi yang diutus Allah menjadi inspirasi teladan yang baik bagi kita, namun Allah hanya menyandarkan kata “uswatun hasanah” kepada kedua nabi tersebut, ini menunjukkan bahwa kedua nabi itu lebih sangat layak kita jadikan sebagai inspirasi teladan yang baik buat kita. Salah satu teladan yang baik yang pernah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dan orang yang bersamanya (keluarganya) adalah kisah tentang peristiwa pengorbanan putra Ibrahim as, yang kemudian “sunnah” nya kita lanjutkan di hari raya Idul Adha ini.

 

 

ALLAHU AKBAR...ALLAHU AKBAR WA LILLAHIL HAMD

KAUM MUSLIMIN WAL MUSLIMAT RAHIMAKUMULLAH......

Kisah peristiwa pengorbanan yang terjadi pada nabi Ibrahim dan Ismail adalah peristiwa ujian yang sangat dramatis penuh ketegangan bagi jiwa manusia. Betapa tidak?

Ibrahim yang sudah berkeluarga sekian lama dengan Siti Sarah belum juga mempunyai anak sebagai belahan hati dan jiwa. Hingga akhirnya sang isteri merelakan suaminya untuk menikahi pembantunya bernama Siti Hajar.

Harapan Ibrahim as pun terkabul. Setelah menikahi Siti Hajar, beliau dianugerahi seorang putra yang rupawan, lucu dan indah dipandang. Di tengah-tengah cinta mendalam yang dicurahkan kepada anaknya yang belum berusia satu bulan itu, beliau mendapat ujian dari Allah swt untuk memboyong dan meletakkan putera dan isterinya bernama Siti Hajar di sebuah tempat yang gersang dan sepi. Ayah mana yang tega meletakkan anaknya yang masih kecil diletakkan di sebuah lembah yang gersang dan tak berpohon? Ayah mana yang belum lama diangurahi putra yang dinanti-nantikan kemudian harus di letakkan di negeri asing? Namun, karena keimanan yang kuat pada Ibrahim as, beliau akhirnya melaksanakan perintah Tuhannya untuk meletakkan keluarganya di negeri sepi dan gersang tersebut. Beliau berdoa –sebagaimana diceritakan dalam al-Quran:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنْ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنْ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

 

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur” (QS. Ibrahim: 37)

 

Setelah ujian pertama lulus, ternyata ujian berikutnya segera datang. Pada saat Ismail as menginjak usia dewasa, nabi Ibrahim as diperintahkan oleh Allah swt untuk menyembelih puteranya. Sekali lagi, ini adalah ujian yang berat bagi jiwa seorang ayah atau jiwa orang tua yang sangat mencintai puteranya. Betapa tidak? Ismail adalah seorang anak yang rupawan, ganteng, enak dipandang, sholeh, taat menjalankan agama, patuh kepada kedua orang tua serta rajin melakukan kebajikan. Ayah mana dan orang tua mana yang rela “membunuh” atau “membuang” anak seperti itu?. Jangankan membuang atau membunuh anak yang sholeh, orang tua yang memiliki anak nakal yang tersangkut kriminal atau narkoba pun kadang masih sayang kepada anaknya. Dia masih mengunjungi anaknya yang sedang di penjara dengan membawa makanan yang enak-enak dan pakaian yang bagus dan baik.

Namun Allah tetap akan menguji Ibrahim as dan keluarganya, apakah dia dan keluarganya lebih mencintai keluarga dan dirinya atau lebih mencintai Allah swt? Allah menceritakan dalam al-Quran:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنْ الصَّابِرِينَ

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (QS. Ash-Shoffat: 102)

Saat akan dilaksanakan pengorbanan, Iblis tidak akan pernah diam untuk menggoda manusia agar manusia tidak melaksanakan perintah Allah swt. Maka ia pun mendatangi Ibrahim as seraya berkata, “Wahai Ibrahim !, mengapa engkau mau saja diperintah Allah untuk menyembelih puteramu? Bukankah dahulu engkau merindukan kelahirannya? Bukan kah Ismail itu anak baik? Mengapa setelah dia tumbuh dewasa engkau akan membunuh dan menyembelihnya?. Cobalah bernegoisasi kepada Tuhanmu, atau engkau tidak hiraukan perintah Tuhanmu, Atau..apakah engkau sudah tidak mencinta putramu lagi? !”

Dengan keimanan yang kuat, Ibrahim as melempar Iblis dengan batu seraya berkata, “Wahai Iblis, ketahuilah, bahwa Yang memberi aku keturunan adalah Tuhanku dan sekarang Tuhanku memintanya kembali, bagaimana aku tidak akan memenuhi permintaannya? Aku memang mencintai puteraku, tapi aku rela mengorbankan apa yang aku cintai demi Allah yang lebih aku cintai.”

Setelah Iblis gagal menggoda Ibrahim as, dia mendatangi Siti Hajar, seraya berkata, “Wahai Siti Hajar, mengapa engkau membiarkan suami menyembelih putera mu? Bukankah engkau susah payah saat perutmu hamil membawa Ismail? Bukankah engkau yang telah menyusui, mengurus dan mengasuhnya dulu? Bahkan engkau dan putramu sempat dibiarkan di tempat asing dan sepi? Kenapa engkau tidak mencegah saja rencana suamimu untuk menyembelih puteramu yang kau sayangi itu?”

Siti Hajar –dengan keimanan yang kuat – menolak ajakan Iblis, dia melempar iblis itu dengan batu krikil seraya berkata, “Wahai Iblis, jangankan puteraku yang akan menjadi korban. Kalau ini adalah perintah Allah Tuhanku, aku sendiri pun siap menjadi korban.”

Setelah Iblis gagal merayu ibrahim dan Siti Hajar, kini dia mendatangi putera mereka bernama Ismail as. Iblis menggodanya agar menolak rencana ayahnya,  Seraya berkata, “Wahai Ismail, engkau adalah anak pandai dan berbakat, engkau juga adalah pemuda yang mempunyai masa depan, mengapa engkau mau menerima ajakan ayahmu? Lebih baik engkau pergi menjauh dari daerah ini..”

Lagi-lagi dengan keimanan yang kuat, Ismail menolak ajakan Iblis sambil melontarinya dengan batu krikil, seraya berkata, “Pergilah engkau iblis, aku dahulu hadir ke dunia karena karunia dari Allah, Dialah yang menciptakanku. Dan kini aku diminta kembali kehadapanNya. Aku tidak akan menolak perintah ayahku dan Tuhanku...”

Proses pelontaran batu ini kemudian menjadi prosesi ibadah perlontaran jumroh oleh jamaah haji di Mina sebagai napak tilas sejarah langsung di TKP (Tempat Kejadian Perkara)

 

ALLAHU AKBAR...ALLAHU AKBAR WA LILLAHIL HAMD

KAUM MUSLIMIN WAL MUSLIMAT RAHIMAKUMULLAH......

Demikianlah, betapa kuat keimanan dan kesabaran yang dimiliki oleh nabi Ibrahim as dan orang-orang bersamanya. Keluarga nabi Ibrahim as adalah potret keluarga yang sabar menghadapi segala cobaan dan ujian dari Tuhannya. Oleh sebab itu keluarga ini patut menjadi tauladan bagi kita semua. Sebagaimana firman Allah swt:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia(QS.Al-Mumtahanah: 4)

 

Dari kisah ketabahan dan keteguhan nabi Ibrahim as dan keluarganya ini, kita dapat mengambil beberapa pelajaran:

1.      Sesungguhnya, Iblis tidak mempunyai obesesi dan cita-cita apapun kecuali dalam pikirannya adalah berusaha semaksimal mungkin dan sekuat tenaga dan pikirannya, mengajak manusia sebanyak-banyaknya menjadi temannya di neraka nanti. Iblis tidak bercita-cita ingin jadi menteri atau presiden, jadi insinyur atau dokter. Cita-cita Iblis adalah manusia mengikuti langkahnya dan terjerumus dalam kenistaan dan kerugian.

2.      Karena isi otak Iblis dan kerjanya hanya ingin mencelakakan manusia, maka hendaknya kita harus proklamasikan dalam diri kita, bahwa syetan atau Iblis adalah musuh nyata dan utama kita. Oleh sebab itu, sedikitpun kita tidak boleh berkompromi dengan rayuan dan ajakan iblis. Kita harus lawan dia karena dia adalah musuh yang nyata. Oleh sebab itu, para jamaah haji di Mina melakukan ritual melontar jumroh sebagai simbol permusuhan abadi dengan syetan.

3.      Salah satu sifat Iblis, adalah tidak akan pernah menyerah mencari celah untuk menggagalkan manusia melaksanakan perintah Allah. Terutama di tengah-tengah keluarga. Banyak ayah sukses, tapi ibu gagal. Banyak orang tua sukses tetapi anak gagal. Karena itu, jika gagal menggoda ayah, Iblis akan berusaha masuk menggoda isteri, anak, paman, dan anggota keluarga lainnya.

4.      Kita harus menanamkan nilai-nilai keimanan yang kuat kepada keluarga kita. Jika keluarga sudah dibentengi dengan” tarbiyah islamiyah”, maka Syetan tidak akan dapat mencari celah menggoda dari anggota keluarga. Oleh sebab itu, keluarga kita harus mempunyai visi dan misi yang sama dalam mengarungi hidup ini, meskipun berbeda karakter dan profesi di antara anggota keluarga, namun jika visi misi kita sama yaitu mencapai kebahagian di surga serta melaksanakan konsekwensinya, dan hidup ikhlas (berserah diri ) pada Allah, maka kita akan terhindar dari godaan syetan. Firman Allah swt:

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ () إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمْ الْمُخْلَصِينَ

Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis[ di antara mereka." (QS.Al-Hijr: 39-40)

 

Demikianlah khutbah ini kami sampaikan. Akhirnya kita berdoa, semoga Allah swt menerima segala amal kita, menerima ibadah qurban kita dan saudara-saudara kita, serta semoga keluarga kita diberikan kekuatan iman dan taqwa sehingga dapat tabah dalam menghadapi segala ujian dan cobaan seperti sabarnya keluarga Nabi Ibrahim as dan orang-orang yang bersamanya.

Semoga jamaah haji yang berangkat tahun ini pun diberikan kesehatan, kemudahan dan kelancaran. Semoga mereka pulang ke Tanah Air membawa haji yang mabrur, haji yang pahalanya adalah surga jannatun na’im. Amin Ya Robbal ‘Alamin..

 

بارك الله لي ولكم في القرآن الكريم ونفعني واياكم بما فيه من الآيات والذكر الحكيم وتقبل مني ومنكم تلاوته انه هو السميع العليم, أقول فولي هذا وأستغفر الله لي ولكم ولسائر المسلمين من كل ذنب  فاستغفروه, انه هو الغفور الرحيم.

 

 

KHUTBAH  KEDUA

 

 

ألله أكبر, ألله أكبر, ألله أكبر, ألله أكبر, ألله أكبر, ألله أكبر, ألله أكبر, ألله أكبركبيرا والحمد لله كثيرا وسبحان الله بكرة وأصيلا, . أشهد ان لااله الا الله وحده لا شريك له ارغاما لمن جحد به وكفر, وأشهد أن محمدا عبده ورسوله سيد الخلائق والبشر, اللهم صل على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد وسلم تسليما كثيرا

أما بعد, فيا أيها الناس اتقوا الله ولازموا الصلاة على خير خلقه عليه الصلاة والسلام, فقد أمركم الله بذلك ارشادا وتعليما فقال:

 ان الله وملائكته يصلون على النبي يا أيها الذين آمنوا صلوا عليه وسلموا تسليما. اللهم صل على سيدنا محمد وعلى اله وصحبه أجمعين وعلى بقية الصحابة و التابعين وعلى تابعي التابعين ومن تبعهم باحسان الى يوم الدين وعلينا برحمتك يا أرحم الراحمين, اللهم اغفر للمسلمين والمسلمات والمؤمنين والمؤمنات الأحياء منهم والأموات, انك سميع قريب مجيب الدعوات, يا قاضي الحاجات, اللهم انصر من نصر الدين واخذل من خذل المسلمين, واجعل بلدتنا هذه و سائر بلدان المسلمين بلدةً طيبةً تجري أحكامك وسنة رسولك, يا حي يا قيوم , ربنا آتنا فى الدنيا حسنة وفى الآخرة حسنة وقنا عذاب النار.

عباد الله... إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ..فاذكروا الله العظيم يذكركم, وادعوه يستجب لكم . ولذكر الله أكبر

 

 

 


 


Jumat, 22 Mei 2020

KHUTBAH IDUL FITRI EDISI STAY HOME TAHUN 2020

KHUTBAH IDUL FITRI EDISI STAY HOME  TAHUN 2020

(di Tengah Wabah Virus Corona)

 

Oleh : KH. Muhammad Jamhuri, Lc MA

(Pengasuh Pesantren Terpadu Ekonomi Islam Multazam – Rumpin Bogor)

 

السَّلاَمُ عَلَيكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

ألله أكْبَرُ, ألله أكْبَرُ, ألله أكْبَرُ, ألله أكْبَرُ, ألله أكْبَرُ, ألله أكْبَرُ, ألله أكْبَرُ, ألله أكْبَرُ, ألله أكبر, ألله أكبر, ألله أكبركبيرا ولله الحمد

اَلْحَمْدُ لِلّهِ اّلذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْدًا لِّلمُسْلِمِيْنَ  وَالمُسْلِمَاتِ وَالْصَّائِمِيْنَ والصَّائِمَاتِ, والصَّلَاةُ وَالسَّلَامُ عَلىَ سَيّدِ نَا مُحَمَّدٍ سَيّدِ السَّادَاتِ, وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الْمِيْعَاد. أَشْهَدُ اَنْ لَّااِلَهَ اِلّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ  وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ, اللَّهُمَّ صَلِّ علَى سَيّدِ نَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينْ وَسلِّمْ تَسْلِبماً كَثِيْرًا.

أَمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ اللهِ, اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَأنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى: (قَدْ أَفْلَحَ مَنْ تَزَكَّى . وَذَكَرَ اسْمَ رَبِّهِ فَصَلَّى)

 

 Umi (Bunda),  dan anak-anak abi (Ayah) sekalian..yang Abi (ayah) cintai .....

 

Meskipun hari-hari ini adalah hari-hari yang memprihatinkan, umat Islam seluruh dunia, sejak malam mengumandangkan takbir, membesarkan dan mengagungkan nama Allah, “Allahu-Akbar, Allahu-Akbar”. Sambil merenung maknanya, betapa Allah-lah Tuhan satu-satunya yang Maha Besar. Karena, hari-hari ini Allah telah membuktikan, bahwa hanya dengan makhluk kecil yang tak terlihat mata, jutaan manusia menjadi tak berdaya, jutaaan manusia di dunia terkapar virus Corona, dan negeri-negeri super power dengan segala kecanggihan teknologinya pun tak sanggup menahan serangan makhluk yang sangat kecil. Allahu-Akbar, Allahu-Akbar, sungguh, Allah Maha Besar, dan manusia adalah kecil di hadapanNya

 

Allahu Akbar..Allahu Akbar...Walillahilhamd

Umi (Bunda),  dan anak-anak abi (Ayah) sekalian..yang Abi (ayah) cintai .....

Di tengah merebaknya wabah virus Corona yang membuat kita tidak leluasa keluar rumah dan beraktifitas bebas, lalu Allah memberi kita karunia berupa datangnya bulan Ramadhan, sebenarnya merupakan rahmat dan kasih sayang Allah kepada kita. Sebab, dengan kita berada di rumah, kita bisa lebih konsntrasi beribadah, seperti tilawah quran, shalat taraweh di rumah, shalat dhuha, tahajjud serta terjadi kedekatan dan keakraban di antara kita sebagai anggota keluarga.

Syeikh Said Hawa dalam kitabnya “Al-Islam” menyebut, bahwa bulan Ramadhan yang mengikuti perhitungan kalender qomariyah (beradasarkan perputaran bulan) yang jatuhnya di musim-musim berbeda dalam tiap tahunnya, seperti musim panas, dingin, gugur dan semi, memberikan pelajaran kepada umat Islam, bahwa umat Islam harus siap menghadapi segala kondisi, sehingga ia akan dapat beradaptasi di kondisi apapun, bahkan dalam keadaan berlapar-lapar sekalipun. Oleh karena itu, jika saat ini kita berpuasa dan berlebaran di kondisi wabah Corona, adalah juga suatu pembelajaran, agar kiita sebagai muslim siap menghadapi kondisi apapun. Bagi orang yang sabar dan taat menjalankan perintah Nabi saw dan para ulama untuk menghindari wabah atau tidak menularkan wabah, maka baginya pahala karena mengikuti pesan Nabi saw dan para alim ulama sebagai pewaris Nabi. Rasulullah saw bersabda:

إِذَا سَمِعْتُمْ بِالطَّاعُونِ بِأَرْضٍ فَلاَ تَدْخُلُوهَا، وَإِذَا وَقَعَ بِأَرْضٍ وَأَنْتُمْ بِهَا فَلاَ تَخْرُجُوا مِنْهَا

Artinya: "Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu." (HR Bukhari).

Umi (Bunda),  dan anak-anak abi (Ayah) sekalian..yang Abi (ayah) cintai .....

Ramadhan dan mewabahnya virus Corona telah memberi hikmah kepada kita, bahwa kita harus merubah cara pola hidup kita. Dalam bulan Ramadhan, kebiasaan kita dapat berubah ke arah yang lebih baik. Antara lain

1.  Shalat lima waktu yang biasanya tidak berjamaah, di bulan Ramadhan ada peningkatan frekwensi sholat berjamaahnya.

2.   Jadwal bangun tidur kita di bulan Ramadhan lebih tampil dari pada di luar Ramadhan. Karena kita didorong untuk melaksanakan santap sahur. Sehingga bagi yang sadar, kesempatan bangun tidur ini selain digunakan bersahur, juga digunakan untuk shalat tahajjud

3.    Kondisi rohani lebih siap menerima hidayah dibanding di luar Ramadhan. ini terlihat dengan antusiasnya masyarakat mendengarkan ceramah-ceramah agama.

4.   Kondisi suasana islami lebih marak di bulan Ramadhan. Hampir semua stasiun televisi menayangkan acara-acara dakwah dan islami.

5.   Secara sosial, masyarakatpun berlomba-lomba dalam memberikan kepeduliannya. Hal ini terlihat dari intensitas  mereka berzakat dan bersedekah.

Sedangkan di saat suasana Corona, kita juga dapat merubah kebiasan dan perilaku kita. Antara lain:

1.   Kebiasaan hidup sehat. Seperti bercuci tangan dan menjaga kebersihan. Kita juga dianjurkan berolah raga, berjemur pagi serta memakan makanan bergizi agar imun kita kuat untuk menangkal serangan virus corona

2.    Kebiasaan berpergian dan nongkrong-nongkrong di cafe dikurangi. Hal ini karena kita dianjurkan untuk Stay Home (tinggal di rumah) selama masa mewabahnya Corona. Sehingga keakraban dengan keluarga kita di rumah semakin bertambah.

3.    Kebiasaan "menyendiri" (baca: itikaf) di rumah dan menjauhi keramaian dapat kita lakukan selama masa Corona. Sesuatu yang sulit kita lakukan di masa normal.

4.   Kepala rumah tangga berusaha terbiasa menjadi imam dalam shalat-shalatnya bersama keluarga, baik shalat wajib maupun shalat sunah taraweh. Sesuatu yang jarang dilakukan di masa normal.

5.  Di beberapa negara Eropa, memperdengarkan suara adzan dilarang, kini diperbolehkan leluasa, bahka diminta diperdengarkan oleh pihak pemerintah maupun masyakatnya yang note bone non muslim.

 

Allahu Akbar..Allahu Akbar...Walillahilhamd

Umi (Bunda),  dan anak-anak abi (Ayah) sekalian..yang Abi (ayah) cintai .....

Dari kenyataan di atas, maka sebenarnya kita dapat berubah ke arah yang lebih baik. Janganlah kita menunggu datangnya wabah,  untuk sering betah di rumah, hidup bersih, saling peduli membantu serta behati-hati dalam pergaulan. Kita juga jangan menunggu datangnya bulan Ramadhan untuk rajin membaca al-Quran, shalat malam, shalat berjamaah, mendengarkan tausiyah. Kita bisa melakukan kebaikan-kebaikan itu tanpa menunggu Corona dan Ramadhan.

            Ramadhan dan Corona hendaknya menjadi moment perubahan sikap kita kepada pola hidup dan cara pandang yang baik tentang Tuhan, alam dan manusia. Yakinlah, jika pun musim Corona berangsur hilang, kita tidak dapat hidup seperti sebelum Corona datang. Hidup yang akan datang, Kita akan selalu tetap berhati-hati dalam hidup, yakni dengan menjaga kebersihan, mengkonsumsi makanan yang sehat dan higienis, makan dan berolah raga secara teratur, dan yang tak kalah pentinya lagi adalah mendekatkan diri kepada Allah dan bergantung kepadaNya. Karena segala peristiwa yang telah, sedang dan akan terjadi, tidak terlepas dari takdir dan irodah Allah swt. Maka Allah-lah sebaik-baik tempat bersandar.

 

Allahu Akbar..Allahu Akbar...Walillahilhamd

Umi (Bunda),  dan anak-anak abi (Ayah) sekalian..yang Abi (ayah) cintai .....

Akhirnya, marilah sama-sama kita berdoa, semoga amal ibadah kita, berupa puasa, shalawat taraweh, tilawah al-Quran, shodaqoh dan zakat serta semua amal kebaikan kita, selama bulan Ramadhan diterima Allah swt. Semoga setelah melewati Ramadhan ini Allah segera mengangkat dan menghilang wabah virus Corana dari daerah dan negeri kita serta negeri-negeri muslim lainnya.

اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا صَبُورًا   وَاجْعَلْناَ شَكُوْرًا

Allohummaja’alna shoburon waj’alna syakuron

 “Ya Allah, jadikanlah kami hamba yang selalu bersyukur dan selalu sabar”

( اللَّهُمَّ اغْفِرْ للمُسْلِمِيْن وَالْمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْن وَالمُؤمِنَاتِ الأحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأمْوَاتِ, اِنَّكَ سَمِيْعٌ قرِيْبٌ مُّجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, يَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ, اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاتَنَا وصِيَامَنَا وقِيَامَنَا وَ رُكوُعَنَا وسُجُودَنَا وتَخَشُّعَنَا وتَضَرُّعَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا  يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ, , رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ (

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي القُرْآنِ الكَرِيْمِ ونَفَعَنِيْ وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآياتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمْ وَتقبَّلَ مِنِّيْ وَمِنكُمْ تِلاَوَتِهِ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعًلِيْمُ, أَقُوْلُ فَوْلِي هَذَا وَأسْتَغفِرُ اللهَ لِي وَلكُمْ وَلِسَائِرِ اْلمُسْلِمِينَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ  فَاسْتَغْفِرُوهُ, اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم.ِ

)و السَّلاَمُ عَلَيكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ(

 

Catatan:

  1. Bagi yang terbiasa khutbah id nya menggunakan 1 khutbah, cukup sampai di sini.
  2. Sedangkan bagi yang terbiasa menggunakan 2 khutbah, maka khatib duduk, lalu berdiri dan melanjutkan khutbah kedua-nya. Dan Lafazh bertulisakan merah di atas tidak perlu dibaca karena akan dibaca di khutbah kedua yang telah tersedia di khutbah kedua

 

KHUTBAH  KEDUA

 

 

ألله أكْبَرُ, ألله أكْبَرُ, ألله أكْبَرُ, ألله أكْبَرُ, ألله أكْبَرُ, ألله أكْبَرُ ألله أكْبَرُ, ألله أكْبَرُ كبيرا و اَلْحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَّأَصِيْلاً, وأَشْهَدُ اَنْ لَّااِلَهَ اِلّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ  اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفرَ, لَهُ  وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ  سَيِّدِ الْخَلاَئِقِ وَاْلبَشَرِ, اللَّهُمَّ صَلِّ علَى سَيّدِ نَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينْ وَسلِّمْ تَسْلِبماً كَثِيْرًا.

 

أَمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ اللهِ, اتَّقُوا اللهَ  ولازموا الصلاة على خير خلقه عليه الصلاة والسلام, فقد أمركم الله بذلك ارشادا وتعليما فقال:

 إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ علَى سَيّدِ نَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينْ وَعَلَى بَقِيَّةَ الصَحَابَةِ وَ التَّابِعِيْنَ وَعَلَى تَابِعِي التَابِعِيْن وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَعَلَيْنَا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن, اللَّهُمَّ اغْفِرْ للمُسْلِمِيْن وَالْمُسْلِمَاتِ وَالمُؤْمِنِيْن وَالمُؤمِنَاتِ الأحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأمْوَاتِ, اِنَّكَ سَمِيْعٌ قرِيْبٌ مُّجِيْبُ الدَّعَوَاتِ, يَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ, اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاتَنَا وصِيَامَنَا وقِيَامَنَا وَ رُكوُعَنَا وسُجُودَنَا وتَخَشُّعَنَا وتَضَرُّعَنَا وَتَمِّمْ تَقْصِيْرَنَا  يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ, , رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

عباد الله, إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإِحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنْ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْم يَذْكُرْكمُ وَادْعُوْهُ يَسْتَجِبْ لَكُمْ وَلذِكْرُ اللهِ أكْبَرُ.

 

وَالسَّلاَمُ عَلَيكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ