Senin, 07 Desember 2020

KALENDER ITU TELAH MEMBERI "HIDAYAH" AKU MASUK PESANTREN.


(Lanjutan Kisah : "Emakku Ajari Aku Kitab ini" /Turutan)

Aku tamat ngaji TURUTAN pd Emakku saat duduk di kls 4 SD. Aku mulai naik ke level ngaji "Quran Besar". Mulai dari al-Fatihah hingga alif lam mim (saat itu belum tahu namanya surat al baqarah). Emakku bukan seorang ustazah. Jadi gak detail ngajari surat apanya?. Bahkan dulu sewaktu ngaji TURUTAN gak kenal surat al-ihlas, tahunya surat Qulhu. Yg penting aku ikutin apa yg Emakku tuntun.

Menjelang naik kls 5, ada seorang ustadz ngontrak rumah yg terletak di dpn rumahku. Emakku menyarankan spy ngaji kepadanya. Tp bkn utk belajar Quran, tp belajar agar aku bisa mendoakan atau mengirim tahlil kpd orang tua. "Belajar sama ust Jayadi ya? Biar Emak dan Bapak kalo mati bisa dikirimin tahlil dan Yasin." Begitu pesan Emakku. Tp, dalam perjalanannya, aku diajari quran juga secara privat oleh ustadz itu. Terus demikian, hingga menjelang aku lulus SD. 

Di tengah ngaji dg ustadz itulah aku mengenal istilah "pesantren". Maklum kawasan Angke Sawah lio x tdk ada anak yg dipesantrenkan. Aku.mengenal pesantren, krn setiap aku ngaji,  aku melihat kalender yg ada di dinding sandaran ustadz ku itu. Diam-diam jika sang ustadz dikamar atau toilet, aku berdiri utk lihat2 gambar kalender. Ternyata itu kalender Pondok Pesantren Daarul Rahman, Jakarta. Ada gambar pimpinannya KH.Syukron Makmun.

Akhirnya aku pun memberanikan bertanya2 ttg pesantren itu. Ustadz itu malah mengantarkan ku ke rumah keponakannya yg kebetulan mondok di sana dan kebetulan sdg liburan. Ponakannya sdg di kls 3 tsnawiyah. (sayangnya, dia berhenti sebelum naik kls 4).

Aku pun tamat SD, aku sdh bertekad masuk pesantren. Karena di kalender semua kegiatan ada. Itu menarikku. Namun Kepala madrasahku  menyesalkan aku jika tdk ikut tes SMPN. Akhirnya aku tetap didaftarkan di 3 SMPN favorit kotaku. Aku manut. Dan lulus ujian di salah satu SMPN favorit. Namun aku tidak ambil. Aku tetap bertekad ke pesantren.

Ah, Entah apa jadinya aku? Jika saat itu tidak ada "hidayah" pesantren melalui satu eksemplar kalender? Karena masa kecilku tak ada yg mengenalkan pesantren. 

Maklum internet dahulu belum ada. Dan pesantren pun nasibnya masih dinomor sekiankan oleh masyarakat

Hidayah Allah bisa datang lewat apa saja.. tangkap dan syukuri...

(M. Jamhuri  7/12/2021)

Tidak ada komentar: