Selasa, 16 November 2021

Catatan Dakwah Perjalanan Napak Tilas Syaikhuna KH. Syukron Makmun Bersama Alumni Para Pengasuh Pesantren

 Oleh: Muhammad Jamhuri

 

Pada tanggal  1 – 5 Nopember 2021 yang lalu, para pengasuh pesantren yang merupakan alumni Pondok Pesantren Daarul Rahman dan tergabung dalam Forum Kerjasama Antar Pesantren Alumni Daarul Rahman (FORMADA) mengadakan perjalanan Tour Napak Tilas bersama Syaikhuna KH. Syukron Makmun ke Jawa dan Madura. Tour perjalanan diisi dengan berziarah ke makam para wali dan ulama, kunjungan ke Pondok Pesantren Sidogiri sebagai pesantren almamater Syiaikhuna, serta berkunjung ke rumah kelahiran beliau di Sampang, Madura.

Hampir semua peserta yang tediri dari para pengasuh pesantren itu merasa terkesan dengan kegiatan Tour Napak Tilas yang untuk pertama kalinya diadakan tersebut. Banyak kisah kesan-baik yang disampaikan oleh para peserta, baik secara langsung maupun melalui akun medsos masing-masing.

Dalam kesempatan ini, saya mencoba menulis catatan perjalanan tersebut dari sisi metode dakwah yang bagi saya – sangat berkesan – dalam tour tersebut. Dakwah Syaikhuna KH.Syukron Makmun, ternyata bukan hanya terbatas pada ceramah dan pidato saja, namun dalam sikap, tindak tanduk, pergaulan, obrolan, semuanya tidak terlepas dari konten dakwah.

Berikut catatan dakwah Tour Napak Tilas bersama Syaikhuna KH. Syukron Makmun:

Dakwah Dengan Edukasi Ziarah

Umumnya, saat berziarah, Tour Leader (Pemimpin Perjalanan) jarang meng-edukasi jamaahnya atau pesertanya dalam hal tatacara berziarah. Namun Syaikhuna KH. Syukron Makmun selain memimpin zikir dan doa ziarah, beliau juga mengedukasi para penziarah dengan baik, agar pelaksanaan ziarah tidak menyimpang dari ajaran Islam, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang awam. Karena beliau juga mengakui masih ada umat Islam yang salah dalam tata cara berziarah. “Ziarah itu diperintahkan Nabi saw, maka jika ada kesalahan dari sebagian umat dalam berziarah, bukan ziarahnya yang harus dilarang, tapi berilah pemahaman yang benar tentang cara berziarah”. Ujarnya. Seakan Syaikhuna KH. Syukron Makmun ingin meluruskan sikap pihak yang melarang tradisi ziarah di satu sisi dan pihak yang mengamalkan ziarah namun sudah keluar dari tuntunan syariat Islam di sisi lain.

Di antara edukasi ziarah yang beliau sampaikan adalah:

  • Ziarah itu dahulunya pernah dilarang oleh Nabi saw, namun kemudian malah diperintahkan beliau. Nabi saw bersabda, “Dahulu aku pernah melarang kalian berziarah kubur, namun kini silakan kalian berzaiarahlah” (Al-hadist)
  •  Saat ziarah niatkanlah dalam rangka melaksanakan perintah Nabi Muhammad saw seperti tersebut dalam hadist di atas
  • Berziarah itu mendo’akan ahli kubur, bukan meminta-minta kepada ahli kubur
  • Saat akan beziarah, pasanglah niat ikhlas karena Allah dan karena mencintai para wali dan orang shalih yang dicintai Allah swt. Mencintai hamba Allah yang dicintaiNya dengan menziarahi dan mendoakannya adalah mendatangkan cinta Allah kepada kita sebagai penziarah.
  • Bertawassul dengan rasa mencintai hamba yang pernah dicintai Allah dari kalangan ulama dan wali Allah adalah mubah dan bahkan diperintah.
  • Bertawassul dengan amal shalih yang kita lakukan dalam memohon hajat juga diperbolehkan. Sebagai contoh, setelah mendoakan orang sholih yang berada dalam makam lalu berdoa, “Ya Allah, dengan amal sholeh yang kami lakukan berupa berziarah ke makam wali dan hamba yang Engkau cintai ini, maka kabulkanlah permohonan ku ini dan itu....”. Amalan bertawassul dengan amal ini sesuai dengan hadist kisah tiga orang yang terjebak dalam gua tertutup, lalu masing-masing bertawassul dengan amal sholih masing-masing sehingga batu yang menutup gua pun terbuka.

Dakwah Dengan Kisah Sejarah

Syaikhuna KH. Syukron Makmun bukan sekedar memimpin doa dalam setiap ziarahnya, namun beliau juga mampu menceritakan sejarah setiap waliyullah yang beliau ziarahinya. Baik saat berziarah ke Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon maupun Sunan Ampel di Surabaya. Bahkan beliau dengan lancarnya menyebut silsilah keturunan para wali tersebut, yang saya saja tidak mampu menghafalnya. Beliau bercerita dan dan menggambarkannya bagaikan sedang melihat film. Termasuk sejarah perjuangan dakwah para Wali Allah di Tanah Pasunda (Jawa Barat) yang dilakukan Sunan Gunung Jati yang bernama asli Syarif Hidayatullah maupun perjuangan dakwah Sunan Ampel di pulau Jawa yang melahirkan sistem pendidikan tertua di Indonesia yang bernama PESANTREN.

Berdakwah dengan kisah-kisah sejarah ini dapat mengajak pendengarnya mengerti sejarah perjuangan para waliyullah di Nusantara sehingga dapat melahirkan kecintaan kepada tanah air dan tokoh-tokohnya.

Mayoritas para ulama dan pimpinan pesantren mengenal sejarah Islam yang terjadi  di Timur Tengah, bahkan hingga ke Turki. Namun minim sekali mengenal sejarah perjuangan ulama di Tanah Air. Dengan menceritakan sejarah para wali Allah dan ulama yang berjuang dan berdakwah di Tanah Air ini akan membangkitkan semangat mempelajari sejarah mereka kembali. Sehingga tali perjuangan para ulama akan tetap diwariskan oleh ulama generasi zaman sekarang.

Dakwah Dengan Kisah Pribadi

Dakwah dengan cara ini terjadi saat Syaikhuna KH. Syukron Makmun memimpin ziarah ke makam orang tua beliau di daerah Sampang-Madura. Baik sebelum membaca zikir-zikir ziarah di sini maupun setelah ziarah, beliau banyak menceritakan kisah hidup beliau di masa kecil dan kaitannya dengan kedua orang tua beliau saat itu.

Beliau bercerita bahwa sejak kecil beliau selalu membantu orang tuanya. Setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah beliau membantu ibunya berbelanja kebutuhan dapur di pasar. Saat itu beliaulah yang belanja ke pasar, sedangkan ibu tetap di rumah. “Saya selalu ingin menyenangkan kedua orang tua” katanya menceritakan motto hidupnya. “Makanya saya sering menasehati para santri setiap menjelang liburan agar mereka saat libur di rumah harus berusaha menyenangkan kedua orang tua.” Tambah beliau.

Sedangkan dengan ayah, beliau selalu mengikuti kebiasaan ayah. Antara lain selalu melaksanakan shalat lima waktu berjamaah, hingga dengan wirid-wiridnya. Beliau bercerita bahwa ayahnya setiap usai sholat subuh di masjid tidak langsung pulang ke rumah. Tetapi berzikir hingga datang waktu syuruq, kemudian sholat syuruq, baru kemudian pulang menuju rumah. “Wirid yang sering dibaca selepas subuh hingga menjelang waktu syuruq adalah ‘Ya Arhamar Rohimin Irhamna’” ujar KH. Syukron Makmun.

Beliau juga bercerita bahwa sejak remaja bahkan masih berada di pesantren beliau sudah berdakwah ke mana-mana, terutama di daerah Jawa Timur dan Madura.

Metode dakwah dengan bercerita biografi beliau seperti ini tentu saja memberi pelajaran dan kesan yang mendalam pada pendengarnya. Pantaslah beliau kini menjadi tokoh yang kharismatik dan disegani, karena sejak kecil telah terbiasa dengan amalan dan kegiatan yang mendatangkan keberkahan dalam hidupnya. Bahkan keberkahan itu turun kepada para santri dan alumni pesantrennya.

Dakwah Dengan Kunjungan

Bercerita saja tanpa melihat tempat kejadian peristiwa (TKP) tentu saja terasa kurang pengaruhnya. Namun jika cerita itu dilakukan di lokasi kejadian, maka akan lebih terasa dalam menghayati sebuah cerita. Hal ini dirasakan saat Syaikhna KH.Syukron Makmun mengajak kami ke pesantren Sidogiri tempat beliau menimba ilmu di masa remajanya. Pesantren tertua di Tanah Air itu, kini sudah memiliki santri yang jumlahnya ribuan. Pertanda bahwa pesantren itu tidak lapuk dimakan zaman. “Pimpinan pesantren ini sekarang sudah keturunan yang ketiga, waktu saya nyantri di sini, beliau dahulu masih anak kecil, dan itu sudah 64 tahun lalu” ujar KH. Syukron Makmun.

Meski semua bangunan sudah banyak direnovasi dan bertingkat, namun ada satu bangunan yang dibiarkan dan masih utuh asli seperti pada masa 64 tahun lalu, yaitu asrama yang didiami Syaikhuna KH. Syuron Makmun. Di sana beliau memunjukkan tempat tidur beliau, dan bercerita sambil meneteskan air mata mengenang masa-masa menununtut ilmu di pesantren tersebut. Tidak sedikit kami pun ikut meneteskan air mata saat beliau bercerita di depan kamar yang menjadi tempat tidur beliau masa itu.

Dengan melihat luas kamar yang hanya berukuran sekitar 3x4 m dengan isi santri sekitar 15 orang saja, kami merasa tersentuh. Kami berpikir jika hal ini diterapkan di pesantren kami, mungkin banyak orang tua yang komplain dengan fasilitas yang sangat sederhana itu.

Namun meskipun sangat sederhana, pesantren ini telah melahirkan banyak ulama, antara lain KH. Idrus Ramli dan KH. Syukron Makmun itu sendiri. Di samping itu pesantren ini pun merajai mini market dengan merk BASMALAH di wliayah Jawa Timur dan Madura. Di Madura sendiri kami nyaris tidak melihat mini market lain, selain mini market “Basmalah” milik pesantren Sidogiri ini.

Metode berdakwah dengan kunjungan ke lokasi sejarah adalah efektif untuk memberikan pengaruh kepada mad’u (objek dakwah). Tidak heran jika para jamaah haji atau umroh yang berkunjung ke tempat-tempat bersejarah di dua kota suci Makkah dan Madinah mendapat hidayah sepulangnya dari Tanah Suci.

Dakwah Dengan Sanad

Tidak dapat dipungkiri, bahwa saat Syaikhuna KH. Syukron Makmun membawa kami para rombongan berziarah ke makam para pendiri pesantren Sidogiri, itu berarti telah menyambungkan kami (para rombongan) dengan mata rantai (sanad) para guru beliau. Terutama guru-guru yang pernah mengajar beliau di Pesantren Sidogiri ini. Sehingga sanad pendidikan yang diterima oleh para santri dari Syaikhuna semakin jelas dan matang.

Selain itu, beliau juga secara langsung memberikan ijazah Hizb Nashor kepada seluruh pesera Ziarah dan Napak Tilas saat itu, sesuatu yang jarang beliau lakukan di pengajian atau ceramah umum.

Beliau pun bercerita, bahwa beliau telah mendapat ijazah dari Syeikh Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki, ulama ahlussunnah wal jamaah yang tinggal di kota suci Makkah. Bahkan beliau dipakaikan sorban langsung oleh Sayyid Muhammad saat berada di Makkah dan telah diijazahkan semua buku-buku dan wirid karya beliau

 Penutup

Demikianlah catatan dakwah Napak Tilas Syaikhuna KH. Syukron Makmun yang dapat saya ulas. Semoga tulisan ini bermanfaat dan semoga kami para santri dan jamaah beliau selalu diberikan limpahan keberkahan dari doa-doa para guru kami. Semoga juga beliau dan para guru kami selalu dilimpahkan keberkahan dan kebahagian, baik di dunia maupun di akhirat.

 Rumpin-Bogor, 16 Nopember 2021