Selasa, 16 November 2021

Catatan Dakwah Perjalanan Napak Tilas Syaikhuna KH. Syukron Makmun Bersama Alumni Para Pengasuh Pesantren

 Oleh: Muhammad Jamhuri

 

Pada tanggal  1 – 5 Nopember 2021 yang lalu, para pengasuh pesantren yang merupakan alumni Pondok Pesantren Daarul Rahman dan tergabung dalam Forum Kerjasama Antar Pesantren Alumni Daarul Rahman (FORMADA) mengadakan perjalanan Tour Napak Tilas bersama Syaikhuna KH. Syukron Makmun ke Jawa dan Madura. Tour perjalanan diisi dengan berziarah ke makam para wali dan ulama, kunjungan ke Pondok Pesantren Sidogiri sebagai pesantren almamater Syiaikhuna, serta berkunjung ke rumah kelahiran beliau di Sampang, Madura.

Hampir semua peserta yang tediri dari para pengasuh pesantren itu merasa terkesan dengan kegiatan Tour Napak Tilas yang untuk pertama kalinya diadakan tersebut. Banyak kisah kesan-baik yang disampaikan oleh para peserta, baik secara langsung maupun melalui akun medsos masing-masing.

Dalam kesempatan ini, saya mencoba menulis catatan perjalanan tersebut dari sisi metode dakwah yang bagi saya – sangat berkesan – dalam tour tersebut. Dakwah Syaikhuna KH.Syukron Makmun, ternyata bukan hanya terbatas pada ceramah dan pidato saja, namun dalam sikap, tindak tanduk, pergaulan, obrolan, semuanya tidak terlepas dari konten dakwah.

Berikut catatan dakwah Tour Napak Tilas bersama Syaikhuna KH. Syukron Makmun:

Dakwah Dengan Edukasi Ziarah

Umumnya, saat berziarah, Tour Leader (Pemimpin Perjalanan) jarang meng-edukasi jamaahnya atau pesertanya dalam hal tatacara berziarah. Namun Syaikhuna KH. Syukron Makmun selain memimpin zikir dan doa ziarah, beliau juga mengedukasi para penziarah dengan baik, agar pelaksanaan ziarah tidak menyimpang dari ajaran Islam, seperti yang dilakukan oleh beberapa orang awam. Karena beliau juga mengakui masih ada umat Islam yang salah dalam tata cara berziarah. “Ziarah itu diperintahkan Nabi saw, maka jika ada kesalahan dari sebagian umat dalam berziarah, bukan ziarahnya yang harus dilarang, tapi berilah pemahaman yang benar tentang cara berziarah”. Ujarnya. Seakan Syaikhuna KH. Syukron Makmun ingin meluruskan sikap pihak yang melarang tradisi ziarah di satu sisi dan pihak yang mengamalkan ziarah namun sudah keluar dari tuntunan syariat Islam di sisi lain.

Di antara edukasi ziarah yang beliau sampaikan adalah:

  • Ziarah itu dahulunya pernah dilarang oleh Nabi saw, namun kemudian malah diperintahkan beliau. Nabi saw bersabda, “Dahulu aku pernah melarang kalian berziarah kubur, namun kini silakan kalian berzaiarahlah” (Al-hadist)
  •  Saat ziarah niatkanlah dalam rangka melaksanakan perintah Nabi Muhammad saw seperti tersebut dalam hadist di atas
  • Berziarah itu mendo’akan ahli kubur, bukan meminta-minta kepada ahli kubur
  • Saat akan beziarah, pasanglah niat ikhlas karena Allah dan karena mencintai para wali dan orang shalih yang dicintai Allah swt. Mencintai hamba Allah yang dicintaiNya dengan menziarahi dan mendoakannya adalah mendatangkan cinta Allah kepada kita sebagai penziarah.
  • Bertawassul dengan rasa mencintai hamba yang pernah dicintai Allah dari kalangan ulama dan wali Allah adalah mubah dan bahkan diperintah.
  • Bertawassul dengan amal shalih yang kita lakukan dalam memohon hajat juga diperbolehkan. Sebagai contoh, setelah mendoakan orang sholih yang berada dalam makam lalu berdoa, “Ya Allah, dengan amal sholeh yang kami lakukan berupa berziarah ke makam wali dan hamba yang Engkau cintai ini, maka kabulkanlah permohonan ku ini dan itu....”. Amalan bertawassul dengan amal ini sesuai dengan hadist kisah tiga orang yang terjebak dalam gua tertutup, lalu masing-masing bertawassul dengan amal sholih masing-masing sehingga batu yang menutup gua pun terbuka.

Dakwah Dengan Kisah Sejarah

Syaikhuna KH. Syukron Makmun bukan sekedar memimpin doa dalam setiap ziarahnya, namun beliau juga mampu menceritakan sejarah setiap waliyullah yang beliau ziarahinya. Baik saat berziarah ke Makam Sunan Gunung Jati di Cirebon maupun Sunan Ampel di Surabaya. Bahkan beliau dengan lancarnya menyebut silsilah keturunan para wali tersebut, yang saya saja tidak mampu menghafalnya. Beliau bercerita dan dan menggambarkannya bagaikan sedang melihat film. Termasuk sejarah perjuangan dakwah para Wali Allah di Tanah Pasunda (Jawa Barat) yang dilakukan Sunan Gunung Jati yang bernama asli Syarif Hidayatullah maupun perjuangan dakwah Sunan Ampel di pulau Jawa yang melahirkan sistem pendidikan tertua di Indonesia yang bernama PESANTREN.

Berdakwah dengan kisah-kisah sejarah ini dapat mengajak pendengarnya mengerti sejarah perjuangan para waliyullah di Nusantara sehingga dapat melahirkan kecintaan kepada tanah air dan tokoh-tokohnya.

Mayoritas para ulama dan pimpinan pesantren mengenal sejarah Islam yang terjadi  di Timur Tengah, bahkan hingga ke Turki. Namun minim sekali mengenal sejarah perjuangan ulama di Tanah Air. Dengan menceritakan sejarah para wali Allah dan ulama yang berjuang dan berdakwah di Tanah Air ini akan membangkitkan semangat mempelajari sejarah mereka kembali. Sehingga tali perjuangan para ulama akan tetap diwariskan oleh ulama generasi zaman sekarang.

Dakwah Dengan Kisah Pribadi

Dakwah dengan cara ini terjadi saat Syaikhuna KH. Syukron Makmun memimpin ziarah ke makam orang tua beliau di daerah Sampang-Madura. Baik sebelum membaca zikir-zikir ziarah di sini maupun setelah ziarah, beliau banyak menceritakan kisah hidup beliau di masa kecil dan kaitannya dengan kedua orang tua beliau saat itu.

Beliau bercerita bahwa sejak kecil beliau selalu membantu orang tuanya. Setiap pagi sebelum berangkat ke sekolah beliau membantu ibunya berbelanja kebutuhan dapur di pasar. Saat itu beliaulah yang belanja ke pasar, sedangkan ibu tetap di rumah. “Saya selalu ingin menyenangkan kedua orang tua” katanya menceritakan motto hidupnya. “Makanya saya sering menasehati para santri setiap menjelang liburan agar mereka saat libur di rumah harus berusaha menyenangkan kedua orang tua.” Tambah beliau.

Sedangkan dengan ayah, beliau selalu mengikuti kebiasaan ayah. Antara lain selalu melaksanakan shalat lima waktu berjamaah, hingga dengan wirid-wiridnya. Beliau bercerita bahwa ayahnya setiap usai sholat subuh di masjid tidak langsung pulang ke rumah. Tetapi berzikir hingga datang waktu syuruq, kemudian sholat syuruq, baru kemudian pulang menuju rumah. “Wirid yang sering dibaca selepas subuh hingga menjelang waktu syuruq adalah ‘Ya Arhamar Rohimin Irhamna’” ujar KH. Syukron Makmun.

Beliau juga bercerita bahwa sejak remaja bahkan masih berada di pesantren beliau sudah berdakwah ke mana-mana, terutama di daerah Jawa Timur dan Madura.

Metode dakwah dengan bercerita biografi beliau seperti ini tentu saja memberi pelajaran dan kesan yang mendalam pada pendengarnya. Pantaslah beliau kini menjadi tokoh yang kharismatik dan disegani, karena sejak kecil telah terbiasa dengan amalan dan kegiatan yang mendatangkan keberkahan dalam hidupnya. Bahkan keberkahan itu turun kepada para santri dan alumni pesantrennya.

Dakwah Dengan Kunjungan

Bercerita saja tanpa melihat tempat kejadian peristiwa (TKP) tentu saja terasa kurang pengaruhnya. Namun jika cerita itu dilakukan di lokasi kejadian, maka akan lebih terasa dalam menghayati sebuah cerita. Hal ini dirasakan saat Syaikhna KH.Syukron Makmun mengajak kami ke pesantren Sidogiri tempat beliau menimba ilmu di masa remajanya. Pesantren tertua di Tanah Air itu, kini sudah memiliki santri yang jumlahnya ribuan. Pertanda bahwa pesantren itu tidak lapuk dimakan zaman. “Pimpinan pesantren ini sekarang sudah keturunan yang ketiga, waktu saya nyantri di sini, beliau dahulu masih anak kecil, dan itu sudah 64 tahun lalu” ujar KH. Syukron Makmun.

Meski semua bangunan sudah banyak direnovasi dan bertingkat, namun ada satu bangunan yang dibiarkan dan masih utuh asli seperti pada masa 64 tahun lalu, yaitu asrama yang didiami Syaikhuna KH. Syuron Makmun. Di sana beliau memunjukkan tempat tidur beliau, dan bercerita sambil meneteskan air mata mengenang masa-masa menununtut ilmu di pesantren tersebut. Tidak sedikit kami pun ikut meneteskan air mata saat beliau bercerita di depan kamar yang menjadi tempat tidur beliau masa itu.

Dengan melihat luas kamar yang hanya berukuran sekitar 3x4 m dengan isi santri sekitar 15 orang saja, kami merasa tersentuh. Kami berpikir jika hal ini diterapkan di pesantren kami, mungkin banyak orang tua yang komplain dengan fasilitas yang sangat sederhana itu.

Namun meskipun sangat sederhana, pesantren ini telah melahirkan banyak ulama, antara lain KH. Idrus Ramli dan KH. Syukron Makmun itu sendiri. Di samping itu pesantren ini pun merajai mini market dengan merk BASMALAH di wliayah Jawa Timur dan Madura. Di Madura sendiri kami nyaris tidak melihat mini market lain, selain mini market “Basmalah” milik pesantren Sidogiri ini.

Metode berdakwah dengan kunjungan ke lokasi sejarah adalah efektif untuk memberikan pengaruh kepada mad’u (objek dakwah). Tidak heran jika para jamaah haji atau umroh yang berkunjung ke tempat-tempat bersejarah di dua kota suci Makkah dan Madinah mendapat hidayah sepulangnya dari Tanah Suci.

Dakwah Dengan Sanad

Tidak dapat dipungkiri, bahwa saat Syaikhuna KH. Syukron Makmun membawa kami para rombongan berziarah ke makam para pendiri pesantren Sidogiri, itu berarti telah menyambungkan kami (para rombongan) dengan mata rantai (sanad) para guru beliau. Terutama guru-guru yang pernah mengajar beliau di Pesantren Sidogiri ini. Sehingga sanad pendidikan yang diterima oleh para santri dari Syaikhuna semakin jelas dan matang.

Selain itu, beliau juga secara langsung memberikan ijazah Hizb Nashor kepada seluruh pesera Ziarah dan Napak Tilas saat itu, sesuatu yang jarang beliau lakukan di pengajian atau ceramah umum.

Beliau pun bercerita, bahwa beliau telah mendapat ijazah dari Syeikh Sayyid Muhammad Alwi Al-Maliki, ulama ahlussunnah wal jamaah yang tinggal di kota suci Makkah. Bahkan beliau dipakaikan sorban langsung oleh Sayyid Muhammad saat berada di Makkah dan telah diijazahkan semua buku-buku dan wirid karya beliau

 Penutup

Demikianlah catatan dakwah Napak Tilas Syaikhuna KH. Syukron Makmun yang dapat saya ulas. Semoga tulisan ini bermanfaat dan semoga kami para santri dan jamaah beliau selalu diberikan limpahan keberkahan dari doa-doa para guru kami. Semoga juga beliau dan para guru kami selalu dilimpahkan keberkahan dan kebahagian, baik di dunia maupun di akhirat.

 Rumpin-Bogor, 16 Nopember 2021

Senin, 11 Oktober 2021

Salamku Pada Nabi saw Mengantarkanku Ke Madinah

Setahun setelah lulus pendidikan di pesantren aku diminta untuk mengabdi mengajar di sana. Di tengah masa pengabdian, salah seorang syeikh (dosen) dari Universitas Islam Madinah datang berkunjung ke pesantren. Kesempatan itu langsung dimanfaatkan oleh pimpinan pesantrenku untuk muqobalah (interview) para  alumni yang mungkin dapat diajukan sebagai penerima beasiswa kuliah di Universitas Islam Madinah. Saat itu ada beberapa alumni yang diajukan muqobalah, termasuk diriku.. 

Setelah beberapa bulan, pengumuman hasil muqobalah pun disampaikan. Dari sekitar 6 (enam) alumni yang dimuqobalah, hanya dua orang yang diterima. Yaitu putra sang Kyai dan satu lagi teman seangkatan denganku. Aku dan temanku lainnya yang dimuqobalah belum mendapat nasib baik saat itu.

Waktu pun berlalu. Namun aku disupport dan disugesti oleh temanku yang diterima kuliah di Madinah itu, bahwa aku sebenarnya lebih pantas menerima kesempatan itu. Akhirnya aku kirim pengajuan (apply) dengan mengirim beberapa berkas ke tiga universitas di Arab Saudi, yaitu Universitas Islam Madinah, Universitas Ummul Quro Mkkah, dan Universitas Imam Ibnu Saud Riyadh. Namun setelah sekian lama, tidak ada jawaban.

Sejak temanku berangkat kuliah ke Madinah, kami sering saling berkirim kabar melalui surat pos. Maklum, saat itu belum belum ada teknologi seluler seperti saat ini. Surat yang dikirim melalui pos baru diterima setelah sepuluh hari. 

Suatu hari, di perpustakaan aku membaca buku "Mafahim Yajib An-Tusohah" karya Sayid Alwi al-Maliki, ulama Makkah yang sangat terkenal dan pernah mengajar di Masjidil Haram. Dalam buku itu terdapat keterangan bahwa, "Menulis sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw, maka tulisan itu akan terus bersholawat dan bersalam kepada beliau selama tulisan itu masih ada." Penjelasan ini lalu menginspirasiku untuk membubuhi kalimat salam untuk Rasulullah saw pada amplop surat yang biasa akan aku kirim ke temanku yang sedang kuliah di Madinah.

Aku pun mulai menulis surat. Setelah aku tulis amplop surat itu dengan nama dan alamat temanku yang sedang kuliah di Madinah, lalu aku tambahi tulisan "Assalamu'alaika ya Rasulullah, Assalamualaika Ya Nabiyullah" di pojok kanan atas amplop surat itu. Dengan rasa husnuzzhon dan tafaul (optimis), saat surat ini masuk ke daerah kota Madinah, bahkan sejak ditulis di tanah air pun, pasti nabi saw akan menjawab salam dalam surat itu. 

Waktu berjalan, aku pun masih tetap mengajar di pesantren, hingga pimpinan pesantrenku membawa berita gembira, yaitu terbukanya kesempatan kuliah di Pakistan setelah beliau pulang dari lawatannya di Pakistan dalam sebuah acara pertemuan ulama internasional di sana. Aku pun mengambil kesempatan itu. Dan kuliah di Pakistan, karena penantian selama 4 tahun dari Universitas Arab Saudi belum mendapatkan hasil.

Ternyata, kuliah di Pakistan tidak berbeasiswa full, hingga menjelang akhir semester pertama, aku kehabisan bekal untuk kebutuhan hidup. Di saat kebingungan itu, aku hanya pasrah dan berdo'a, "Ya Allah, aku masih ingin menuntut ilmu. Ada pun bagaimana caranya, aku serahkan padaMu."

Tepat setelah ujian semester, aku membaca pengumuman di papan pengumuman Dekan tempatku kuliah. Ada namaku disebut untuk mengambil kiriman fax di kantor Dekan. Ternyata fax itu adalah surat panggilan kuliah di Universitas Ummul Quro Makkah. Padahal sudah tidak terpikirkan lagi olehku akan diterima di universitas di Arab Saudi.

Aku pun langsung mengurus keberangkatan. Mulai dari mengambil visa hingga tiket. Akhirnya untuk pertamakalinya aku menginjakkan kaki pertamaku di Tanah Suci Makkah pada 1 Syawwal, tepat pada hari Raya Idul Fitri siang. Setelah tinggal di asrama kampus selama sepekan, aku pun menghubungi kawanku yang masih kuliah di Madinah, Saat itu mereka sudah semester-semester akhir. Sampai di Madinah aku diajak menunaikan sholat di Masjid Nabawi. Dan saat menunggu waktu sholat, ada duduk tepat di Raudhoh yang tepat di samping rumah dan kuburan Nabi saw. Saat-saat seperti itulah jiwa ini merinding dan bergetar bercampur rasa syukur, perasaanku serasa sedang dielus-elus Nabi saw dari arah rumahnya, dan aku merasa beliau menjawab salamku yang pernuh ku tulis di amplop surat dulu dengan beliau mengundangnya mengunjungi berziarah ke makam beliau
di Madinah.

"Sholaatan wa salaaman alaika yaa Rasulullah wa rohmatullahi wa barokatuh."



Selasa, 24 Agustus 2021

TIGA KEAJAIBAN MINA

Kawasan Mina
Saat masih jadi mahasiswa di Universitas Ummul Quro Makkah, 23 tahun lalu, saya pernah mendapat tugas dari dosen hadist saya berkebangsaan Iraq, namanya Syeikh Dr. Muwaffaq. Tugas itu berupa menulis kembali beberapa al-makhtutot (manuskrip) yang belum diterbitkan untuk ditulis ulang. Beliau menilai tulisan arab saya bagus, padahal sekarang terlihat jelek.

Saya lupa judul manuskrip apa saja yang pernah saya tulis tersebut. Salah satunya adalah manuskrip tentang haji.

Pada bagian tentang Mina, kitab itu mencatat ada beberapa keajaiban tentang Mina. Saat itu saya gak ngeh tentang keajaiban Mina yang ditulis dlm manuskrip itu. Tapi setelah mengalami ibadah haji berkali-kali, barulah saya ngeh dan ingat kembali sat-saat saya menyalin tentang Keajaiban Mina yang disebut dalam manuskrip tadi. Antara lain:

1. MINA BAGAI RAHIM IBU. Ya.. Mina itu terlihat kecil dan sempit, namun saat terisi jamaah yang jumlahnya jutaan, ia tetap cukup. 15 tahun lalu saya lihat Mina padat. Orang tidur dimana-mana. Namun justru semakin tambah jamaah (baik jamaah koata dan non koata) nampak lebih lengang. Lalu lintas manusia pun rapi. Ibadah pun tidak grasa-grusu. Seorang ibu jamaah haji berkata pada saya, "Pak ustadz, saya kira di Mina dan jumroh itu mengerikan, tapi kok santai? ya Kalo begini saya mau haji berkali-kali. Dulu saya takut... Soalnya -katanya disini mencekam."

2. DI MINA TIDAK ADA LALAT DAN NYAMUK. Sepanjang saya berhaji, di Mina saya tidak menemukan nyamuk dan lalat. Apalagi tidak bisa tidur karena diganggu nyamuk, gak ada ceritanya itu. Malah jamaah haji tidur di jalan-jalan dan luar tenda lebih tidur nyenyak. Padahal tumpukan dan bau sampah di mana-mana. Di kamar mandi umum saja sumpeknya bukan main. Belum lagi di tempat-tempat sampah, bau sampah kadang menyengat saat melewati tumpukan sampah. Anehnya tidak ada seekor nyamuk dan lalat di Mina.

3. LONTARAN JUMROH YG DITERIMA AKAN MENGHILANG. Kalau diamati memang seperti itu. Kadang lemparan kita kena tiang jumroh, tapi tidak yakin jatuh ke lobang jumroh. Entah ke mana raibnya. Namun kitab itu menyebutkan bahwa lemparan jumroh yg diqobul (terima) itu memang menghilang. Hal ini diperkuat oleh cerita teman saya, bahwa dia memiliki teman yang bekerja sebagai petugas pembersih batu jumroh pasca haji. Dia bercerita bahwa saat membersihkan batu-batu krikil bekas lontaran jutaaan jamaah haji itu, ternyata batu lontaran yang tersisa hanya sedikit atau tidak sebanding dengan jumlah jamaah haji yang melontar.
Subahanallah (Maha Suci Allah). Itulah keajaiban kawasan Mina

Senin, 23 Agustus 2021

Aku dan Almarhum Bapak Lendo Novo

Di tengah mencari jati diri tentang konsep pesantren yang mulai saya dirikan saat itu, tahun 2010, saya dikenalkan kawan saya Badrul Ulum untuk coba studi banding ke School of Universe (Sekolah Alam).

Saya dan beberapa guru mencoba datang ke lokasi tersebut. Sayang, kami tak dapat bertemu langsung dengan Pak Lendo pimpinan Sekolah Alam. Karena beliau sedang rapat dengan para wali murid. Namun kami mendapat beberapa informasi tentang kekhasan sekolah tersebut dari para stafnya yang menerima kami.

Tak disangka, beberapa waktu kemudian, bersama kawan saya Badrul Ulum, ia datang mengunjungi pesantren kami yang saat itu masih sangat sederhana. Kelas pun masih berupa saung bambu. Santri pun masih dapat dihitung jari. Saat menerima beliau sebagai tamu pun, kami duduk di saung yang kolongnya masih berupa kolam lele. Jalan? Masih tanah merah yang becek atau berdebu.

Tak disangka orang sepenting beliau mau menyempatkan datang ke pesantren kami saat itu. Sebagai pesantren yang masih serba kekurangan fasilitas, tentu kami merasa malu sekaligus bangga kedatangan tamu yang note bone sibuk mengisi berbagai acara seminar di dunia pendidikan.

Dalam obrolan kami dengan beliau. ada beberapa point yang bisa kami petik dan sebagian kami terapkan di pesantren kami. Menurut beliau:

1. Perkuliahan di universitas internasional seperti Harvard sekalipun tidak akan pernah melahirkan seorang Intrepreneur dan Owner. Namun hanya mampu melahirkan director yang note bone sebagai worker (pekerja) bagi pemillik perusahaan. Kita ingin melahirkan para owner yang berjiwa entrepreur.

2. Satu cara untuk melahirkan para entrepreuneur (pengusaha) adalah dengan melatih siswa (santri) menjalankan usaha/bisnis nya sejak remaja.

3. Itulah sebabnya para pengusaha banyak lahir dari suku Minang dan Tionghoa. Kenapa? Karena sejak remaja bahkan masih belia, sudah terlatih berbisnis (dagang).

4. Sebenarnya jika kita melihat siroh Nabi saw, beliau pun sejak remaja sudah mandiri, yakni dengan usaha mengembala kambing dan ikut pelajaran praktek berbisnis dengan pamannya, bahkan hingga ke luar  negari (Syam). Tidak heran jika ia menjadi saudagar kaya saat meminang Khadijah ra. Terlihat dari mas kawin beliau yang mencampai hampir  0,5 miliar. 

5. Alumni sekolah kami -meskipun baru tamat SMA - sudah banyak yang berbisnis di otomotif, properti dan lain-lain.

6. Itu karena kami biasakan mereka untuk berbisnis di lingkungan sekolah dengan produk/komoditas unggulan mereka masing2.

Demikian pelajaran yang kami dapat saat ngobrol dengan beliau (almarhum)

Kini Pak Lendo Novo telah meninggalkan kita. Peninggalan amal sholehnya berupa konsep Sekolah Alam sudah banyak ditiru dan bermanfaat. 

Semoga Allah menerima Iman, islam dan amal sholeh beliau serta mengampuni segala khilafnya. Dan semoga beliau dikumpulkan bersama para syuhada dan sholihin.

غفر الله له ورحمه رحمة واسعة وادخله فسيح جنته..  امين.

Kamis, 22 Juli 2021

Aku dan Almarhum KH. Taufiq Hulaimi, MA.

Kamis dini hari 22-07-2021, usai qiyamullail menjelang subuh, aku buka hp dan wa yang masuk. Alangkah sedihnya saat membaca berita duka wafatnya teman dan sahabat-ku, KH. Taufiqul Azhar bin KH. Hulaimi Hatami yang wafat malam kamis 21 Juli 2021 jam 23.55 di RS. Yarsi Jakarta. Air mata saya pun terasa menetes, mengingat dan mengenang saat-saat berkawan dan bergaul dengan beliau walau hanya beberapa bulan intens.

Beliau adalah putra almarhum KH. Hulaimi Hatami, guru di Pondok Pesantren Daarul Rahman, Leuwiliang Bogor. Aku mengenal almarhum Taufiq Hulaimi saat beliau bergabung menjadi mahasiswa di Insitut Islam Darul Rahman (IID) dan termasuk angkatan pertama saat itu sekelas bersama-ku. Beliau sebelumnya adalah alumni Pesantren Daarus Salam Gontor Ponorogo. Orangnya humoris dan berjiwa pembelajar, kutu buku dan serius dalam menuntu ilmu.

Kami berpisah saat beliau mendapat panggilan kuliah di Universitas Al-Azhar sebelum genap setahun di IID. Sejak saat itu kami tidak tahu kabar beliau lagi. Tiga tahun kemudian saya yang mendapat panggilan kulian di Umm al-Quro Makkah setelah sebelumnya sempat kuliah di International Islamic University Islamabad (IIUI), Pakistan.

Pada saat aku kuliah di Makkah, aku kembali bertemu dengan beliau saat beliau menunaikan ibadah umroh di bulan Ramadhan bersama kawannya bernama Ahmad yang juga keluarga Abdurrahman an-Naidy pewakaf tanah Pesantren Daarul Rahman. Ahmad adalah kawan almarhum saat di Gontor dan bersama-sama kuliah di Mesir. Saat itu aku sedang melakukan kegiatan  i'tikaf di 10 terakhir bulan Ramadhan di Masjidil Rahman, dan bertemu di tempat i'tikaf di bagian lantai bawah tanah (Badrom) masjidil haram di pintu/Bab al-Fath. Tentu saja saat masjidil haram belum direnovasi seperti saat ini.

Setelah kami bertiga ngobrol sana-sini, mereka pun kembali ke hotel sederhana di sekitar masjidil haram. Esoknya Taufiq kembali menemuiku di tempat itikafku. Dia bercerita bahwa dia sedang beradu argumen (berdebat) dengan temannya itu. Yaitu masalah mana yang lebih utama, apakah orang yang berjihad di Palestina atau Raja Fahd yang telah berjasa membangun dua Masjidil Haram dan memakmurkankannya untuk kemaslahatan dan kenyamanan jutaan muslim beribadah?. Taufiq pegang pendapat jihad lebih utama, dan Ahmad pegang raja Saudi yang telah membangun masjidil haram. Dia minta pendapatku. Lalu aku cuma menyodorkan ayat al-Quran yang berbunyi:

أَجَعَلْتُمْ سِقَايَةَ الْحَاجِّ وَعِمَارَةَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ كَمَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَجَاهَدَ فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَوُونَ عِنْدَ اللَّهِ

Apakah (orang-orang) yang memberi minuman orang-orang yang mengerjakan haji dan mengurus Masjidilharam kamu samakan dengan orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta bejihad di jalan Allah? Mereka tidak sama di sisi Allah (QS. At-Taubah: 19)

Setelah mendapat dalil itu, ia merasa mendapat amunisi untuk mendebat temannya itu. Sejak peristiwa itu, aku tidak tahu, beliau sangat ta'zhim sekali kepadaku. Meskipun aku lebih menta'zhimi beliau. Sebab jangankan secara keturunan yang beliau anak seorang kyai. Dari segi pendidikan pun beliau jauh di atas aku. Karena beliau saat menyelesaikan pendidkan S1-nya di Al-Azhar Mesir, beliau langsung melanjutkan pendidikan S2 dan S3 nya di Univeritas Omm Durman, Sudan hingga menggondol gelar Doktor. 

Pertemuan ketiga kalinya -setelah lama tak berjumpa- adalah saat di Bandara Sokerna-Hatta Jakarta. Saat itu beliau sudah sepekan tiba di Indoseia, Namun akan menjemput kawannya yang datang menyusul dan membawa ijazah S3 yang belum sempat dibawanya. Kebetulan saat itu aku sebagai Ketua STAI Asy-Syukriyah yang membutuhkan ijazah doktor untuk pengajuan izin pembukaan prodi baru Sekolah Tinggi-ku. Akhirnya kami janjian di Airport dan di sana almarhum langsung menyerahkan ijazah yang dibawa kawannya untuk keperluan pembukaan prodi baru di Sekolah Tinggi yang aku pimpin. Luar biasa, begitu ikhlas dan percaya nya beliau kepada kami.

Akhirnya, aku mendengar kabar beliau menjadi mudir (ketua) Ma'had An-Nuamy Jakarta, semacam Lembaga Ilmu Pengetahuan Islam dan bahasa Arab (LIPIA).  Ma'had An-Nuamy menggunakan sistem semi pesantren. Disediakan asrama bagi mahasiswa. Bahasa pengantar pembelajarannya pun menggunakan bahasa Arab.

Suatu saat beliau menelpon ku, dan menceritakan akan membuka prodi ekonomi Islam di lembaganya. Karena beliau tahu bahwa aku lulusan prodi Ekonomi Islam baik saat di Umm al-Quro Makkah hingga UIN Syarif Hidayatullah, maka dia minta ijazah ku untuk mengurus pembukaan prodi tersebut. Ingat akan kebaikan beliau padaku, aku langsung datang ke lembaganya dan menyerahkan copy ijazahku.

Beliau adalah salah satu ulama yang membela dan mempertahankan aqidah dan amalan Ahlus Sunnah wal Jamaah. Meskipun keberadaan beliau di PKS sering disikapi kecurigaan teman-teman yang menganggapnya sebagai wahabi. Beliau sempat curhat padaku seperti itu. Aku hanya menanggapi, ah itu biasa, yang penting kita harus yakin dan teguh serta lurus dalam memperjuangkan Islam Ahlus Sunnah wal Jamaah dan tetap menghormati guru-guru seta selalu berpihak kepada umat. Karena saat berpihak kepada umat, maka sebenarnya kita sedang membela hak-hak umat mayoritas yang beraliran Ahlus Sunnah wal Jamaah. Insya Allah waktu yang akan menjawabnya.

Tulisan-tulisan dan ceramah-ceramah beliau di medsos menunjukkan keberpihakan dan pembelaannya kepada ahlus sunnah wal jamaah.  Meski pun mendapat hujatan dari golongan Salafi Wahabi. Aku termasuk yang menshare beberapa tulisan dan ceramah youtube beliau.Beliau terakhir menjadi pengurus DSP Dewan Syariah Pusat PKS.  yang bertugas mengawasi kebijakan partai agar tak keluar dari koridor syariah Islam.

Beliau juga sedang mendirikan pesantrennya yang belum rampung semuanya.

Kini beliau dipanggil Allah swt yang Maha Pengasih dan Penyayang . Semoga Allah swt mengampuni kesalahannya, dan menerima iman-islamnya serta amal sholeh dan kebaikannya. Selamat jalan kawan, semoga bertemu dengan para syuhada dan orang-orang sholeh di taman surga Allah swt. Aamiin.

Rabu, 21 Juli 2021

Menanamkan jiwa pengorbanan Keluarga Nabi Ibrahim Pada Santri

Semalam, saya ajak santri untuk menyaksikan film kisah Nabi Ibrahim as, tepat di hari kedua hari raya Idul Adha atau Idul Qurban. Saya punya prinsip, "al-Farogh Mafadah" Kekosongan (tanpa kegiatan) adalah kerusakan. Maka dari pada malam libur dan tak ada kegiatan, sedangkan pelarajan pun belum dimulai, maka saya putar film tersebut. Saya terjun langsung memberi ulasan dalam setiap adegan film tersebut, karena kapasitas pengetahuan sejarah para santri berbeda-beda. Bahkan boleh jadi, sebagian orang dewasa pun tidak mengenal sebagian adegan itu.

Durasi kisah tentang raja Namrudz saya lewati. Selain karena panjang, juga tidak ada relevansinya dengan sejarah qurban yang ingin diketengahkan. Maklum, durasi utuhnya panjang sekitar 1 jam 49 menit. Kalau diputar semua, santri bisa-bisa tidur jam setengah sebelas malam. Saya putar mulai di menit ke 50. Langsung dari raja Namrudz yang sedang menunjukkan kehebatannya bisa menghidupkan dan mematikan laksana Tuhan di depan nabi Ibarhim, dengan cara membebaskan seorang yang di penjara dan membunuh yang lainnya. Lalu dengan congkaknya Namrudz berkata, "Ibrahim, lihatlah aku pun mampu menghidupkan dan mematikan manusia". Ibrahim cuma menjawab, "Tuhanku mendatangkan matahari dari Timur". Coba kau datangkan dari barat. Namrudz cuma bisa marah, lalu mengusir Ibrahim dari negeri Babilonia, negeri yang dipimpinnya. Ibrohim migrasi ke Yuressalem.

Raja zhalim itu pun mati hanya oleh seekor nyamuk kecil 

Kisah yang lebih tepat untuk pelajaran bagi para santri, bahkan untuk wali santri bukan di situ, tapi kisah diperintahnya nabi Ibrahim untuk meletakkan istri dan puteranya ke sebuah lembah gersang dan tak ada pepohonan. Siti Hajar sempat bingung akan ditinggal berdua saja di sana. Tapi kemudian ia yakin akan dijamin hidupnya karena sedang melaksanakan perintah dari Allah. Ibrahim as pun bukan tidak yakin, tapi sebagai manusia ia merasa kasihan pada putera yang dikasihinya di tempat yang sepi, gersang, tak ada sumber air, apalagi pepohonan. Nah di titik inilah saya memberi ulasan. "Coba kalian pikirkan -ujar saya pada para santri- Nabi Ismail yang masih kecil ditinggal di tempat yang kondisinya seperti itu, bahkan kelaparan dan kehausan. Toh jika kita yakin kepada Allah swt, Allah tidak akan menyia-nyiakan." Allah kasih air zamzam, yang pada waktu berikutnya, Suku Jurhum yang melewati daerah situ pun ikut menetap, hingga Ibrohim as saat mengunjungi anak-istreinya setelah puluhan tahun ditinggal di Makkah terlihat ramai penduduknya

"Sedangkan kalian diletakkan orang tua kalian di sebuah pesantren, yang masih tersedia makanan dan minuman, tempat istirahat yang layak, bahkan bertemu banyak teman, apakah masih merasa tidak nyaman?"  Percayalah kalian harus bersabar sebagaimana bersabarnya Ismail dan Siti Hajar saat "dipesantrenkan" di tempat yang sepi, gersang, panas, dan tak ada seorang pun di sana.

Bagi orang tua wali santri, kisah ini pun hendaknya menjadi pelajaran, bahwa saat kita ikhlas menjalani hidup untuk meraih ridho Allah, Allah akan menjamin rezekinya. Bahkan rezeki yang Allah berikan kepada Ismail as dan Siti Hajar berupa air zamzam kini melimpah dan dapat dinikmati oleh umat Islam dari seluruh dunia sepanjang zaman. 

Terus terang, saat saya mulai membangun pesantren di tempat terpecil ini pun, termotivasi oleh kisah ini. Jadi, kisah-kisah dari al-Quran itu sebenarnya bukan kisah dongeng. Tapi kisah nyata dan harus memberi motivasi dalam hidup kita.

Secara ilmu ekonomi, sebenarnya saya tidak menerapkan teori pemasaran dalam ilmu ekonomi. Dalam teori pemasaran, yang harus diperhatikan dalam membuka "usaha" adalah 4P (Place, Promotion Price dan Product). P pertama jelas tidak memenuhi syarat. Jangankan lokasi strategis, untuk mencapai tempat ini saja jalannya rusak dan jelek serta di jalan yang buntu. Wajar jika saat tahun pertama pembukaan pesantren hanya ada 13 santri saat itu. 

Orang tua harus yakin, bahwa  memondokkan anak, sebenarnya sedang mengirim mujahid/pejuang. Dan seorang mujahid/pejuang di jalan Allah, maka Allah lah yang akan menjamin rezekinya. Sikap iman yang dalam ini yang harus terpatri dalam jiwa setiap mukmin.

Akhirnya kisah nabi Ibrahim pun ditutup dengan ujian harus menyembelih puteranya bernama Ismail as itu. Ini pun terasa begitu berat bagi orang tua. Apalagi anaknya sholeh, patuh, taat dan bagus rupawan. Ayah mana yang tega akan menyembelih darah dagingnya sendiri? Apalagi diiming-iming Iblis bahwa  Ibrahim sebaiknya meninggalkan Tuhannya, dan coba menjadikan Iblis sebagai Tuhan barunya, niscaya Ibrahim tidak akan dipermalukan ketokohannya hanya karena mengiluti perintah Tuhannya untuk membunuh anaknya.

Namun semua godaan dan iming-iming itu dienyahkannya demi melaksanakan perintah Allah swt. Dari situlah Allah swt menjadikannya sebagai pemimpin bagi umat manusia. Karena pemimpin sesungguhnya adalah pemimpin yang telah melewati berbagai ujian dengan baik. Bukan pemimpin yang dihiasi dan dipoles dengan pencitraan yang semu. 

Allah swt berfirman:

وَإِذْ ابْتَلَى إِبْرَاهِيمَ رَبُّهُ بِكَلِمَاتٍ فَأَتَمَّهُنَّ قَالَ إِنِّي جَاعِلُكَ لِلنَّاسِ إِمَامًا

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan), lalu Ibrahim menunaikannya. Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menjadikanmu imam bagi seluruh manusia". (QS. Al-BAqarah: 123) 


Kamis, 15 Juli 2021

KHUTBAH IDUL ADHA

 

Oleh: Muhammad Jamhuri


 اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرْ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً، لَاإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الْأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَإِلهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ وَللهِ اْلحَمْدُ.

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.اَللَّهُمَّ  صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

أمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ اللهِ, اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. قال الله تعالى فى كتابه الكريم, وهو أصْدَقُ القَائِلِيْنَ, أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بسم الله الرحمن الرحيم: (إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ.  فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ . إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ )

 

 

ALLAHU AKBAR...ALLAHU AKBAR....ALLAHU AKBAR...WA LILLAHIL HAMD

KAUM MUSLIMIN WAL MUSLIMAT ROHIMAKUMULLAH.....

Puji syukur marilah kita panjatkan kepada Allah swt atas segala nikmat yang telah Allah karuniakan kepada kita. Dan Salah satu cara bersyukur adalah dengan meningkatkan kualitas iman dan takwa kita kepada Allah swt. Oleh karena itu, khatib yang dhoif mengajak kepada diri sendiri dan jamaah sekalian, marilah kita berusaha meningkat kualitas iman dan taqwa kita. Yaitu istiqomah menjalankan perintah Allah dan menjauhi segala laranganNya.

 

ALLAHU AKBAR...ALLAHU AKBAR....ALLAHU AKBAR...WA LILLAHIL HAMD

JAMAAH SHALAT IDUL ADHA ..RAHIMAKUMULLAH..

Kita bersyukur kepada Allah swt karena kita diberikan syari’at dan ajaran yang saling keterpautan dengan ajaran Rasul-rasul sebelumnya. Tidak ada agama satu pun di dunia ini yang begitu lengkap dan saling keterpautan dengan risalah nabi-nabi sebelumnya selain ajaran Islam.

Sebagai contoh: syariat ibadah qurban adalah syariat yang telah diperintahkan oleh Allah swt atas putra-putra manusia pertama, yaitu Qabil dan Habil, keduanya adalah putera-putera manusia pertama, Nabi Adam as. Kemudian ibadah qurban ini dilanjutkan puncaknya pada peristiwa pengorbanan Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail alaihimas salam, kemudian saat Nabi Muhammad saw diutus ke dunia ini, beliau pun memerintahkan dan menganjurkan umatnya untuk melaksakan ibadah qurban di bulan haji atau di bulan Dzulhijjah ini. Firman Allah swt:

إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ.  فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ . إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الْأَبْتَرُ

Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (QS. Al- Kautsar: 1-3)

Contoh lain: bangunan Ka’bah pertama kali dibangun oleh manusia pertama bernama Adam as dan digunakan sebagai tempat ibadah dan thowaf, kemudian setelah tertutup oleh banjir sekian kurun waktu lamanya, Allah swt memerintahkan nabi Ibrahim dan Ismail as di zamannya untuk membangun kembali pondasi bangunan Ka’bah, kemudian digunakan sebagai tempat pelaksanaan ibadah haji. Lalu saat Rasulullah saw diutus, Allah swt memerintahkan beliau dan umatnya untuk melaksanakan ibadah haji ke Makkah yang disana terdapat bangunan Ka’bah. Dan hingga kini, umat Islam selalau berkunjung ke bangunan pertama itu untuk melaksanakan ibadah haji.

Dua syari’at ajaran ini saja, yaitu ibadah qurban dan ibadah haji yang menjadi peninggalan nabi sebelumnya, masih dilestarikan dan ditaati oleh kaum muslimin. Adakah agama lain mengajarkan berkurban dan berhaji seperti agama Islam? Jawabannya TIDAK ADA.

Sekali lagi, ini merupakan nikmat yang besar, yang berarti mata rantai ajaran agama kita adalah ajaran yang otentik, dan berkesinambungan dari nabi-nabi sebelumnya. Oleh sebab itu, kita sangat menghormati semua nabi dan Rasul. Kita tidak boleh menghina mereka, apalagi menyepelekan mereka. Semua Nabi wajib kita hormati dan muliakan. Bahkan hal itu bagian dari keimanan kita. Siapa saja yang mengingkari dan menghina nabi-nabi yang diutus oleh Allah, maka dia belum beriman, karena telah merusak salah satu rukun imannya, yaitu percaya kepada Rasul-rasul Allah. Kita tidak boleh menghina nabi Daud (David), Kita tidak boleh menghina nabi Musa (Moses), kita tidak boleh menghina nabi Isa (Yesus), apalagi menghina nabi Muhammad saw.

Jadi, kita lah umat Islam yang paling siap hidup bertoleransi dan saling menghormati, dan itu bagian dari keimanan kita. Namun kita bertanya, apakah umat lain menghormati Nabi kita nabi Muhammad saw? Adakah umat lain mengaku adanya nabi Muhammad pembawa risalah? Atau kah mereka selalu menghina nabi kita Muhammad saw? Banyak pemberitaan tentang penghinaan mereka kepada nabi Muhammad saw, baik melalui kartun karikatur, guyonan atau stand up commedy atau cara keji lainnya. Ini menunjukkan mereka tidak siap hidup bertoleransi dan hidup saling menghormati.

 

ALLAHU AKBAR...ALLAHU AKBAR WA LILLAHIL HAMD

JAMAAH SHALAT IDUL ADHA ..RAHIMAKUMULLAH..

Di dalam al-Quran, terdapat kata  “uswatun hasanah” (teladan yang baik) yang hanya disebut dua kali, dan kata tersebut hanya disematkan atau disandarkan kepada dua sosok Nabi. Kata “uswatun hasanah” yang pertama disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, dan kata”uswatun hasanah” yang kedua disematkan dan disandarkan kepada Nabi Ibrahim as .

Kata “uswatun hasanah” yang pertama disebutkan dalam al-Quran surat Al-Ahzab ayat:21

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الْآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah (Muhammad) itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” (QS. Al-Ahzab: 21)

 

Kata “uswatun hasanah” yang kedua disebutkan dalam al-Quran surat Al-Mumtahanah ayat:4

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia(QS.Al-Mumtahanah: 4)

 

Kedua ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa :

1.      Meskipun jarak masa antara masa nabi Ibrahim as dan masa Nabi Muhammad saw begitu jauh, namun kedua nabi ini mempunyai hubungan yang sangat dekat. Hal ini dikuatkan lagi dengan “sholawat Ibrohimiyah” yang kita baca pada setiap tahiyat akhir dalam sholat kita yang berisi doa kepada kedua nabi tersebut.

2.      Kedekatan kedua nabi tersebut juga dikuatkan dengan zikir pagi dan petang yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw, yang berbunyi:

اصْبَحْنا عَلَى فِطْرَةِ الإسْلاَمِ، وَعَلَى كَلِمَةِ الإِخْلاَصِ، وَعَلَى دِينِ نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَعَلَى مِلَّةِ أَبِينَا إبْرَاهِيمَ حَنِيفاً مُسْلِماً وَمَا كَانَ مِنَ المُشْرِكِينَ      

 

3.      Meskipuan semua nabi yang diutus Allah menjadi inspirasi teladan yang baik bagi kita, namun Allah hanya menyandarkan kata “uswatun hasanah” kepada kedua nabi tersebut, ini menunjukkan bahwa kedua nabi itu lebih sangat layak kita jadikan sebagai inspirasi teladan yang baik buat kita. Salah satu teladan yang baik yang pernah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim dan orang yang bersamanya (keluarganya) adalah kisah tentang peristiwa pengorbanan putra Ibrahim as, yang kemudian “sunnah” nya kita lanjutkan di hari raya Idul Adha ini.

 

 

ALLAHU AKBAR...ALLAHU AKBAR WA LILLAHIL HAMD

KAUM MUSLIMIN WAL MUSLIMAT RAHIMAKUMULLAH......

Kisah peristiwa pengorbanan yang terjadi pada nabi Ibrahim dan Ismail adalah peristiwa ujian yang sangat dramatis penuh ketegangan bagi jiwa manusia. Betapa tidak?

Ibrahim yang sudah berkeluarga sekian lama dengan Siti Sarah belum juga mempunyai anak sebagai belahan hati dan jiwa. Hingga akhirnya sang isteri merelakan suaminya untuk menikahi pembantunya bernama Siti Hajar.

Harapan Ibrahim as pun terkabul. Setelah menikahi Siti Hajar, beliau dianugerahi seorang putra yang rupawan, lucu dan indah dipandang. Di tengah-tengah cinta mendalam yang dicurahkan kepada anaknya yang belum berusia satu bulan itu, beliau mendapat ujian dari Allah swt untuk memboyong dan meletakkan putera dan isterinya bernama Siti Hajar di sebuah tempat yang gersang dan sepi. Ayah mana yang tega meletakkan anaknya yang masih kecil diletakkan di sebuah lembah yang gersang dan tak berpohon? Ayah mana yang belum lama diangurahi putra yang dinanti-nantikan kemudian harus di letakkan di negeri yang asing? Namun, karena keimanan yang kuat pada Ibrahim as, beliau akhirnya melaksanakan perintah Tuhannya untuk meletakkan keluarganya di negeri sepi dan gersang tersebut. Beliau berdoa –sebagaimana diceritakan dalam al-Quran:

رَبَّنَا إِنِّي أَسْكَنتُ مِنْ ذُرِّيَّتِي بِوَادٍ غَيْرِ ذِي زَرْعٍ عِنْدَ بَيْتِكَ الْمُحَرَّمِ رَبَّنَا لِيُقِيمُوا الصَّلَاةَ فَاجْعَلْ أَفْئِدَةً مِنْ النَّاسِ تَهْوِي إِلَيْهِمْ وَارْزُقْهُمْ مِنْ الثَّمَرَاتِ لَعَلَّهُمْ يَشْكُرُونَ

 

“Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebahagian keturunanku di lembah yang tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezkilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur” (QS. Ibrahim: 37)

 

Setelah ujian pertama lulus, ternyata ujian berikutnya segera datang. Pada saat Ismail as menginjak usia dewasa, nabi Ibrahim as diperintahkan oleh Allah swt untuk menyembelih puteranya. Sekali lagi, ini adalah ujian yang berat bagi jiwa seorang ayah atau jiwa orang tua yang sangat mencintai puteranya. Betapa tidak? Ismail adalah seorang anak yang rupawan, ganteng, enak dipandang, sholeh, taat menjalankan agama, patuh kepada kedua orang tua serta rajin melakukan kebajikan. Ayah mana dan orang tua mana yang rela “membunuh” atau “membuang” anak seperti itu?. Jangankan membuang atau membunuh anak yang sholeh, orang tua yang memiliki anak nakal yang tersangkut kriminal atau narkoba pun kadang masih sayang kepada anaknya. Dia masih mengunjungi anaknya yang sedang di penjara dengan membawa makanan yang enak-enak dan pakaian yang bagus dan baik.

Namun Allah tetap akan menguji Ibrahim as dan keluarganya, apakah dia dan keluarganya lebih mencintai keluarga dan dirinya atau lebih mencintai Allah swt? Allah menceritakan dalam al-Quran:

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَابُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَاأَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنْ الصَّابِرِينَ

“Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: "Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" Ia menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar." (QS. Ash-Shoffat: 102)

Saat akan dilaksanakan pengorbanan, Iblis tidak akan pernah diam untuk menggoda manusia agar manusia tidak melaksanakan perintah Allah swt. Maka ia pun mendatangi Ibrahim as seraya berkata, “Wahai Ibrahim !, mengapa engkau mau saja diperintah Allah untuk menyembelih puteramu? Bukankah dahulu engkau merindukan kelahirannya? Bukan kah Ismail itu anak baik? Mengapa setelah dia tumbuh dewasa engkau akan membunuh dan menyembelihnya?. Cobalah bernegoisasi kepada Tuhanmu, atau engkau tidak hiraukan perintah Tuhanmu, Atau..apakah engkau sudah tidak mencinta putramu lagi? !”

Dengan keimanan yang kuat, Ibrahim as melempar Iblis dengan batu seraya berkata, “Wahai Iblis, ketahuilah, bahwa Yang memberi aku keturunan adalah Tuhanku dan sekarang Tuhanku memintanya kembali, bagaimana aku tidak akan memenuhi permintaannya? Aku memang mencintai puteraku, tapi aku rela mengorbankan apa yang aku cintai demi Allah yang lebih aku cintai.”

Setelah Iblis gagal menggoda Ibrahim as, dia mendatangi Siti Hajar, seraya berkata, “Wahai Siti Hajar, mengapa engkau membiarkan suami menyembelih putera mu? Bukankah engkau susah payah saat perutmu hamil membawa Ismail? Bukankah engkau yang telah menyusui, mengurus dan mengasuhnya dulu? Bahkan engkau dan putramu sempat dibiarkan di tempat asing dan sepi? Kenapa engkau tidak mencegah saja rencana suamimu untuk menyembelih puteramu yang kau sayangi itu?”

Siti Hajar –dengan keimanan yang kuat – menolak ajakan Iblis, dia melempar iblis itu dengan batu krikil seraya berkata, “Wahai Iblis, jangankan puteraku yang akan menjadi korban. Kalau ini adalah perintah Allah Tuhanku, aku sendiri pun siap menjadi korban.”

Setelah Iblis gagal merayu ibrahim dan Siti Hajar, kini dia mendatangi putera mereka bernama Ismail as. Iblis menggodanya agar menolak rencana ayahnya,  Seraya berkata, “Wahai Ismail, engkau adalah anak pandai dan berbakat, engkau juga adalah pemuda yang mempunyai masa depan, mengapa engkau mau menerima ajakan ayahmu? Lebih baik engkau pergi menjauh dari daerah ini..”

Lagi-lagi dengan keimanan yang kuat, Ismail menolak ajakan Iblis sambil melontarinya dengan batu krikil, seraya berkata, “Pergilah engkau iblis, aku dahulu hadir ke dunia karena karunia dari Allah, Dialah yang menciptakanku. Dan kini aku diminta kembali kehadapanNya. Aku tidak akan menolak perintah ayahku dan Tuhanku...”

Proses pelontaran batu ini kemudian menjadi prosesi ibadah perlontaran jumroh oleh jamaah haji di Mina sebagai napak tilas sejarah langsung di TKP (Tempat Kejadian Perkara)

 

ALLAHU AKBAR...ALLAHU AKBAR WA LILLAHIL HAMD

KAUM MUSLIMIN WAL MUSLIMAT RAHIMAKUMULLAH......

Demikianlah, betapa kuat keimanan dan kesabaran yang dimiliki oleh nabi Ibrahim as dan orang-orang bersamanya. Keluarga nabi Ibrahim as adalah potret keluarga yang sabar menghadapi segala cobaan dan ujian dari Tuhannya. Oleh sebab itu keluarga ini patut menjadi tauladan bagi kita semua. Sebagaimana firman Allah swt:

قَدْ كَانَتْ لَكُمْ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ فِي إِبْرَاهِيمَ وَالَّذِينَ مَعَهُ

Sesungguhnya telah ada suri tauladan yang baik bagimu pada Ibrahim dan orang-orang yang bersama dengan dia(QS.Al-Mumtahanah: 4)

 

Dari kisah ketabahan dan keteguhan nabi Ibrahim as dan keluarganya ini, kita dapat mengambil beberapa pelajaran:

1.      Sesungguhnya, Iblis tidak mempunyai obesesi dan cita-cita apapun kecuali dalam pikirannya adalah berusaha semaksimal mungkin dan sekuat tenaga dan pikirannya, mengajak manusia sebanyak-banyaknya menjadi temannya di neraka nanti. Iblis tidak bercita-cita ingin jadi menteri atau presiden, jadi insinyur atau dokter. Cita-cita Iblis adalah manusia mengikuti langkahnya dan terjerumus dalam kenistaan dan kerugian.

2.      Karena isi otak Iblis dan kerjanya hanya ingin mencelakakan manusia, maka hendaknya kita harus proklamasikan dalam diri kita, bahwa syetan atau Iblis adalah musuh nyata dan utama kita. Oleh sebab itu, sedikitpun kita tidak boleh berkompromi dengan rayuan dan ajakan iblis. Kita harus lawan dia karena dia adalah musuh yang nyata. Oleh sebab itu, para jamaah haji di Mina melakukan ritual melontar jumroh sebagai simbol permusuhan abadi dengan syetan.

3.      Salah satu sifat Iblis, adalah tidak akan pernah menyerah mencari celah untuk menggagalkan manusia melaksanakan perintah Allah. Terutama di tengah-tengah keluarga. Banyak ayah sukses, tapi ibu gagal. Banyak orang tua sukses tetapi anak gagal. Karena itu, jika gagal menggoda ayah, Iblis akan berusaha masuk menggoda isteri, anak, paman, dan anggota keluarga lainnya.

4.      Kita harus menanamkan nilai-nilai keimanan yang kuat kepada keluarga kita. Jika keluarga sudah dibentengi dengan” tarbiyah islamiyah”, maka Syetan tidak akan dapat mencari celah menggoda dari anggota keluarga. Oleh sebab itu, keluarga kita harus mempunyai visi dan misi yang sama dalam mengarungi hidup ini, meskipun berbeda karakter dan profesi di antara anggota keluarga, namun jika visi misi kita sama yaitu mencapai kebahagian di surga serta melaksanakan konsekwensinya, dan hidup ikhlas (berserah diri ) pada Allah, maka kita akan terhindar dari godaan syetan. Firman Allah swt:

قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ .إِلَّا عِبَادَكَ مِنْهُمْ الْمُخْلَصِينَ

Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan ma'siat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba Engkau yang mukhlis[ di antara mereka." (QS.Al-Hijr: 39-40)

 

Demikianlah khutbah ini kami sampaikan. Akhirnya kita berdoa, semoga Allah swt menerima segala amal kita, menerima ibadah qurban kita dan saudara-saudara kita, serta semoga keluarga kita diberikan kekuatan iman dan taqwa sehingga dapat tabah dalam menghadapi segala ujian dan cobaan seperti sabarnya keluarga Nabi Ibrahim as dan orang-orang yang bersamanya.

Semoga kita semua selalu  diberikan kesehatan, dan dijauhkan dari segala mara bahaya bencana dan wabah Corona. Semoga saudara-saudara yang dipanggil Allah mendapatkan pahala syahid atas kesabaran dan ketwakkalannya, dan ditempatkan di surga jannatun na’im. Amin Ya Robbal ‘Alamin..

 

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

 

KHUTBAH  KEDUA

 

 

اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ اَللهُ أَكْبَرُ. وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً, اَلْحَمْدُ لله حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ وَ كَفَرَ. وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ وَ حَبِيْبُهُ وَ خَلِيْلُهُ سَيِّدُ الْإِنْسِ وَ الْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَ سَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

أما بعد, فيا أيها الناس اتقوا الله ولازموا الصلاة على خير خلقه عليه الصلاة والسلام, فقد أمركم الله بذلك ارشادا وتعليما فقال:

انَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلَّونَ عَلَى الَّنِبْيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً، وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ

 

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ