Selasa, 08 Januari 2008

Tahun Baru Hijrah

Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang
(Qs. An-Nisaa; 100)

Beberapa hari lagi kita akan meninggalkan tahun 1428 Hijrah, dan akan memasuki tahun 1429 Hijrah. Berarti sudah 1428 tahun lalu peristiwa hijrah berlalu. Meskipun jarak waktu antara kita dengan peristiwa hijrah Nabi dan sahabat terpaut rentang waktu yang panjang, namun peristiwa hijrah memberikan inspirasi yang begitu mendalam dalam kehidupan seorang Muslim.
Mengapa perhitungan kalender Islam di mulai dari peristiwa hijrah Nabi saw? Mengapa tidak dimulai di hari kelahiran atau wafatnya beliau? Karena peristiwa hijrah memiliki banyak pelajaran bagi generasi sesudahnya seperti kita:
Pertama, peristiwa hijrah memberikan semangat optimis pada umat Islam. Bahwa di tengah badai intimidasi dan tekanan kaum Quraisy, pada akhirnya akan mendapat pendukung yang akan menopang dan membela dakwah Islam. Yaitu kaum Anshar yang menerima dakwah dan mempersilakan kaum muslimin tinggal di Madinah, tempat yang aman untuk melaksanakan ibadah dan menentukan nasibnya.
Kedua, Hijrah merupakan titik tolak memasuki pase baru, dari pase penanaman tauhid selama di Makkah kepada pase penataan hukum dan sosial di Madinah. Oleh karena itu ayat-ayat Makkiyah banyak membahas tentang keesaan Allah SWT, sedangkan ayat-ayat Madaniyah lebih banyak membahas tatanan kehidupan sosial kemasyarakatan. Ini menunjukkan bahwa jika prinsip akidah dan keyakinan sudah lurus, maka akan sangat mudah dalam menata kehidupan sosial.
Ketiga, Hijrah merupakan momentum konsoslidasi internal umat Islam antara Muhajirin yang berasal dari Makkah dan kaum Anshor yang berasal dari Madinah. Mereka dipersaudarakan dengan ikatan aqidah shahihah (benar). Karena itu momentum tahun 1429 H ini hendaknya dijadikan sebagai momentum merajut ukhuwah Islamiyah antar umat Islam. Sebab kekuatan utama umat Islam hanyalah dua; yakni kekutan iman dan kekuatan ukhuwah. Dalam sejarah perjuangan umat Islam, mereka tidak bisa dikalahkan oleh hanya karena kekurangan senjata dan jumlah pasukan, namun umat Islam dikalahkan lebih karena lemahnya ukhuwah di internal umat Islam.
Keempat, Hijrah adalah momentum untuk menjadikan masjid sebagai sentral kegiatan umat Islam, bukan hanya kegiatan keagamaan saja, namun juga kegiatan sosial lainnya. Bahkan mesjid pada saat itu dijadikan sebagai tempat bermusyawarah dan melatih pasukan kaum muslimin. Oleh karena itu, aktifitas pertama Rasululah saw setibanya di Madinah adalah membangun masjid. Mesjid pertama yang dibangun adalah mesjid Quba, yang dalam al-Qur’an disebut sebegai mesjid yang didirikan atas dasar semangat ketaqwaan (masjidun ussisa ‘alattaqwa).
Kelima, hijrah adalah momentum untuk mengasah kembali komitmen kita untuk hidup karena dan untuk Allah. Sebab saat sebelum hijrah, Rasulullah saw bersabda, “Sesungguhnya amal perbuatan itu tergantung pada niatnya. Maka barangsiapa yang hijrah karena Allah dan membela Rasul-Nya, maka ia mendapat pahala hijrahnya. Namun barangsiapa yang hijrah dikarenakan tujuan dunia yang akan didapatnya, atau karena ingin mendapatkan wanita yang akan dinikahinya, maka ia mendapat apa yang diniatkan (dan tidak mendapat pahala apa-apa)’ (HR; Bukhori Muslim).
Keenam, hijrah memberikan kepada kita semangat juang dan tidak terpokus pada seorang tokoh saja. Itulah sebabnya perhitungan kalendar Islam tidak dimulai dari hari kelahiran Nabi saw, namun dari peristiwa hijrah Nabi saw. Semangat perjuangan hijrah itulah yang diambil, sehingga memberikan pelajaran, bahwa umat Islam harus mengambil semangat juang dan tidak terpokus pada sosok individu tokoh dalam perjuangannya. Kerja kolektif (amal jama’i) adalah kekuatan untuk mencapai kemajuan.
Ketujuh, hijrah adalah momentum untuk meninggalkan kebiasaan dan amal buruk. Karena makna hijrah adalah meninggalkan. Jika makna aslinya adalah meninggalkan Makkah menuju Madinah, maka makna abstraknya adalah meninggalkan kebiasaan buruk menuju kebiasaan yang baik. Meninggalkan perbuatan yang dimurkai Allah , menuju perbuatan yang diridhoi Allah SWT. Meninggalkan kebodohan menuju ilmu pengetahuan. Meninggalkan kemusyrikan menuju pemurniaan aqidah. Meninggalkan keterbelakangan menuju kemajuan.
Kedelapan, hijrah adalah memontem perluasan dakwah Islam. Sebab sejak hijrah dan mendirikan negara Madinah itulah, Rasulullah saw mengirim surat kepada kabilah-kabilah Arab dan negara-negara tetangga, termasuk Romawi dan Persi, berisi ajakan agar mereka memeluk agama Islam. Berisi ajakan agar mereka meninggalkan agama jahiliyah dan trinitas. Ini juga mengisayaratkan, bahwa Islam bukan hanya untuk bangsa Arab saja, namun Islam untuk seluruh umat manusia. Allah SWT berfirman yang artinya, “Tidaklah Aku utus engkau (Muhammad) melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam” (QS: Al-Anbiya: 107).
Sudah saatnya kita merenungi semangat makna hijrah menjelang tahun baru hijrah 1429 H ini. Kemudian kita jadikan itu sebagai perbaikan diri kita, keluarga kita, masyarakat kita, dan bangsa kita. ##

Tidak ada komentar: