Kamis, 30 April 2020

Puasa dan Corona : Kita Mampu Berubah

Ajmal Belajar Agama Islam - Judul Perilaku Hidup Bersih #22 - YouTubeBulan Ramadhan ini memang sangat berbeda. Karena Ramadhan tahun ini diikuti dengan merebaknya virus Corona. Segala rasa bercampur baur saat-saat memasuki bulan suci ini. Namun setelah melewati satu bulan mewabahnya Corona dan sepekan berjalannya Ramadhan, kita dapat mengambil hikmah, bahwa sebenarnya kita mampu berubah. Ya berubah sikap. Sikap yang lebih baik dan Islami

Selama Ramadhan (andai dalam keadaan normal tanpa Corona), kita merasakan perubahan jadwal kehidupan kita. Antara lain:

  1. Shalat lima waktu yang biasanya tidak berjamaah, di bulan Ramadhan ada peningkatan frekwensi sholat berjamaahnya. Bahkan biasanya di luar Ramadhan agak lambat sholat di awal waktu, justru di hari-hari Ramadhan kita mampu menunggu datangnya waktu shalat. Dalam keadaan normal -tanpa Corona- pemandangan para pekerja atau musafir sering terlihat duduk-duduk di masjid menunggu waktu sholat. Pemandangan yang jarang kita lihat di selain bulan Ramadhan.
  2. Jadwal bangun tidur kita di bulan Ramadhan lebih tampil dari pada di luar Ramadhan. Karena kita didorong untuk melaksanakan santap sahur. Sehingga bagi yang sadar, kesempatan bangun tidur ini selain digunakan bersahur, juga digunakan untuk shalat tahajjud
  3. Kondisii rohani lebih siap menerima hidayah dibanding di luar Ramadhan. ini terlihat dengan antusiasnya masyarakat mendengarkan ceramah-ceramah agama.
  4. Kondisi suasana islami lebih marak di bulan Ramadhan. Hampir semua stasiun televisi menayangkan acara-acara dakwah dan islami.
  5. Secara sosial, masyarakatpun berlomba-lomba dalam memberikan kepeduliannya. Hal ini terlihat dari intensitas  mereka berzakat dan bersedekah.
Nah, sedangkan di saat suasana Corona, kita juga dapat merubah kebiasan dan perilaku kita. Antara lain:
  1. Kebiasaan hidup sehat. Seperti bercuci tangan dan menjaga kebersihan. Kita juga dianjurkan berolah raga, berjemur pagi serta memakan makanan bergizi agar imun kita kuat untuk menangkal serangan virus corona
  2. Kebiasaan berpergian dan nongkrong-nongkrong di cafe dikurangi. Hal ini karena kita dianjurkan untuk Stay Home (tinggal di rumah) selama masa mewabahnya Corona. Sehingga keakraban dengan keluarga kita di rumah semakin bertambah.
  3. Kebiasaan "menyendiri" (baca: itikaf) di rumah dan menjauhi keramaian dapat kita lakukan selama masa Corona. Sesuatu yang sulit kita lakukan di masa normal.
  4. Kepala rumah tangga berusaha terbiasa menjadi imam dalam shalat-shalatnya bersama keluarga, baik shalat wajib maupun shalat sunah taraweh. Sesuatu yang jarang dilakukan di masa normal.
  5. Di beberapa negara Eropa, memperdengarkan suara adzan dilarang, kini diperbolehkan leluasa, bahka diminta diperdengarkan oleh pihak pemerintah maupun masyakatnya yang note bone non muslim.
Ringkasnya, kita sebagai manusia akan mampu  merubah sikap dan kebiasaan kita  jika kondisi lingkungan membentuknya. Kondisi lingkungan yang dapat membentuk itu dapat terjadi karena alam seperti Corona. Namun dapat juga dikarenakan sebuah keputusan kebijkan. Jika pemerintah dapat mengeluarkan kebijakan yang baik, maka suasana juga akan membentuk perubahan sikap dan kebiasan yang baik. Namun, jika kebijakan itu buruk, maka suasana perubahan juga akan mengakibatkan suasana sikap dan kebiasaan yang buruk.

Namun, meski tanpa kebijakan pemerintah dan suasana Corona -seperti Ramadhan-ramadhan sebelumnya- umat Islam secara kesadaran sendiri dapat merubah suasana menjadi suasana Islami. Baik secara pribadi maupun sosial. Nah, jika umat Islam mampu mempertahankan suasana ini, bukan mustahil bangsa kita akan berpola hidup yang Islami. 




Tidak ada komentar: