Kamis, 04 April 2024

Lailatul Qodar Sudah Tidak Dirahasiakan Lagi?

Oleh : KH. Muhammad Jamhuri, Lc. MA

 Begitulah kesimpulan sementara. Kita sering mendengar bahwa Lailatul Qodar memang tidak diberitakan kapan akan terjadi, atau malam ke berapa dari bulan Ramadhan akan terjadi. Hal itu - menurut para ulama - agar umat ber-taharri (berjaga-jaga) untuk meraihnya dengan segala upaya yang dapat dilakukannya.

Akan tetapi kini Lailatul Qodar  nyaris sudah bukan rahasia lagi? Mengapa? Karena Rasulullah saw dan para ulama Islam nyaris membuka tabir Lailatul Qodar secara terbuka kepada umatnya. Tanda-tanda pembukaan tabir itu dapat diamati dari perilaku dan kebiasaan amalan Rasulullah saw, para sahabat serta ulama yang dikenal alim, zuhud dan taqarrub (kedekatan)nya dengan Allah sangat kuat. Bahkan di antara mereka secara terbuka membuka kapan Lailatul Qodar itu akan tiba berdasarkan pengalaman dirinya dan sahabatnya yang mengalami kedapatan Lailatul Qodar.

Diantara tabir-tabir yang sudah dan mulai diungkap oleh Rasulullah saw, para sahabat dan para ulama adalah sebagai berikut:

Pertama, Rasulullah saw selalu melakukan i'tikaf di 10 terakhir bulan Ramadhan dan nyaris tidak meninggalkannya pada setiap tahunnya, sejak beliau tinggal di Madinah hingga menjelang wafatnya. Fenomena ini menjadi sebuah indikasi, bahwa Lailatul Qodar sering terjadi di antara malam-malam terakhir bulan Ramadhan. Dalam sebuah hadits disebutkan:

عن عائشة رضي الله عنها زوج النبي صلى الله عليه وسلم أن النبي صلى الله عليه وسلم كان يعتكف العشر الأواخر من رمضان حتى توفاه الله ثم اعتكف أزواجه من بعده

Artinya, “Dari Aisyah RA, istri Nabi Muhammad SAW bahwa Nabi Muhammad SAW beritikaf pada sepuluh terakhir bulan Ramadhan sampai beliau wafat. Kemudian para istrinya mengikuti itikaf pada waktu tersebut setelah wafatnya beliau.” (HR: Bukhori Muslim)

كَانَ رَسُوْلُ اللهِ يَجْتَهِدُ فِيْ العَشْرِ الأَوَاخِرِ مَالاَ يَجْتَهِدُ فِيْ غَيْرِهِ

“Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersungguh-sungguh dalam sepuluh hari akhir bulan Ramadhan, hal yang tidak beliau lakukan pada bulan lainnya.” (HR Muslim)

Kedua, Dari 10 malam terakhir Ramadhan, terkuak indikasi, bahwa Lailatul Qodar akan terjadi di malam-malam ganjil 10 malam terakhir Ramadhan itu. Bebarapa kisah di bawah ini membuktikan sebagian kenyataan tersebut:

Dalam sebuah kisah diceritakan bahwa Rasulullah SAW sedang duduk iktikaf semalam suntuk pada hari-hari terakhir bulan suci Ramadhan. Para sahabat pun tidak sedikit yang mengikuti apa yang dilakukan Rasulullah. Ketika Rasulullah berdiri sholat, para sahabat juga menunaikan sholat. Ketika beliau menegadahkan tangannya untuk berdoa, para sahabat pun serempak mengamininya. Saat itu langit mendung tidak berbintang. Angin pun meniup tubuh-tubuh yang memenuhi masjid. Dalam riwayat tersebut malam itu adalah malam ke-27 dari bulan Ramadhan.

Di saat Rasulullah SAW dan para sahabat sujud, tiba-tiba hujan turun cukup deras. Masjid yang tidak beratap itu menjadi tergenang air hujan. Salah seorang sahabat ada yang ingin membatalkan sholatnya, ia bermaksud ingin berteduh dan lari dari shaf, namun niat itu digagalkan karena dia melihat Rasulullah SAW dan sahabat lainnya tetap sujud dengan khusuk tidak bergerak. Air hujan pun semakin menggenangi masjid dan membasahi seluruh tubuh Rasulullah SAW dan para sahabatnya yang berada di dalam masjid tersebut, akan tetapi Rasulullah SAW dan para sahabat tetap sujud dan tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya. Beliau basah kuyup dalam sujud. Namun sama sekali tidak bergerak seolah-olah beliau sedang asyik masuk kedalam suatu alam yang melupakan segala-galanya. Beliau sedang masuk ke dalam suatu alam keindahan. Beliau sedang diliputi oleh cahaya Ilahi. Beliau takut keindahan yang beliau saksikan ini akan hilang jika beliau bergerak dari sujudnya. Beliau takut cahaya itu akan hilang jika beliau mengangkat kapalanya. Beliau terpaku lama sekali di dalam sujudnya. Beberapa sahabat ada yang tidak kuat menggigil kedinginan. Rasulullah SAW baru mengangkat kepala dan mengakhiri sholatnya ketika hujan berhenti. Anas bin Malik, sahabat Rasulullah SAW bangun dari tempat duduknya dan berlari ingin mengambil pakaian kering untuk Rasulullah SAW. Namun beliau pun mencegahnya dan berkata: "Wahai Anas, janganlah engkau mengambilkan sesuatu untukku, biarkanlah kita sama-sama basah, nanti juga pakaian kita akan kering dengan sendirinya."

Dalam riwayat lain diceritakan, Rasulullah SAW bertemu Lailatul Qadar pada malam ke-21 sebagaimana diterangkan dalam Kitab Al-Muwaththa' Hadis No 701 oleh Imam Malik. Dari Abu Said Al-Khudri sesungguhnya dia berkata: "Rasulullah SAW beriktikaf pada puluhan yang kedua dari bulan Ramadhan. Pada suatu tahun setelah beliau sampai pada malam 21 yang seharusnya beliau keluar dari iktikaf pada pagi harinya, beliau berkata: "Barangsiapa turut beriktikaf bersamaku, hendaklah beriktikaf pada sepuluh hari yang terakhir. Sungguh telah diperlihatkan kepadaku Malam Al-Qadar. Kemudian aku dijadikan lupa. Aku bersujud pada paginya di air dan tanah. Karena itu carilah dia di sepuluh akhir, carilah dia di tiap-tiap malam yang ganjil. Berkata Abu Sa'id: "Maka turunlah hujan pada malam itu, sedangkan masjid diatapi dengan daun kurma dan meneteslah air ke lantai. Kedua mataku melihat Rasulullah SAW kembali dari masjid, sedangkan pada dahinya nampak bekas air dan tanah, yaitu pada malam 21." Apa yang dilakukan Rasulullah SAW ini menunjukkan betapa banyak rahasia dan hikmah di balik malam seribu bulan. Ini pun menunjukkan bahwa Lailatul Qadar kerap terjadi malam-malam ganjil di 10 terakhir Ramadhan.

Ketiga, Bahkan Rasulullah saw lebih mengerucutkan lagi dalam menjelaskan kemungkinan kuat datangnya Lailatul Qodar, yaitu di malam-malam ganjil pada 7 hari terakhir  bulan Ramadhan. Berarti malam  25, 27 dan 29. Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِي السَّبْعِ الْأَوَاخِرِ

“Aku juga bermimpi sama sebagaimana mimpi kalian bahwa Lailatul Qadar pada tujuh hari terakhir, barangsiapa yang berupaya untuk mencarinya, maka hendaknya dia mencarinya pada tujuh hari terakhir. ” (muttafaqun ‘alaihi dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma)

Keempat, Bahkan Imam Ghazali menyampaikan satu kaidah (rumus) tentang datangnya Lailatul Qodar. Menurut Imam Al-Ghazali dan juga ulama lainnya, sebagaimana disebut dalam I’anatut Thalibin juz 2, hal. 257, bahwa cara untuk mengetahui Lailatul Qadar bisa dilihat dari hari pertama dari bulan Ramadhan:

 قال الغزالي وغيره إنها تعلم فيه باليوم الأول من الشهر  فإن كان أوله يوم الأحد أو يوم الأربعاء فهي ليلة تسع وعشرين أو يوم الاثنين فهي ليلة إحدى وعشرين أو يوم الثلاثاء أو الجمعة فهي ليلة سبع وعشرين أو الخميس فهي ليلة خمس وعشرين أو يوم السبت فهي ليلة ثلاث وعشرين قال الشيخ أبو الحسن ومنذ بلغت سن الرجال ما فاتتني ليلة القدر بهذه القاعدة المذكورة 1.

Rumus itu adalah (artinya;)

Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-29

Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Senin maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-21

Jika awal Ramadhan  jatuh pada hari Selasa atau Jum'at maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-27

Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Kamis maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-25

Jika awal Ramadhan jatuh pada hari Sabtu maka Lailatul Qadar jatuh pada malam ke-23

Syekh Abul Hasan As-Syadzili berkata: “Semenjak saya menginjak usia dewasa Lailatul Qadar tidak pernah meleset dari jadwal atau kaidah tersebut."

Jadi, jika mengacu kepada kaidah (rumus) yang disampaikan al, Ghazali tersebut, maka karena awal Ramadhan tahun ini jatuh pada hari selasa, maka Lailatul Qodar pada Ramadhan tahun ini (1445 H/ 2024 M) akan terjadi pada malam ke 27 Ramadhan. Wallahu a'lam.

Kelima, Kemungkinan malam lailatul qodar jatuh pada malam ke 27 dikuatkan pula dengan dalil dan riwayat serta analisa para ulama berikut ini :

Hadist Nabi saw : "(Dia/lailatul qodar adalah) malam ke-27. ” (HR. Abu Dawud, dari Mu’awiyah bin Abi Sufyan radliyallahu ‘anhuma)

1. Ibnu Katsir ulama ahli tafsir mencoba menguak rahasia surat al-Qodar terkait dengan waktu datangnya malam Lailatul Qodar. Beliau mengungkap penemuannya, bahwa lafazh (ليلة القدر) dalam surat al-Qodar disebut 3 (tiga) kali dalam al-Quran dalam surat tersebut. Dan lafazh tersebut berjumlah 9 huruf. Sehingga jika dikalikan jumlah huruf pada lafazh (ليلة القدر) yang berjumlah 9 huruf itu dengan angka 3 kali penyebutannya, maka keluar hasil angka 9 x 3 = 27. Maka malam Lailatul Qadar akan terjadi di malam ke 27 Ramadhan

Hadist dari Sahabat Ubay bin Ka’b radliyallahu ‘anhu menegaskan

والله إني لأعلمها وأكثر علمي هي الليلة التي أمرنا رسول الله صلى الله عليه وسلم بقيامها هي ليلة سبع وعشرين

"Demi Allah, sungguh aku mengetahui malam (Lailatul Qadar) tersebut. Puncak ilmuku bahwa malam tersebut adalah malam yang Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan kami untuk menegakkan shalat padanya, yaitu malam ke-27." (HR. Muslim)

2. Para ulama Hanabilah juga banyak mengikuti riwayat yang menjelaskan bahwa malam lailatul Qadar terjadi pada malam ke 27 Ramadhan. Sehingga tidak heran, jika di malam itu terjadi puncak kepadatan jamaah shalat taraweh dan qiyamullail di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi serta masjid lainnya di Arab Saudi.

Akan tetapi, meskipun kita dianjurkan ber-taharri (berjaga mendapatkan) Lailatul Qodar dengan dimensi waktu yang telah dijelaskan di atas. Akan tetapi Lailatul Qodar tidak akan turun saat sikap-sikap dan perilaku kita bertentangan dengan apa yang dianjurkan Rasulullah saw.

3. Rasulullah saw pernah sempat diberitahu Jibril as bahwa suatu malam nanti akan ada Lailatul Qadar, akan tetapi Jibril as meralatnya, bahwa Lailatul Qadar tidak jadi turun, karena sikap beberapa kaum muslimin yang tidak mencerminkan sikapnya sebagai muslim yang baik.

4. Diceritakan dalam buku Ringkasan Shahih Bukhari oleh Muhammad Nasir al-Din Albani, pada mulanya, Rasulullah SAW hendak memberitahukan umatnya tentang waktu pasti satu malam terjadinya lailatul qadar. Tapi, hal tersebut tertunda setelah Rasulullah melihat dua umatnya tengah berselisih.

5. Diceritakan Ubadah ibnush-Shamit bahwa ia berkata,

 خَرَجَ رَسُوْلُ اللهِ ﷺ ليُخْبِرَ بِليلةِ القَدْرِ، فَتَلَاحَى رَجُلاَنِ مِنَ الْمُسْلِمِيْنَ، فَقَالَ النبيُّ ﷺ: إِنِّيْ خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ بِلَيْلَةِ القَدْرِ، فتلاحَى فُلَانٌ وَفُلاَنٌ، فَرُفِعَتْ، فَعَسَى أَنْ يَكُوْنَ خَيْرًا لَكُمْ، فَالْتَمِسُوْهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ

Artinya: Nabi keluar untuk memberitahukan kepada kami mengenai waktu tibanya Lailatul Qadar. Kemudian ada dua orang lelaki dari kaum muslimin yang berdebat. Beliau bersabda, "(Sesungguhnya aku) keluar untuk memberitahu kan kepadamu tentang waktu datangnya Lailatul Qadar, tiba-tiba si Fulan dan si Fulan berbantah-bantahan. Lalu, diangkatlah pengetahuan tentang waktu Lailatul Qadar itu, namun hal itu lebih baik untukmu. Maka dari itu, carilah dia (Lailatul Qadar) pada malam kesembilan, ketujuh, dan kelima (pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan)," (HR Bukhari).

Maka, menjaga sikap yang baik di antara kaum muslimin tidak kalah pentinganya dengan memburu tanggal-tanggal tertentu untuk mendapat Lailatul Qadar.

Semoga kita mendapat ketepatan dengan Lailatul Qodar di bulan Ramadhan tahun ini.



Muhammad Jamhuri, 24 Ramadhan 1445 H/ 4 April 2024 M

Tidak ada komentar: