Sabtu, 24 Agustus 2024

Formada Bertemu Alumni Santri Pesantren Daarul Rahman yang Menjadi Dubes RI di Brunei Darussalam

Prof Dr. Achmad Ubaidlillah (no 4 dari kanan)
bersama pimpinan Pesantren Formada
Bandar Sri Begawan -  Rombongan para Pimpinan Pesantren yang tergabung dalam Formada (forum Kerja Sama Antar Pesantren Alumni Daarul Rahman) dan LKKN (Lembaga Kajian dan Khazanah Nusantra) bertemu dengan Duta Besar RI untuk Negara Brunei Daarus Salam Prof. Dr. Achmad Ubaedillah, M.A di kediamannya di Bandar Sri Begawan pada Jumat 23 Agustus 2024.

Kedatangan rombongan sekitar pukul 20.00 waktu Brunei disambut langsung oleh Bapak Dubes dan Ibu serta para Staff  Kedutaan dengan sangat hangat. Dalam sambutannya, Ahmad Ubaidillah merasa senang dan bahagia karena bertemu dengan para guru-gurunya  saat nyantri di Pesantren Daarul Rahman (1985-1990), antara lain KH, Kosim Susili, KH. Alwan Surya, KH. Faishol Ali Nurdin dan KH. Musyfiq Amrullah serta teman di pengurusan organisasi santri Daarul Rahman (IP3DR) dan teman diskusinya, sepert KH Atoullah, KH. Muhammad Jamhuri, KH. Musthofa Mughni dan KH. Ahmad Wildan. Para guru dan teman beliau itu ikut dalam rombongan Ziarah dan Studu Banding Malaysia-Brunei.

Ngobrol santai di kediaman Dubes RI
untuk Negara Brunei Daarus Salam
Bak sedang reunian antar alumni santri yang lama tak bertemu, obrolan pun tak terasa hingga malam hari yang diselingi kisah-kisah nostalgia masa lalu saat di Pesantren, mulai kisah menjadi bulis (ronda) hingga menjadi dubes dan sukses masing-masing alumni.

Dr. Achmad Ubaedillah, M.A. (lahir 03 Agustus 1967) adalah Alumni Pondok Pesantren Daarul Rahman Angkatan 10 (Tahun 1989). Beliau aktif  di organisasi IP3DR (Ikatan Pelajar Pondok Pesantren Daarul Rahman) dan menjadi pengusrus bagian Penerangan. Beliau juga aktif dalam jurnaistik, Pada masanya terbit media Bulleetin Santri pertama bernama bulletin ASPIRATIF yang merupakan media cetak pertama dalam lingkungan santri Darul Rahman pada masa itu.

Lulus dari Pesantren Daarul Rahman, beliau melanjutjkan pendidikannya ke IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (kini UIN) dan menyelesaikan pendidikan tingkat sarjana di Fakultas Ushuluddin IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (sekarang UIN Jakarta) pada tahun 1995 kemudian melanjutkan program magister di tempat yang sama pada 2002. Ia mengawali kariernya sebagai dosen Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) di FISIP UIN Jakarta.[9] Achmad mendapatkan kesempatan mengambil program master kajian Asia Tenggara di Ohio University, Athens, Amerika Serikat. Setelah lulus dari Ohio University pada tahun 2004, setahun kemudian ayah tiga putri ini melanjutkan program doktor di bidang Sejarah Asia Tenggara di University of Hawaii at Manoa, Honolulu, AS sekaligus sebagai peserta fellowship program East-West Center (EWC), sebuah lembaga riset dan kajian strategis pada kampus tersebut. Setelah memperoleh gelar doktor dengan disertasi tentang gerakan tarekat di Sulawesi Selatan pada 2011, ia kemudian kembali mengabdi di almamaternya dengan tetap menekuni bidang yang selama ini menjadi perhatiannya: Civic Education (Pendidikan Kewarganegaraan), Islam dan Demokrasi, serta gerakan Islam kontemporer, khususnya tarekat di Indonesia.

Saat ini beliau sebagai Duta Besar (Dubes) Luar Biasa Berkuasa Penuh (LBBP) Republik Indonesia untuk Brunei Darussalam berkedudukan di Bandar Seri Begawan. Ia dilantik oleh Presiden RI Joko Widodo (Jokowi), Senin (26/06/2023) di Istana Negara. Sebelumnya Ubaedillah merupakan Atase Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Atdikbudristek) KBRI Riyadh, KSA (2017-2021)

(Laporan: Jamhuri)


Kamis, 22 Agustus 2024

Pengasuh Pesantren Multazam Bersama Formada dan LKKN Adakan Studi Banding ke Malaysia

Para pengasuh Pesantren di Sekola Brainy Bunch- Malaysia
Para Pimpinan Pondok Pesantren yang tergabung dalam FORMADA (Forum Kerja Sama Antar Pesantren Alumni Daarul Rahman) bersama LKKN (Lembaga Kajian Khazanah Nusantra) mengunjungi BRAINY BUNCH ISLAMIC MONTESSORI SCHOOL di Kuala Lumpur Malaysia hari Selasa 20 Agustus 2024.

Sekolah ini didedikasikan untuk membentuk pribadi muslim yang berwawasan internasional, karena itu percakapan Bahasa Inggris diterapkan di sini sejak  tingkat sekolah dasar, namun juga dikuatkan dengan pengetahuan agama. Karena kami melihat orang tua mereka banyak lulusan universitas di Eropa dan Amerika, namun terlihat kurang dalam hal spiritual.

Aden pimpinan sekolah ini menyebut alumninya sudah tersebar di hampir lima benua di dunia, dan mereka masih merasa keterikatan dengan sekolahnya dalam beberapa event. Dan bahkan aktif.

Salah satu kekhasan sistem yang dibangunnya adalah SPICE yang diberlakukan kepada semua civitas sekolah,  baik murid, guru dan staf, yaitu:

1. SPRITUAL, kami ajarkan hal yang dasar yang biasa dilakukan setiap hari. Mulai cara yang benar, pemahaman, hingga kekhusyuan dalam shalat. Itu hanya salah satu contoh saja. Termasuk dalam penanaman spiritual juga penanaman tauhid, sehingga mereka merasa hidup merasa mawas diri karena diperhatikan dan dilihat Allah swt.

2. PHYSIC: Bagaimana anak- anak dan guru fisiknya itu sehat. Mulai diperhatikan pola makannya hingga kebiasaan olah raga. Sehingga diharapkan anak dan guru tdk mengalami obessitas (kegemukan). Kita tahu saat ini anak-anak generasi kini banyak mengkonsumsi makanan yang kurang sehat karena banyak mengandung bahan kimia dan pengawet, ditambah dengan kurangnya kebiasaan bergerak fisik.

3. INTELECTUAL. Jika spritual sudah lurus dan bagus lalu fisiknya sehat, maka saat menerima ilmu, mereka akan mendapatkan ilmu dengan dengan baik dan optimal sehingga mendapat pemahaman yang baik dan benar.

4. CREATIFITY. Selain tiga hal di atas, kami juga memberi kegiatan yang merangsang kreatifitas. Mereka pernah kami libatkan dalam suatu usaha (misal menjual hasil perkebunen duren) dan lain-lain

5. EMOSIONAL. Ini kami bangun dengan pola sosialisasi dan interaksi, dan karena kami full day dengan mereka sehingg kami dapat memantau dan menilai emosional mereka yang pada akhirnya kami perbaiki jika secara emosional ada yg kurang. Ke depan kami tidak hanya full day, namun akan melangkah mendirikan sekola berasrama seperti pesantren, agar pembentukan spiritual, emosional dan lainnya dapat dikontrol dengan baik