Sentilan
Sentilun Ala U.J (Ust.Jamhuri)
Kenapa
Wahyu Turun di Gua dan Bukan di Masjid? Bukankah Tempat Terbaik itu Masjid?
“Pak
ustadz, saya jamaah ustadz, boleh gak ganggu?” Sapa Jamaah di ujung telepon.
“Oh
ya..ada yang bisa saya bantu?” Jawab ustadz menawarkan bantuan.
“Gini
ustadz, saya baca di medsos, ada akun FB atas nama AFI NIHAYA FARADISA, dia
mempertanyakan, mengapa wahyu turunnya di gua? Bukan di masjid? Padahal tempat
yang terbaik kan di masjid?” Cerita Jamaah.
“Terus..?”
Ustadz balik bertanya
“Ya
itu tadi ...apa jawabannya, ustadz?” . Jamaah penasaran.
“Tunggu...tunggu....siapa
nama pemilik akunnya? Kedengarannya
punya arti aneh deh..?” Tanya ustadz
“Akunnya
AFI NIHAYA FARADISA, pak ustadz...” Jawab jamaah.
“Hmm..
Saya jadi inget ayat yang berbunyi AFI iLLAH SYAKKUN”. Ustadz berseloroh.
“Apa
tuh ustadz artinya?” Tanya jamaah
“Itu
kalimat sindiran Allah kepada orang-orang yang meragukan adanya Allah, artinya
ayat itu adalah ‘apakah terhadap adanya Allah ada keraguan?’ Nah, kata AFI
NIHAYA FARADISA kalau itu berasal dari bahasa Arab, artinya adalah ‘Apakah di
akhir ada surga?’, jadi sepertinya mirip. Mirip keraguan adanya surga atau
tidak?” Jelas ustadz.
“Kaya
orang PKI ya ustadz yang tidak percaya adanya hari kiamat, surga dan neraka?”
Ujar jamaah,
“Wah...saya
tidak tahu...wallahu a’lam.... dah....” jawab ustadz.
“Terus,
gimana dong ustadz, jawaban terhadap pertanyaan tadi? Pertanyaannya, kenapa
wahyu turun di gua bukan di masjid?, padahal masjid adalah tempat yang paling
mulia?” Tanya jamaah mengingatkan.
“Hemmm...bismillah....begini...sebenarnya
turunnya wahyu itu terbagi dua;
Pertama,
turun secara sekaligus, yakni dari Lauhil Mahfuzh ke langit dunia secara
sekaligus, artinya tidak berangsur. Redaksi alquran yang dipakai untuk
menjelaskan turunnya al-quran secara sekaligus ini adalah akar kata
“ANZALA-YUNZILU”.
Kedua,
al-quran turun dari langit dunia ke bumi secara berangsur dan bertahap. Redaksi
alquran yang dipakai untuk menjelaskan turunnya al-quran bertahap ini adalah
akar kata “NAZZALA-YUNAZZILU”.
Nah,
jadi saat al-quran diturunkan dari langit ke bumi, itu secara bertahap, bukan
semua ayat turun di gua. Tapi, ada ayat yang
turun saat di masjid, ada saat di padang Arafah, di perjalanan, di medan perang
dan lain-lain.
Mungkin
pemilik akun itu bermaksud ayat yang turun di gua itu adalah wahyu pertama yang
turun, dan gua yang dimaksud juga adalah gua Hira...
Jika
itu yang dimaksud, lalu dia memprotes kenapa turun di gua?Kok tidak di masjid? Maka
jawabnya,: ya..suka-suka
Allah-lah...sama halnya dengan protes orang Yahudi saat kiblat umat Islam
dialihkan Allah dari Baitul Maqdis ke Masjidil Haram...jawaban Allah; “Wa
lillahil masyrriq wal maghrib’ (Kepunyaan Allah arah timur dan
Barat)..artinya..ya suka-suka Allah lah yang
punya arah mata angin...Yang punya bumi.. Yang punya masjid...Yang punya
gua...he..he...” Jawab ustadz dengan sersan (Serius tapi santai)
“Tapi
kan, bukankah masjid adalah tempat yang terbaik, pak ustadz?” Tanya jamaah lagi
“Benar”
jawab ustadz.
“Tapi
kenapa Allah memilih gua sebagai tempat turun wahyu pertamaNya?” Tanya jamaah
penasaran.
“Hadeuh....!
kan udah saya jelasin....itu suka-suka Allah yang punya Gua..?” jawab ustadz
kesal.
“Maaf
pak ustadz, selain jawaban tadi, ada jawaban lain yang bisa logis gitu?” desak jamaah.
“Begini
pak....Dulu kondisi masjidil Haram itu agak parah... di dalam Ka’bah dan
sekitarnya saja banyak sekali patung-patung dan berhala. Bahkan jumlah patung
itu ada 360 biji......Nah, bagaimana Nabi bisa konsentrasi mencari jatidiri dan
membersihkan diri? Sementara berhala-berhala dengan berbagai bentuknya ada di
sana? Belum lagi kondisi masyarakat jahiliyah saat itu masih mabuk-mabukan
hingga masuk ke sekitar Ka’bah? Lha? Nanti, bapak protes lagi, jangan-jangan
wahyu itu datang dari patung? Atau dari omongan ngelantur orang mabok? Hah? Bagaimana kalau ada anggapan seperti itu? Kacau kan
wahyu nya nanti?, bisa tidak dipercaya? Nah, oleh sebab itu, Allah pilih tempat
yang hening, jauh dari hiruk pikuk kejahiliyahan. Paham..?”
Kedua,
Nabi saw cuma sekali itu bertahannust (menyendiri untuk mendekatkan diri
pada Tuhan) di dalam gua. Setelah itu, nabi tidak pernah ke Gua lagi kecuali
saat bersembunyi di gua Tsur. Itu pun bukan untuk ibadah, tapi karena
menghindar dari kejaran Quraisy saat Nabi saw berhijrah menuju Madinah.
Selebihnya, Nabi banyak beribadah di Masjid. Apalagi saat di Madinah, Nabi saw
selalu beri’tikaf di dalam masjid, bukan itikaf di dalam Gua. Paham?.Adakah
riwayat Nabi beritikaf di gua? Gak ada kan?
Jadi,
memang “Khoirul biqo’ baitun min buyutillah” (sebaik-baik dataran adalah
rumah Allah alias masjid), dan Nabi telah mencontohkan sepanjang hidupnya
beritikaf di masjid, bukan di gua apalagi di pasar...he..he...
Adapun
nabi saw menyendiri di gua saat itu, dan tidak di masjid, karena di masjdil
haram (ka’bah) suasananya tidak nyaman, baik karena kebisingan maksiat kaum
Jahiliyah maupun karena banyaknya berhala-berhala di sekitar masjid. Begitu
pak..sudah jelas?...
maaf
Pak, kuping saya udah panas nih, kelamaan nelpon.” Ustadz mengakhiri penjelasannya.
“Ohh
ya ,,pak ustadz,..maaf nelpon kelamaan...terima kasih pak ustadz....atas pencerahannya...assalamu
alaikum..?” Ucap jamaah mengakhiri pembicaraannya
“Walaikumussalam..”
tutup Ustadz.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar