Maulid Nabi saw yang Mempersatukan
Tak ada pemimpin yang pandai
menyatukan dan mempersatukan rakyatnya kecuali yang pernah dilakukan oleh Nabi
Muhammad saw, yang maulidnya diperingati umat Islam hari-hari ini. Walau Madinah terdiri dari masyarakat yang multi
etnis dan agama, Rasululllah saw dapat mengayomi semua warga yang tinggal di
Madinah. Penduduk asli Madinah yang terdiri suku Aus dan Khozroj yang kemudian disebut Nabi saw
sebagai kaum Anshor dipersatukan dengan kaum Muhajirin yang berasal Makkah.
Sementara kaum Yahudi yang
terdiri dari tiga suku besar; Bani Nadhir, Bani Quraidhah dan Bani Mustholiq
dapat hidup berdampingan dengan kaum Muslimin dalam suatu perjanjian bersama
yang disebut “Piagam Madinah”.
Begitulah jiwa pemimpin besar. Selalu menginginkan masyarakatnya bersatu
dan bersaudara. Bersama membangun negara dan bangsa demi kesejahteraan dan
kedamaian. “Tidaklah Kami utus engkau (Muhammad) melainkan menjadi rahmat bagi seluruh alam”.
(QS. Al-Anbiya: 107)
Nabi saw sangat toleran dengan
perbedaan pendapat. Pernah suatu kali Nabi saw memerintahkan pasukan kaum
muslimin untuk segera menuju ke Bani Quraizah usai perang Ahzab. Beliau
berpesan, “Janganlah kalian shalat ashar kecuali di kampung Bani Quraizhah !”.
Di perjalanan, datanglah waktu shalat. Para sahabat terpecah kepada dua
pendapat dalam memahami perintah Nabi saw. Sebagian sahabat ada yang bersikukuh
ingin melaksanakan shalat ashar di tengah perjalanan, karena berpegang kepada
hadist Nabi saw, “Amal yang utama adalah shalat pada waktunya” dan berasalasan
bahwa pesan Nabi saw agar shalat di tempat tujuan adalah hanya anjuran agar
sedapat mungkin tiba di sana sebelum datang waktu ashar, namun karena kuda-kuda
telah lelah sehingga mereka belum tiba di tempat tujuan meskipun sudah datang
waktu shalat ashar. Namun sebagian sahabat tetap akan melaksanakan shalat ashar
di kampung Bani Quraizhah sebagaimana pesan Nabi saw saat akan memberangkatkan
pasukan. Di sini sebagian sahabat memahami pesan Nabi saw secara kontekstual
dan sebagian lagi memahaminya secara tekstual. Saat mereka mengadukan hal itu
kepada NAbi saw, Nabi membenarkan kedua pendapat para sahabat tersebut. Tidak ada
yang disalahkan.
Hari-hari ini umat Islam memperingati
kelahiran Nabi Muhammad saw. Kita merindukan sosok seperti Nabi Muhammad saw
yang menyatukan seluruh elemen umat manusia, Yang toleran menerima keberagaman.
Yang seluruh hidupnya dicurahkan memikirkan nasib umatnya di dunia dan akhirat,
hingga akhir hayatnya terucap kata; ummati..ummati..ummati.. (oh umatku..oh
umatku..oh umatku). Andai saja NAbi Muhammad saw masih hidup di tengah-tengah
kita, mungkin umat tidak saling tuduh dan saling menghujat serta tidak bercerai
berai. Mereka akan hidup saling bersaudara dan saling menguatkan, hingga
bersama dapat membangun peradaban yang menghadirkan rahmat bagi seluruh alam.
Semua umat Islam pasti mencintai
nabi Muhammad saw. Peringatan maulid yang diadakan di seluruh Tanah Air, mulai
dari Istana Negara hingga pelosok pedesaan menunjukkan kecintaan umat pada Nabi
Muhammad saw. Alangkah indahnya jika rasa kecintaan kepada Nabi saw itu juga
dibarengi dengan meneladani akhlak beliau. Kita perlu menghadirkan nabi
Muhammad saw dalam hati dan sikap-sikap kita, agar lahir sikap dan akhlak yang
dicontohkan beliau. Sehingga dapat menjauhi sifat-sifat tercela, seperti
hujatan, umpatan, adu domba, bahkan menyebarkan fitnah dan berita hoax.
Jika pun kita tidak bisa
menghadirkan nabi Muhammad saw dalam hati dan sikap kita, maka setidaknya kita
memperlakukan saudara-saudara kita sebagai satu umat, yakni sama-sama umat Nabi
Muhammad saw. Sehingga kita merasa malu jika mencela, mengadu domba dan memfitnah sesama umat nabi Muhammad saw.
Jika nabi Muhammad saw kita ibaratkan orang tua kita bersama, maka kita tidak
akan mengganggu dan menyakiti saudara kita atau “putera-putera” nabi Muhammad
saw.
Mari kita peringati Maulid kali
ini dengan menjelaskan pada umat bahwa kita memiliki nabi yang sama; nabi
Muhammad saw, bahwa kita bersaudara, dan bahwa nabi Muhammad saw akan senang
jika melihat umatnya rukun, damai dan bersatu. Jangan kita isi acara peringatan
maulid kali ini dengan caci maki dan umpatan sesama umat Nabi Muhammad saw,
bahkan sesama anak bangsa.
Firman Allah swt, “Dan
demikianlah Kami jadikan kalian sebagai umat pertengahan (moderat), agar
menjadi saksi bagi seluruh manusia” (QS. Al-Baqarah: 143)
Muhammad Jamhuri
Rumpin 16-11-2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar