(Khutbah Jumát)
Oleh : KH. Muhammad Jamhuri, Lc. MA*)
إنَّ
الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ
بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ
اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن
لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً
عَبْدُهُ وَرَسُولُه.اَللَّهُمَّ صَلِّ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا
كَثِيْرًا
أمَّا
بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ اللهِ, اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ
إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. قال
الله تعالى فى كتابه الكريم, وهو أصْدَقُ القَائِلِيْنَ, أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَيْطَانِ
الرَّجِيْمِ. بسم الله الرحمن الرحيم: (وَمَنْ يُطِعْ اللَّهَ وَالرَّسُولَ
فَأُوْلَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ النَّبِيِّينَ
وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُوْلَئِكَ رَفِيقًا . ذَلِكَ
الْفَضْلُ مِنْ اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيمًا)
Ma’asyirol Muslimin
rahimakumullah..
Allah swt menciptakan manusia
dengan ciri warna kulit, bahasa. suku dan keyakinan yang berbeda-beda. Namun,
meskipun manusia dengan perbedaan yang ada, akan tetapi manusia memiliki
nilai-nilai yang disepakati bersama. Apapun bangsa, suku dan agamanya, mereka
sepakat akan nilai-nilai luhur kemanusian. Nilai-nilai tersebut anatara lain:
keadilan, kesopanan, keamanan, kehormatan kejujuran dan lain sebagainya.
Islam bukan sekedar agama yang
mengajarkan ibadah mahdoh (ritual) saja, namun Islam juga mengajarkan nilai-nilai
kemanusiaan yang bersifat universal. Salah satunya adalah nilai kejujuran.
Bahkan kejujuran menjadi nilai yang sangat ditakankan oleh Islam. Rasulullah
saw bersabda:
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى
الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ
يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا. وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ
يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا
يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ
اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian senantiasa
berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan
sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa
berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah
sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena
sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan
mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk
berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta” (HR. Muslim).
Bahkan dalam menjaga kestabilan
kejujuran, perlu lingkungan dan partner yang terdiri dari manusia -manusia
yang jujur, sebagaimana firman Allah swt:
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar (jujur)” (QS. At Taubah: 119).
Kejujuran
Dalam Berbisnis
Kejujuran
dalam berbisnis lebih ditekankan lagi oleh Islam. Sebab berbuat bohong atau
curang dalam berbsinis sering kali terjadi. Hal itu disebabkan karena kurangnya
iman dan pengetahuan tentang hukum jual beli, atau karena tergiur dengan
keuntungan bisnis yang tidak setara dengan dosa dan akibat dari
ketidakjujurannya.
Oleh
sebab itu, banyak hadist-hadist berpesan untuk selalu berlaku jujur dalam
berbisnis. Antralain,: Dari Rifa’ah, ia mengatakan bahwa ia pernah keluar
bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ke tanah lapang dan melihat orang-orang
sedang melakukan transaksi jual beli. Beliau lalu menyeru, “Wahai para
pedagang!” Orang-orang pun memperhatikan seruan Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wa sallam sambil menengadahkan leher dan pandangan mereka pada beliau. Lantas
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ
التُّجَّارَ يُبْعَثُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فُجَّارًا إِلاَّ مَنِ اتَّقَى
اللَّهَ وَبَرَّ وَصَدَقَ
“Sesungguhnya
para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat nanti sebagai orang-orang
fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertakwa pada Allah, berbuat baik dan
berlaku jujur” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, shahih dilihat dari jalur lain).
Salah
satu contoh bentuk penipuan yang terjadi di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam. Dari Abu Hurairah, ia berkata,
أَنَّ
رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ
يَدَهُ فِيهَا فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلاً فَقَالَ « مَا هَذَا يَا صَاحِبَ
الطَّعَامِ ». قَالَ أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ « أَفَلاَ
جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَىْ يَرَاهُ النَّاسُ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّى
“Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau
memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang
basah, maka pun beliau bertanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?” Sang
pemiliknya menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.”
Beliau bersabda, “Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar
manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari
golongan kami.” (HR. Muslim).
Jika
dikatakan tidak termasuk golongan kami, maka itu menunjukkan perbuatan tersebut
termasuk dosa besar.
Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,
مَنْ
غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا، وَالْمَكْرُ وَالْخِدَاعُ فِي النَّارِ
“Barangsiapa
yang menipu, maka ia tidak termasuk golongan kami. Orang yang berbuat makar dan
pengelabuan, tempatnya di neraka” (HR. Ibnu Hibban, shahih).
Keuntungan
Berbuat Jujur Dalam Bisnis
Sebagaimana
penjelasan di atas, bahwa kejujuran adalah nilai-nilai kemanusian yang
disepakati bersama oleh semua manusia meskipun berbeda agama, suku dan bangsa,
maka setiap muslim yang beriman kepada Allah akan selalu memiliki dan membawa
sifat kejujuran di mana saja berada. Termasuk dalam melakukan usaha, bisnis dan
transaksi-transaksi. Dan ketika seorang pembisnis membawa nilai-nilai keujuran
maka bisnisnya akan mendapatkan kepercayaan yang akan menguntungkan bisnisnya.
Berikut
beberapa Keuntungan jika suatu urusan (bisnis) yang dijalani dengan nilai-nilai
kejujuran:
Pertama, Jujur
mendatangkan ketenangan. Orang yang jujur akan marasa tenang karena dia telah
melakukan kebaikan kepada manusia. Sebaliknya orang yang berdusta atau menipu
orang, maka hidupnya tidak akan tenang dan damai.
Dari
Al Hasan bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
دَعْ
مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ
الْكَذِبَ رِيبَةٌ
“Tinggalkanlah
yang meragukanmu menuju apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran
lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa” (HR.
Tirmidzi dan Ahmad, hasan shahih).
Kedua, Jujur menuai keberkahan. Dari sahabat Hakim bin
Hizam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا –
أَوْ قَالَ حَتَّى يَتَفَرَّقَا – فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى
بَيْعِهِمَا ، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
“Kedua orang penjual dan pembeli
masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila
keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh
keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling
menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi
itu” (Muttafaqun ‘alaih).
Ketiga, Jujur mendatang kepercayaan dari partner, kolega dan
semua pihak. Pada saat pembisnis berlaku jujur, maka akan mendatangkan
kepercayaan dari orang yang bertransaksi dengannya. Dan orang-orang yang
percaya dengan pembisnis jujur itu ia akan bercerita tentang kenyamanannya
berbisnis dengan orang tersebut kepada para kolega dan teman bisnis lainnya,
sehingga kita akan dikenal sebagai orang yang jujur dan asik dijadikan partner
bisnis. Kisah pertama kali Nabi saw diberi gelar “Al-Amin” (dapat dipercaya) adalah
karena beliau jujur dan menjaga amanah orang yang bertransaksi padanya. Di
kisahkan bahwa orang itu setelah membayar barang yang dibelinya dari Nabi saw
lalu menitipkannya kepada belaiu, namun dia lupa dan pulang ke rumahnya selama
tiga hari. Setelah ingat bahwa barangnya tidak terbawa, dia kembali ke tempat
nabi saw seteleh melakukan perjalanan selama tiga hari. Sehingga menjadi enam
hari. Namun saat dia kembali ke tempat nabi saw, barang titipannya itu masih
ada dan utuh seperti sedia kala. Sehingga orang itu bercerita ke sana kemari
tentang pengalamannya, lalu dikenallah Nabi saw sebagai “Al-Amiin” (Dapat dipercaya)
Keempat, Kejujuran membuat pelanggan setia. Tidak
diragukan lagi bahwa kejujuran mendatangkan trust (keperceyaan) dari orang yang
bertransasksi dengan kita. Jika kita seorang pengusaha atau pedagang,
kepercayaan itu niscaya membuat para pelanggan kita akan setia. Bahkan mereka
bukan hanya setia, akan tetapi akan menjadi iklan atau juru bicara kita kepada
calon-calon pelanggan kita. Mereka ingin orang-orang merasakan kenikmatan seperti
yang partner kita rasakan.
Kelima,
Bisnis akan bertahan lama. Sebab kunci suatu bisnis adalah pemasaran. Dan
ketika para pelanggan merasa puas dengan produk atau jasa yang kita tawarkan
karena sifat jujur yang kita berikan, maka para pelanggan akan setia. Buah dari itu semua adalah, bisnis
yang kita jalankan akan bertahan lama. Banyaknya bisnis yang gulung tikar
adalah akibat kekecewaan para pelanggan. Apalagi jika memudarnya rasa trust
pelanggan akibat kita tidak berlaku jujur. Maka, apapun juga, kejujuran itu
selalu mendatangkan kebaikan. Allah swt beerfirman:
فَلَوْ
صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ
“Tetapi
jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu kebaikan
bagi mereka” (QS. Muhammad: 21)
Keenam, Kejujuran membuka kemudahan, jalan keluar dan
kelapangan . Coba perhatikan baik-baik perkataan Ibnu Katsir rahimahullah
ketika menjelaskan surat At Taubah ayat 119.
يَا
أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ
“Hai
orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama
orang-orang yang benar” (QS. At Taubah: 119).
Beliau mengatakan, “Berlaku
jujurlah dan terus berpeganglah dengan sikap jujur. Bersungguh-sungguhlah
kalian menjadi orang yang jujur. Jauhilah perilaku dusta yang dapat
mengantarkan pada kebinasaan. Moga-moga kalian mendapati kelapangan dan jalan
keluar atas perilaku jujur tersebut.”
Demikianlah, khutbah yang singkat
ini kami sampaikan, semoga kita menjadi orang-orang yang jujur dalam segala
hal, sehingga akan dikumpulkan Allah di surga Bersama para Anbiya, Shiddiqin,
Syuhada dan Shalihin. Amin Ya Rabbal ‘Alamin..
KHUTBAH KEDUA
اَلْحَمْدُ لله حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ.
اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا
لِمَنْ جَحَدَ وَ كَفَرَ. وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ وَ
حَبِيْبُهُ وَ خَلِيْلُهُ سَيِّدُ الْإِنْسِ وَ الْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ
سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَ سَلَّمَ
تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا
أمَّا بَعْدُ, فَيَا أَيهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ وَلَازِمُوا
الصَّلاَةَ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ عَلَيْهِ الصَّلَاة ُوَالسَّلَامُ, فقَدْ أَمَرَكُمُ
اللهُ بِذَلِكَ اِرْشَادًا وَتَعْلِيمًا فَقَالَ:
انَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلَّونَ عَلَى الَّنِبْيِّ
يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ
وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ،
أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ
وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اللهُمَّ
ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ
اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا
اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً، وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا
رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ
حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ
تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ
وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا
اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ،
وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ
*) Penulis adalah alumni Umm al-Quro University - Makkah Jurusan
Ekonomi Islam dan Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan
Ekonomi Islam, Pengasuh Pesantren Tahfizh dan Ekonom Islam (TEI) Multazam-Bogor
Tidak ada komentar:
Posting Komentar