Kamis, 15 Desember 2022

Jujur dan Terpercaya dalam Bisnis

 

(Khutbah Jumát)

Oleh : KH. Muhammad Jamhuri, Lc. MA*)

 

إنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُه.اَللَّهُمَّ  صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

أمَّا بَعْدُ, فَيَا عِبَادَ اللهِ, اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ. قال الله تعالى فى كتابه الكريم, وهو أصْدَقُ القَائِلِيْنَ, أعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَيْطَانِ الرَّجِيْمِ. بسم الله الرحمن الرحيم: (وَمَنْ يُطِعْ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُوْلَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنْ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُوْلَئِكَ رَفِيقًا . ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنْ اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيمًا)

Ma’asyirol Muslimin rahimakumullah..

Allah swt menciptakan manusia dengan ciri warna kulit, bahasa. suku dan keyakinan yang berbeda-beda. Namun, meskipun manusia dengan perbedaan yang ada, akan tetapi manusia memiliki nilai-nilai yang disepakati bersama. Apapun bangsa, suku dan agamanya, mereka sepakat akan nilai-nilai luhur kemanusian. Nilai-nilai tersebut anatara lain: keadilan, kesopanan, keamanan, kehormatan kejujuran dan lain sebagainya.

Islam bukan sekedar agama yang mengajarkan ibadah mahdoh (ritual) saja, namun Islam juga mengajarkan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat universal. Salah satunya adalah nilai kejujuran. Bahkan kejujuran menjadi nilai yang sangat ditakankan oleh Islam. Rasulullah saw bersabda:

عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا.  وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا

“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan megantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta” (HR. Muslim).

Bahkan dalam menjaga kestabilan kejujuran, perlu lingkungan dan partner yang terdiri dari manusia -manusia yang jujur, sebagaimana firman Allah swt:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar (jujur)” (QS. At Taubah: 119).

 

Kejujuran Dalam Berbisnis

Kejujuran dalam berbisnis lebih ditekankan lagi oleh Islam. Sebab berbuat bohong atau curang dalam berbsinis sering kali terjadi. Hal itu disebabkan karena kurangnya iman dan pengetahuan tentang hukum jual beli, atau karena tergiur dengan keuntungan bisnis yang tidak setara dengan dosa dan akibat dari ketidakjujurannya.

Oleh sebab itu, banyak hadist-hadist berpesan untuk selalu berlaku jujur dalam berbisnis. Antralain,: Dari Rifa’ah, ia mengatakan bahwa ia pernah keluar bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ke tanah lapang dan melihat orang-orang sedang melakukan transaksi jual beli. Beliau lalu menyeru, “Wahai para pedagang!” Orang-orang pun memperhatikan seruan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sambil menengadahkan leher dan pandangan mereka pada beliau. Lantas Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ التُّجَّارَ يُبْعَثُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فُجَّارًا إِلاَّ مَنِ اتَّقَى اللَّهَ وَبَرَّ وَصَدَقَ

“Sesungguhnya para pedagang akan dibangkitkan pada hari kiamat nanti sebagai orang-orang fajir (jahat) kecuali pedagang yang bertakwa pada Allah, berbuat baik dan berlaku jujur” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah, shahih dilihat dari jalur lain).

Salah satu contoh bentuk penipuan yang terjadi di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dari Abu Hurairah, ia berkata,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- مَرَّ عَلَى صُبْرَةِ طَعَامٍ فَأَدْخَلَ يَدَهُ فِيهَا فَنَالَتْ أَصَابِعُهُ بَلَلاً فَقَالَ « مَا هَذَا يَا صَاحِبَ الطَّعَامِ ». قَالَ أَصَابَتْهُ السَّمَاءُ يَا رَسُولَ اللَّهِ. قَالَ « أَفَلاَ جَعَلْتَهُ فَوْقَ الطَّعَامِ كَىْ يَرَاهُ النَّاسُ مَنْ غَشَّ فَلَيْسَ مِنِّى

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah melewati setumpuk makanan, lalu beliau memasukkan tangannya ke dalamnya, kemudian tangan beliau menyentuh sesuatu yang basah, maka pun beliau bertanya, “Apa ini wahai pemilik makanan?” Sang pemiliknya menjawab, “Makanan tersebut terkena air hujan wahai Rasulullah.” Beliau bersabda, “Mengapa kamu tidak meletakkannya di bagian makanan agar manusia dapat melihatnya? Ketahuilah, barangsiapa menipu maka dia bukan dari golongan kami.” (HR. Muslim).

Jika dikatakan tidak termasuk golongan kami, maka itu menunjukkan perbuatan tersebut termasuk dosa besar.

Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

مَنْ غَشَّنَا فَلَيْسَ مِنَّا، وَالْمَكْرُ وَالْخِدَاعُ فِي النَّارِ

“Barangsiapa yang menipu, maka ia tidak termasuk golongan kami. Orang yang berbuat makar dan pengelabuan, tempatnya di neraka” (HR. Ibnu Hibban, shahih).

 

Keuntungan Berbuat Jujur Dalam Bisnis

Sebagaimana penjelasan di atas, bahwa kejujuran adalah nilai-nilai kemanusian yang disepakati bersama oleh semua manusia meskipun berbeda agama, suku dan bangsa, maka setiap muslim yang beriman kepada Allah akan selalu memiliki dan membawa sifat kejujuran di mana saja berada. Termasuk dalam melakukan usaha, bisnis dan transaksi-transaksi. Dan ketika seorang pembisnis membawa nilai-nilai keujuran maka bisnisnya akan mendapatkan kepercayaan yang akan menguntungkan bisnisnya.

Berikut beberapa Keuntungan jika suatu urusan (bisnis) yang dijalani dengan nilai-nilai kejujuran:

Pertama, Jujur mendatangkan ketenangan. Orang yang jujur akan marasa tenang karena dia telah melakukan kebaikan kepada manusia. Sebaliknya orang yang berdusta atau menipu orang, maka hidupnya tidak akan tenang dan damai.

Dari Al Hasan bin ‘Ali, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لاَ يَرِيبُكَ فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ

“Tinggalkanlah yang meragukanmu menuju apa yang tidak meragukanmu. Sesungguhnya kejujuran lebih menenangkan jiwa, sedangkan dusta (menipu) akan menggelisahkan jiwa” (HR. Tirmidzi dan Ahmad, hasan shahih).

Kedua, Jujur menuai keberkahan. Dari sahabat Hakim bin Hizam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْبَيِّعَانِ بِالْخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا – أَوْ قَالَ حَتَّى يَتَفَرَّقَا – فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِى بَيْعِهِمَا ، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا

“Kedua orang penjual dan pembeli masing-masing memiliki hak pilih (khiyar) selama keduanya belum berpisah. Bila keduanya berlaku jujur dan saling terus terang, maka keduanya akan memperoleh keberkahan dalam transaksi tersebut. Sebaliknya, bila mereka berlaku dusta dan saling menutup-nutupi, niscaya akan hilanglah keberkahan bagi mereka pada transaksi itu” (Muttafaqun ‘alaih).

Ketiga, Jujur mendatang kepercayaan dari partner, kolega dan semua pihak. Pada saat pembisnis berlaku jujur, maka akan mendatangkan kepercayaan dari orang yang bertransaksi dengannya. Dan orang-orang yang percaya dengan pembisnis jujur itu ia akan bercerita tentang kenyamanannya berbisnis dengan orang tersebut kepada para kolega dan teman bisnis lainnya, sehingga kita akan dikenal sebagai orang yang jujur dan asik dijadikan partner bisnis. Kisah pertama kali Nabi saw diberi gelar “Al-Amin” (dapat dipercaya) adalah karena beliau jujur dan menjaga amanah orang yang bertransaksi padanya. Di kisahkan bahwa orang itu setelah membayar barang yang dibelinya dari Nabi saw lalu menitipkannya kepada belaiu, namun dia lupa dan pulang ke rumahnya selama tiga hari. Setelah ingat bahwa barangnya tidak terbawa, dia kembali ke tempat nabi saw seteleh melakukan perjalanan selama tiga hari. Sehingga menjadi enam hari. Namun saat dia kembali ke tempat nabi saw, barang titipannya itu masih ada dan utuh seperti sedia kala. Sehingga orang itu bercerita ke sana kemari tentang pengalamannya, lalu dikenallah Nabi saw sebagai “Al-Amiin” (Dapat dipercaya)

Keempat, Kejujuran membuat pelanggan setia. Tidak diragukan lagi bahwa kejujuran mendatangkan trust (keperceyaan) dari orang yang bertransasksi dengan kita. Jika kita seorang pengusaha atau pedagang, kepercayaan itu niscaya membuat para pelanggan kita akan setia. Bahkan mereka bukan hanya setia, akan tetapi akan menjadi iklan atau juru bicara kita kepada calon-calon pelanggan kita. Mereka ingin orang-orang merasakan kenikmatan seperti yang partner kita rasakan.

Kelima, Bisnis akan bertahan lama. Sebab kunci suatu bisnis adalah pemasaran. Dan ketika para pelanggan merasa puas dengan produk atau jasa yang kita tawarkan karena sifat jujur yang kita berikan, maka para pelanggan akan  setia. Buah dari itu semua adalah, bisnis yang kita jalankan akan bertahan lama. Banyaknya bisnis yang gulung tikar adalah akibat kekecewaan para pelanggan. Apalagi jika memudarnya rasa trust pelanggan akibat kita tidak berlaku jujur. Maka, apapun juga, kejujuran itu selalu mendatangkan kebaikan. Allah swt beerfirman:

فَلَوْ صَدَقُوا اللَّهَ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ

“Tetapi jikalau mereka berlaku jujur pada Allah, niscaya yang demikian itu kebaikan bagi mereka” (QS. Muhammad: 21)

Keenam, Kejujuran membuka kemudahan, jalan keluar dan kelapangan . Coba perhatikan baik-baik perkataan Ibnu Katsir rahimahullah ketika menjelaskan surat At Taubah ayat 119.

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-orang yang benar” (QS. At Taubah: 119).

Beliau mengatakan, “Berlaku jujurlah dan terus berpeganglah dengan sikap jujur. Bersungguh-sungguhlah kalian menjadi orang yang jujur. Jauhilah perilaku dusta yang dapat mengantarkan pada kebinasaan. Moga-moga kalian mendapati kelapangan dan jalan keluar atas perilaku jujur tersebut.”

Demikianlah, khutbah yang singkat ini kami sampaikan, semoga kita menjadi orang-orang yang jujur dalam segala hal, sehingga akan dikumpulkan Allah di surga Bersama para Anbiya, Shiddiqin, Syuhada dan Shalihin. Amin Ya Rabbal ‘Alamin..

 

KHUTBAH  KEDUA

اَلْحَمْدُ لله حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ وَ كَفَرَ. وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ وَ حَبِيْبُهُ وَ خَلِيْلُهُ سَيِّدُ الْإِنْسِ وَ الْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَ سَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا

أمَّا بَعْدُ, فَيَا أَيهَا النَّاسُ اِتَّقُوا اللهَ وَلَازِمُوا الصَّلاَةَ عَلَى خَيْرِ خَلْقِهِ عَلَيْهِ الصَّلَاة ُوَالسَّلَامُ, فقَدْ أَمَرَكُمُ اللهُ بِذَلِكَ اِرْشَادًا وَتَعْلِيمًا فَقَالَ:

انَّ اللهَ وَمَلائِكَتَهُ يُصَلَّونَ عَلَى الَّنِبْيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِينَ. وَارْضَ اللَّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ، أَبِيْ بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ، وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ، وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ، مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً، وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا وَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ

عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِيْ الْقُرْبَى، وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ. يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

*) Penulis adalah alumni Umm al-Quro University - Makkah Jurusan Ekonomi Islam dan Sekolah Pasca Sarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Jurusan Ekonomi Islam, Pengasuh Pesantren Tahfizh dan Ekonom Islam (TEI) Multazam-Bogor

 

 

 

Tidak ada komentar: