Oleh : Muhammad
Jamhuri
“Alhamdulillah…. pak ustadz, berkat baca tulisan pak ustadz,
akhirnya saya bisa juga melaksanakan ibadah haji dan umroh sebanyak 12 kali….…”
ucap seorang jamaah yang bertamu di sela-sela obrolan panjang untuk konsultasi sebuah
urusan.
“Apa…?..Kita kan gak jadi berangkat umrohnya, pak?....Makkah
masih Lockdown, apalagi berhaji. ‘Kan belum datang musim haji. Minimal haji itu
dimulai dari bulan Syawal.” Kata ustadz keheranan.
“Ah….masa ustadz lupa sih..? Tanya jamaah.
“Saya gak lupa… Tadinya kita mau berangkan umroh reuni kan? Bareng
dengan jamaah-jamaah lain yang dulu kita pernah pergi hajian bersama?” Tanggal
berangkatnya juga saya hafal. Tapi kan kita gak jadi berangkat. Gara-gara
Corona. Makkah ditutup untuk ibadah umroh?.Ustadz menjelaskan.
“Ah, ustadz ini bagaimana siiih…?. Kata ustadz kita bisa
melaksanakan ibadah haji dan umroh meskipun tidak berangkat ke Makkah?” Ungkap jamaah menambah heran ustadz.
“Sebentar..sebentar…! Saya gak pernah mengatakan bahwa
ibadah haji dan umroh boleh dilakukan di selain Makkah. Bahkan waktu manasik
dulu, saya jelaskan, ibadah haji dan umroh di Madinah saja tidak ada dan tidak
boleh. Masyair al-Haram atawa tempat pelaksanaan haji itu adanya di
Makkah…Adapun di Madinah hanya ziarah ke Makam Rasulullah saw dan para sahabat
serta sholat di Masjid Nabawi, bukan ibadah haji….. . Nah,.. kecuali aliran
Ahmadiyah yang memperbolehkan ibadah di Lahore, Pakistan. Hmmm apakah bapak
sudah jadi pengikut Ahmadiyah nih?” Tanya ustadz.
“Ustadz ini bagaimana sih? Mana mungkin saya ikut aliran
sesat ustadz..? Sanggah jamaah.
“Begini ustadz…..” lanjut jamaah. “Ustadz kan pernah tulis
status di Facebook, bahwa di musim Corona ini, kita bisa melaksanakan ibadah haji
dan umroh, saat Stay Home. Yaitu, dengan sholat subuh di rumah, lalu habis
sholat subuh, berdiam di tempat sholatnya sambil berzikir, hingga waktu syuruq,
kemudian sholat berjamaah. Nah, kata ustadz, itu sama dengan melaksanakan
ibadah haji dan umroh.” Jelas jamaah.
“Ohhhhh…iya..iya.. saya
baru ingat.” Kata ustadz sambil kedua matanya melihat ke atas atap rumah mengingat-mengingat
status yang pernah ditulisnya di Facebook.
“Waahhh, Alhamdulillah ya..? Bapak mengamalkannya ya..?. Betul,
pak. Kata Nabi saw, “Barangsiapa yang sholat subuh, kemudian dia duduk berdiam
di tempat sholatnya, sambil berzikir hingga waktu syuruq (terbit matahari agak
tinggi) lalu shalat dua rakaat, maka dia mendapat pahala haji dan umroh,
sempurna-sempurna-sempurna.” Ucap ustadz melanjutkan.
“Nah..itu dia pak ustadz….tapi, maaf, pak ustdaz, boleh Tanya?,
: hadist-nya shahih gak tuh pak ustadz?” Tanya jamaah.
“Hadistnya tidak sampai ke derajat shahih, namun sudah
derajat “hasan”. Tingkatannya di bawah shahih. Para ulama memperbolehkan
mengamalkan hadist hasan. Hadist ini terdapat pada kitab Sunan Tirmidzzi dalam Kitab
al-Sholat. Juga di kitab Tuhfah al-Ahwadzi Syarah Sunan at-Trimidzi No. 583.
Al-Mubarkafuri menyebut, “Hadist ini dihasankan oleh Imam Tirmidzi. Syaikh al-Bani pun menyebut hadist ini dalam
kitab Shahih al-Jami al-Shaghir No. 6222 dari hadist Anas bin Malik.” Jelas
ustadz.
“Alhamdulillah…..pak ustadz.” Ucap jamaah lega. “Tapi
kira-kira, kita tetap jadi gak, umroh reuniannya..?” Tanya jamaah.
“Insya Allah, semoga saja wabah Corona ini cepat berlalu…”
Harap ustadz.
“Oh ya pak ustadz, ada family teman kita yang akan ikut
reuni umroh kita, tapi beliau pekan lalu keburu wafat dipanggil Allah swt.
Apakah perlu di-badal-kan umrohnya gak ustadz….? Tanya jamaah lagi.
“Oh ya, umroh itu hukumnya sunnah, bukan wajib. Jika ahli
warisnya mampu mengumrohkan almarhumah, maka itu lebih baik. Jika tidak pun,
tidak apa-apa. Nah, kalau keluarganya
jadi pergi umroh saat musim Corona berlalu dan Makkah dibuka lagi, maka bisa
sekalian mem-badalkan umroh almarhumah yang telah meninggal itu. Di sana kan
kita bisa dua-tiga kali umroh? Nah di salah satunya kita dapat meng-umrohkan
beliau….”. Jelas ustadz.
“Kalau badal umrohnya borongan boleh gak pak ustadz..?. Tanya
jamaah.
“Maksud badal borongan itu bagaimana pak? Ustadz penasaran.
“Kita melaksanakan umroh untuk membadalkan semua keluarga
kita yang telah wafat? Kakek, nenek, paman, bibi, orang tua, mertua?” Tanya
jamaah.
“Haa..haa..badal umroh atau haji bukan seperti kendurian
atau Tahlilan pak, yang sekali duduk dan sekali fatihah bisa kita hadiahkan
kepada semua almarhum keluarga kita…. Jadi, satu amalan umroh atau haji hanya
berlaku untuk satu orang almarhum atau almarhumah doang…” Jelas ustadz.
“Ohhhh..gitu ya..? Yaudah pak Ustadz, saya pamit. Alhamdulillah,
konsultasi urusan kami tadi sudah selesai dijawab ustadz. Saya pamit ya pak
Ustdaz. Oh ya, doian juga pak ustadz ya, sisa Ramadhan ini saya bisa istiqomah
duduk berzikir abis subuh hingga waktu syuruq. Biar dapat pahala haji dan umroh
nya JUMBO”. Ucap jamaah mengakhiri pembicaraannya sambil pamit berjalan menuju
mobilnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar