Sabtu, 09 Mei 2020

Saya dan As-Sayid Muhammad bin Al-Alawi Al-Maliki Al-Hasani - rahimahullah.

(Mengenang Haul dan Wafatnya Beliau)

Saat Berkunjung ke Pesantren Daarul Rahman - Jakarta
Saya mengenal beliau saat beliau berkunjung ke Pesantren Daarul Rahman-Jakarta. Saat itu saya masih duduk di tingkat Tsnawiyah. Masih unyu-unyu tentunya.

Saya pun belum banyak bisa mencerna isi pidato beliau dengan bahasa Arab, karena saat itu belum banyak vocabularies yg saya hafal.

Namun kesan yg tak pernah terlupa adalah saat beliau memberi ijazah aammah kepada guru dan santri yang hadir di masjid Pesantren pada saat itu, yaitu berupa sholawat al-Fatih. Beliau menganjurkan agar dibaca setiap usai shalat fardhu sebanyak 10 kali.

Beberapa tahun kemudian menjelang saya lulus Aliyah, Kyai saya (KH. Syukron Makmun) menawarkan saya untuk belajar di pesantren As-Sayid Muhammad bin Alwi Al-Maliki di Kota Makkah. Cuma KH. Syukron Makmun, Kyai saya, sempat berkata kepada saya, “Kalau kamu kuliah/nyantren di sana, maka lulusnya terserah keputusan As-Sayid. Kalau kata As-Sayid 10 tahun, maka 10 tahun kamu baru boleh pulang, kalau 15 tahun,?ya setelah 15 tahun baru boleh pulang.”
Saya pun ceritakan hal ini kepada keluarga. Respon mereka pun diam (entah setuju atau tidak). Saya pun nunggu dipanggil kyai lagi..Namun setelah itu tidak berlanjut.

4 tahun kemudian saya malah diterima kuliah di Universitas Ummul Quro, Makkah. Disini sudah bisa diprediksi berapa tahun bisa lulus dan pulang. Karena modelnya kampus resmi atas biaya Pemerintah Arab Saudi. Namun berkahnya, saya bisa ngaji ke majlis dan rumah As-Sayid Muhammad bin Al-Alawi al-Maliki Al-Hasani yang beberapa tahun lalu saya kenal saat beliau berkunjung ke Pesantren Daarul Rahman tempat saya nyantri itu. Walaupun saya tidak ngaji rutin karena terikat dengan kampus tempat saya kuliah. Rumah dan majlis beliau berlokasi di distrik al-Rusaifah, sedangkan saya tinggal di asrama al-Aziziyah.

Kalau ngaji di rumah beliau di bulan Ramadhan, apalagi mendekati idul fitri, kami yang ngaji dapat oleh-oleh 100-300 real per orang dari tangan beliau yang memberi langsung. Fenomena ini sampai menginspirasi saya. Suatu saat kalau saya diberi rezeki lebih, akan saya ikuti jejaknya. Yaitu, yang datang belajar kepada Syaikh bukan diminta bayaran, tapi malah kami yang beri uang kepada murid seperti yang dilakukan Syeikh aa-Sayyid Muhammad itu (doa-kan ya? Suatu saat cita-cita ini tercapai......). Selidik punya selidik (tanya sana -sini) As-Sayid punya properti di Makkah yg disewakan kepada jamaah haji dan umroh, dan hasilnya diinfaq-kan untuk santri dan murid yg datang mengaji kepadanya. Masya Allah...

Ngaji di rumah as-Sayyid di bulan Ramadhan memang lebih syahdu, selain diberi persenan, sering juga majlis beliau dihadiri tokoh ulama-ulama dunia. Saya pernah ikut pengajian beliau yang saat itu dihadiri pula oleh Syeikh Ali Al-Shobuni. Penulis Tafsir “Rowa’i al-Bayan” dan “Shofwatut Tafasir”
Sedangkan salah satu ulama dari Indonesia yang dihormati dan dipersilahkan memberikan ta’limnya adalah KH. Syukron Makmun. “Saya kalau hadir di rumah beliau itu mau ngaji, saya duduk paling belakang, agar tidak keliahatan Sayid. Tapi ternyata beliau tau saya datang, saya “dipaksa” untuk memberikan sambutan atau ilmu. Padahal saya minder pidato bahasa Arab di tengah-tengah ulama-ulama arab” Kesan KH.Syukron Makmun dalam suatu obrolan bersama para alumni.

Berita wafatnya beliau, saya tidak bisa menshalatkan dan mengantarnya ke kuburan Ma’la yang ada di Kota Makkah. Saat itu Jumat 15 Ramadhan 1425 H beliau wafat. Dan saya -saat itu- sedang bertugas di Madinah membimbing jamaah umroh paket Ramadhan.

Walau hampir lupa kapan wafatnya beliau, Alhamdulillah, belakangan, saat-saat panjang menunggu bakda subuh ke syuruq di bulan Ramadhan ini, saya isi zikir dengan sholawat al-Fatih hingga 100x tiap bakda subuh ini, lalu saya terbayang wajah beliau yg pernah mengijazahkannya puluhan tahun lalu dan sayapun mendoakan beliau sambil membayangkan wajahnya, padahal sudah lama saya tidak mengamalkan sholawat itu. Sungguh..seakan beliau hadir “mengunjungi” saya di hari menjelang hari haul-nya ke-15. Hingga saya tersadar saat membaca share beberapa chat bahwa hari ini 15 Ramadhan adalah tanggal wafat beliau.

غفر الله له ورحمه رحمة واسعة..ونفعنا الله
بعلومه في الدارين..امين

Muhammad Jamhuri Asbar
Rumpin, 15 Ramadhan 1441 H

Tidak ada komentar: