Sabtu, 30 Juli 2022

KAPASITAS PRIBADI IBRAHIM AS

 

ان ابرهيم كان أمة قانتا لله حنيفا ولم يك من المشركين
Sesungguhnya Ibrahim adalah suatu umat yang patuh pada Allah, lurus dan bukan termasuk orang-orang musyrik.(QS. An-Nahl: 120)
Allah swt menggambarkan pribadi Nabi Ibrahim as sebagai suatu umat. Ini menunjukkan bahwa kapasitas pribadi beliau sama dengan suatu umat. Tapi umat bukan sembarang umat. Dia adalah umat dengan ciri yang taat kepada Allah, lurus dan istiqomah dalam ketaatannya serta bukan kelompok orang yang beragama pagan (animisme-dinamisme).
Dalam sejarah tipe kepemimpinan - sebagaimana digambarkan dalam juz pertama, Al-Quran mengkisah tiga bentuk tipe kepemimpinan:
  1. Tipe Pemimpin yang pernah salah, namun mau bertaubat dan menyesali perbuatannya serta mau memperbaiki diri. Jenis pemimpin ini diwakili dengan personifikasi Nabi Adam as. Beliau pernah bersalah, namun beliau mau memperbaiki diri dengan taubat dan perbaikan. Ending tipe pemimpin ini tetap baik. Bahkan beliau menjadi Nabi dan Rasul utusan Allah swt.
  2. Tipe pemimpin yang pernah bersalah, namun tetap melakukan keaalahan dan tidak mau memperbaiki diri. Tipe ini dipersonifikasikan dengan karakter kaum Bani Israel. Berkali-kali melakukan kesalahan dan diberi kesempatan memperbaiki, namun tetap tidak berubah dalam tindakan dan kebijakannya yang salah. Meskipun berulang Allah utus Rasul dari kalangan bangsanya, sebagai ruang kesempatan memperbaiki diri, namun tetap tidak menginndahkan kesempatan yang diberi, bahkan beberapa ulama dan nabinya dibunuhnya, karena tidak sesuai dengan keinginan hawa nafsu bangsa dan kelompoknya. Tipe jenis ini dipotret jelas oleh al-quran sebagai tipe kepemimpinan yang salah. Dan al-quran banyak menceritakannya secara panjang lebar agar umat Islam tidak meniru dan jatuh ke dalam lubang keasalahan yang sama.
  3. Tipe pemimpin yang istiqamah dalam ketaatan serba sabar dalam menghadapi segala ujian. Tipe ini dipersonifikasikan dengan pribadi nabi Ibrahim as.
Salah satu kunci sukses Ibrahim adalah dia tetap istiqomah walau diuji dengan berbagai ujian. Baik ujian pribadi, keluarga bahkan ujian kekuasaan.
Ujian pribadi saat beliau "mencari tuhan". Dengan cara ilmiah beliau berkesimpulan bahwa Tuhan sebenarnya bukanlah bintang, bulan atau matahari. Tetap Allah zat yang menciptakan semua.
Ujian Keluarga terjadi saat beliau menikahi siti Hajar. Beliau diperintah Allah agar "mengasingkan" Siti Hajar dan puteranya Ismal yang dicintainya di lembah tandus, yaitu setelah timbul rasa cemburu dari Sarah yang belum juga melahirkan anak untuk suaminya.
Bukan hanya itu, beliau juga diuji dengan perintah menyembelih putera satu-aatunya saat itu.
Ujian kekuasaan terjadi saat beliau dibakar oleh raja yang zhalim: Namruz. Beliau tetap sabar hingga pertolongan Allah datang dab api yang dikobarkan Namruz tidak mencelakakannya.
Dengan lulusnya Ibrahim as melewati berbagai ujian itulah, beliau diberi Allah kepemimpinan. Allah swt berfirman:
واذ ابتلى ابرهيم ربه بكلمات فاتمهن قال اني جاعلك للناس اماما
Dan ingatlah ketika Ibrahim diuji Tuhannya dengan beberapa kalimat (perintah dan larangan) maka beliau.melaksanaknnya dengan sempurna. Allah berkata: Sungguh Aku jadikan kamu sebagai pemimpin bagi umat manusia. (QS. Al-Baqarah: 124)
Jadi, calon pemimpin yang berkualitas dan berkapasitas adalah ketika dia telah melewati aneka ujian dan dapat melewati nya dengan baik dan lurus/hanif. Bukan calon pemimpin yang dibangun dengan pencitraan semu.
M. Jamhuri
Mina, 10 Dzulhijjah 1443 H/9 Juli 2022 M

Tidak ada komentar: