Jumat, 09 Maret 2012

Merindukan Keadilan Islam

“Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa”
(QS. Al-Maidah: 8)


Saat ini rasa keadilan begitu mahal karena begitu langkanya. Lihat saja para Koruptor dihukum ringan, sedangkan pencuri sandal jepit dihukum berat.  Bahkan beberapa tersangka koruptor masih berkeliaran dengan bebasnya dan mendapat perlindungan dari lembaga pemerintahan atau oknum pejabat pemerintah. Sebab publik tahu, jika semua terbongkar, maka banyak pejabat yang ikut terlibat.

Rakyat kini merasa putus asa mendapat keadilan. Tidak ada lagi lembaga yang bisa dipecaya membela keadilan. Orang yang punya duit seenaknya membeli hakim memutuskan perkara walau menzalimi pihak lain.

Jika kita melihat kondisi ini, maka ini merupakan tanda-tanda kehancuran suatu bangsa. Hal ini pernah dinyatakan oleh Rasulullah saw, “Wahai manusia, orang-orang sebelum kalian dahulu menjadi binasa dikarenakan jika ada seorang yang terpandang di antara mereka melakukan pencurian, mereka membiarkannya. Tetapi jika ada seorang yang lemah (jelata) di antara mereka melakukan pencurian, mereka menegakkan hukuman padanya”. (HR: Bukhori-Muslim).

Hadits ini berisi peringatan keras tentang perintah menegakkan keadilan dan tidak memandang bulu siapa pelaku kejahatan dan pencurian, apakah pejabat dan terpandang atau rakyat jelata.? Semua sama di hadapan hukum. Bahkan Rasulullah saw pernah menegaskan, “Andai Fatimah puteri Muhammad mencuri, maka aku sendiri yang akan menghukum potong tangannya” (HR: Bukhori-Muslim).

Islam sangat menjunjung tinggi keadilan. Karena ruh agama ini adalah keadilan. Ayat di atas menegaskan perintah menegakkan keadilan meskipun kepada kaum lain, meskipun kita membenci kaum itu.

Pada ayat lain Allah swt berfirman, “Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al-Mumtahanah: 8)

Keadilan dalam sejarah Islam, bukan hanya teori, tapi pernah teraplikasikan dalam kehidupan pemerintahan Islami. Selain contoh Rasulullah saw di atas, banyak pula pribadi muslim agung menorehkan sejarah keadilan.

Adalah Amr bin Ash menaklukkan Mesir dan diangkat menjadi gubernur Mesir oleh Umar bin Khattab. Saat itu Amr bin Ash ingin membangun sebuah mesjid yang terletak dekat dengan kantor kegubernuran. Akan tetapi tanah yang akan dibebaskan untuk dibangun masjid adalah milik seorang Yahudi. Meskipun Amr bin Ash telah menawarkan harga tinggi bagi tanah orang Yahudi itu, akan tetapi Yahudi pemilik tanah itu enggan melepas tanahnya karena tanah itu adalah warisan leluhur keluarganya.

Amr bin Ash tetap membangun pondasi masjid dan akan mengenai tanah Yahudi itu. Karena tidak mendapat keadilan, Yahudi itu pun langsung berangkat ke Madinah mengadukan persoalannya kepada Amirul Mukminin Umar bin Khattab.

Setelah Yahudi mengadukan nasibnya kepada sang khalifah, Umar bin Khattab langsung mengambil sebuah tulang unta, lalu digoresnya tulang unta itu dengan sebuah pedang hingga membentuk gambar garis lurus pada tulang itu. Umar bin Khattab berkata kepada Yahudi itu, “Bawalah tulang ini kepada Amr bin Ash gubernur Mesir, dan sampaikan padanya bahwa tulang ini dari Umar bin Khattab.”

Segera Yahudi itu kembali ke Mesir, lalu menyerahkan tulang itu kepada Amr bin Ash. Saat menerima tulang itu, tubuh Amr bin Ash gemetar, tubuhnya berkeringat. Kemudian beliau memerintahkan tentaranya untuk membongkar pondasi yang sudah dibangun di atas tanah Yahudi itu. Peristiwa itu membuat Yahudi itu terheran. Lalu Yahudi itu memberanikan diri bertanya kepada Amr bin Ash, “Wahai gubernur, mengapa engkau berlaku seperti itu?” Amr bin Ash menjawab, “Sungguh, Amirul Mu’minin telah memberi peringatan kepadaku, gambar garis lurus yang berada pada tulang ini mengingatkanku agar aku harus berlaku adil dan lurus, sedang tulang itu sendiri mengingatkan aku, bahwa suatu saat aku pun akan mati dan menjadi tulang, sehingga tidak ada gunanya berbuat kezaliman selama hidup dan akan dimintai pertanggung jawaban setelah mati nanti. Oleh sebab itu aku perintahkan tentaraku untuk membatalkan pembangunan masjid di atas tanahmu karena itu suatu kezaliman.”

Yahudi itu pun terkagum dengan ketegasan dan keadilan Islam dan pemerintahnya, Saat itu pula orang Yahudi menyatakan dua kalimat syahadat, lalu dengan suka rela mewakafkan tanahnya untuk pembangunan masjid itu.

Perintah berbuat adil selalu kita dengar minimal sepekan sekali saat mendengar khutbah Jumat. Sang khatib Jum’at biasa mengingatkan kita dengan membaca ayat, “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran “ (QS. An-Nahl: 90)

Sungguh kini semua rakyat dan manusia merindukan keadilan seperti masa para khalifah dan pemerintah Islami, semoga hal itu segera terwujud. Amin #              
  Jamhuri


1 komentar:

Gema Shafa Marwa Semarang mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.