Rabu, 24 Oktober 2012

Adab Berdo’a


Bagaikan seseorang yang meminta suatu bantuan atau permohonan tertentu kepada orang lain, pasti memerlukan teknik dan cara agar permohonan bantuannya dapat dikabul. Demikian juga saat kita memohon suatu permohonan kepada Allah swt. Memohon kepada-Nya lebih harus diperhatikan cara dan adabnya agar doa-doa kita diterima oleh Allah swt.

Biasanya, seberapa besar dan penting sesuatu yang dimintanya, maka sebesar itu pula pembukaan dan “basa-basi”nya yang disampaikan kepada orang yang akan dimintai sesuatu itu. Misalnya, kita ingin meminjam uang sebesar Rp. 50 juta karena suatu keperluan, kemudian kita mendatangi teman kita untuk dimintai pinjamannya, pasti  kita tidak langsung to the point membicarakan inti malasah. Akan tetapi kita akan mengobrol dulu kesana kemari. Misalnya, kita akan bertanya dulu tentang kabar dia, kabar keluarganya, bahkan kita memuji dia dengan kesuksesannya. Setelah ngalor-ngidul berbincang, barulah kita menyampaikan inti masalah kita kepada dia yang ujung-ujungnya adalah ingin meminjam uang Rp.50 juta.

Berbeda halnya jika kita hanya akan meminjam uang sebesar Rp.5.000 misalnya. Dalam kondisi ini kita jarang basa-basi yang panjang, kita lebih sering to the poin ke inti masalah, seraya berkata, “Eh kawan!, pinjam uang Rp 5000 dong, aku gak punya uang ini mau naik angkot”.

Begitu pun jika kita akan meminta dan memohon kepada Allah swt, maka kita perlu mendahulukan pujian terlebi dahulu sebelum ke inti masalah. Karena itu merupakan adab kita memohon kepada Allah swt.

Coba perhatikan surat Al-Fatihah yang terdiri dari 7 ayat, hanya 2 ayat yang berisi inti permohonan, sedangkan 5 ayat pertama isinya adalah berupa pujian kepada Allah swt.

(1) Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

(2) Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam

(3) Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

(4) Yang menguasai di Hari Pembalasan

(5) Hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan

(6) Tunjukilah kami jalan yang lurus

(7) (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat

 

Dari surat al-Fatihah ini kita dapat mengetahui bahwa, hanya ayat ke 6 dan ke 7 saja yang berisi permohonan, sedangkan ayat 1-5 berisi pembukaan, pujian dan pernyataan.

Oleh sebab itu, Allah swt menganjurkan kepada kita agar saat berdo’a kita menyebut asmaul-husna (nama-nama Allah yang baik). Firman Allah swt yang artinya, “Hanya milik Allah asmaa-ul husna[ maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu “ (QS. Al-A’raf: 180).

Selain memuji Allah swt sebelum berdo’a, para ulama juga men-sunnah-kan bershalawat kepada Nabi Muhammad saw. Hal itu dikarenakan Nabi Muhammad saw adalah hamba Allah yang dicintai-Nya dan bershalawat kepada beliau adalah merupakan perintah Allah swt. Firman Allah swt yang artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya bershalawat untuk Nabi Hai orang-orang yang beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam penghormatan kepadanya” (QS. Al-Ahzab: 56)

Rasulullah saw bersabda, “Setiap doa akan terhalang sampai orang tersebut membaca shalawat kepada Nabi saw” (HR: Thabrani)

Bahkan, pada masa Nabi saw, para sahabat menjadikan nabi sebagai wasilah (perantara) dalam memohon ampunan kepada Allah swt, dimana para sahabat memintakan istighfar dari Nabi saw agar beliau memohon ampun kepada Allah swt untuk para sahabat yang meminta istighfar kepada Allah dari beliau.  Allah swt menceritakan hal itu melalui firmanNya yang artinya, “Sesungguhnya jikalau mereka ketika menganiaya dirinya datang kepadamu (muhammad), lalu memohon ampun kepada Allah, dan Rasulpun memohonkan ampun untuk mereka, tentulah mereka mendapati Allah Maha Penerima Taubat lagi Maha Penyayang. (QS. An-Nisaa: 64)

Selain memuji Allah swt dan bershalawat kepada Nabi saw, agar do’a kita dikabulkan oleh Allah swt, kita dianjurkan untuk selalu berdoa setiap saat. Membiasakan doa, meskipun tidak dalam keadaan kesulitan, akan memudahkan diterimanya doa saat kita dalam, kondisi kesulitan. Rasuluillah saw bersabda, “Barangsiapa yang senang doanya dikabulkan saat kondisi kritis, maka hendaklah dia memperbanyak doa pada masa dia nyaman.”

Membiasakan berdoa di masa nyaman ibarat sebuah pisau yang selalu diasah, sehingga pada saat “pisau” itu digunakan kapan pun, maka pisau itu akan berfungsi dengan baik. Berbeda halnya jika suatu pisau dibiarkan tidak pernah dipakai dan diasah, maka pisau itu akan menjadi berkarat dan tumpul, sehingga pada saat kita akan mengguinakannya lagi, pisau itu tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.

Demikian juga dengan do’a. Jika kita hanya berdoa pada saat ada suatu kebutuhan saja, maka sulit doa itu akan cepat terkabul. Namun, jika kita sering beribadah dan berdoa kepada Allah, maka pada saat kritis dan membutuhkan, maka doa kita akan cepat terkabul. Dalam suatu hadits lainj, Rasulullah saw perna bersabda yang artinya, “Ingatlah kepada Allah pada saat nyaman, maka Allah akan mengingatmu pada saat sulit.”

Syair lagu Bimbo berkata, “Aku jauh engkau jauh, aku dekat engkau dekat, hati adalah cermin, tempat pahala dan dosa berpadu...”

Jamhuri

 

Tidak ada komentar: