Rabu, 10 April 2019

Harta dan Usaha Mereka Menjadi Sia-sia


Seri Taujih Pemenangan

Siapa yang tidak mengenal Abu Lahab? Semua orang mengenalnya. Bahkan namanya diabadikan menjadi satu surat dalam al-Qur’an; Surat Al-Lahab. Dia adalah seorang yang ambisius menenggelamkan dakwah Nabi saw dan para pengikutnya. Semua fasilitas dan pangkat ia miliki. Dia adalah salah satu di antara tokoh suku Quraisy, suku yang disegani suku-suku lain di jazirah Arab pada masanya. Bahkan dia adalah paman Nabi saw. Ia pun mempunyai banyak harta dan terpandang. Pada saat perang Badar ada aturan semua laki-laki penduduk Makkah harus berangkat berperang atau mengutus wakilnya. Abu Lahab tidak ikut berperang dan mengutus seseorang dengan bayaran 4000 dinar. Suatu harga yang besar dan fantastis (1 dinar setara dengan Rp 2.500.000 sekarang, sama dengan 10 milyar).

Saat Rasulullah saw mengumpulkan penduduk Makkah dan mengumumkan dirinya di atas bukit Shafa bahwa dirinya adalah seorang Rasul- utusan Allah, serta merta Abu Lahab mengingkarinya seraya berkata, “tabban laka ya Muhammad !(Celaka engkau Hai Muhammad)”. Justru Allah menurunkan ayatNya bahwa Abu Lahab-lah yang sebenarnya celaka. Tabbat Yadaa Abi Lahabiw Watabb (celakalah kedua tangan Abu Lahab). 

Segala harta, kedudukan, pengikut dan  fasilitas yang ia kerahkan untuk mengahadang gerak dakwah Nabi saw dan pengikutnya, namun semuanya berakhir dengan sia-sia. Perhatikanlah kisah tentang dirinya dalam surat yang bernama surat Al-Lahab: 

تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ . مَا أَغْنَى عَنْهُ مَالُهُ وَمَا كَسَبَ . سَيَصْلَى نَارًا ذَاتَ لَهَبٍ . وَامْرَأَتُهُ حَمَّالَةَ الْحَطَبِ . فِي جِيدِهَا حَبْلٌ مِنْ مَسَدٍ .
“Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan binasa. Tidaklah berfaedah kepadanya harta bendanya dan apa yang ia usahakan. Kelak dia akan masuk ke dalam api yang bergejolak. Dan (begitu pula) istrinya, pembawa kayu bakar. Yang di lehernya ada tali dari sabut.” (QS. Al-Lahab: 1-5)

Segala penghadangan yang dilakukan oleh Abu Lahab, isteri dan pengikutnya terhadap laju dakwah Nabi saw dengan mengeluarkan harta dan berbagai usaha strategi, tetap saja berakhir dengan sia-sia. Bahkan Allah swt telah menyiapkan baginya api neraka yang bergejolak.

Seorang Ahli sejarah masuk islam gara-gara baca surat ini. Dia mengamati dan berpikir, mengapa surat ini turun di masa Abu Lahab masih hidup, dan Abu Lahab mengetahui isi surat ini yang menjustice dirinya sebagai orang yang akan celaka. Mengapa Abu Lahab tidak masuk Islam saja. Atau setidak-tidaknya berpura-pura masuk Islam? Sehingga diharapkan agar ada kesan bahwa isi surat Al-Lahab ini tidak sesuai dengan kenyataan, dan diharapkan kaum muslimin tidak percaya lagi dengan isi al-Quran?. Toh Abu Lahab sudah masuk Islam?. Namun kenyataannya, Allah ingin menunjukkan kebenaran kitabNya. Gara-gara ini, sang ahli sejarah itu pun masuk Islam dengan kebenaran isi al-Quran.

Saudara, hari-hari ini sering kita mendengar di berbagai media, sudah banyak terjadi penghadangan-penghadangan, baik kepada mereka para da’I yang akan menyampaikan risalah agama Islam, maupun para calon pemimpin yang akan menyampaikan orasi dan visi-misi politiknya dalam membangun bangsa dan negara. Penghadangan itu baik secara langsung maupun tak langsung. Baik dibatasi waktunya maupun tempatnya dimana mereka akan menyampaikan kampanyenya. Padahal mereka adalah calon dan kandidat peserta pemilu yang sah secara undang-undang.  Namun toh, massa yang hadir tetap membludak?.

Jika mereka mau mengambil pelajaran dari surat al-Lahab, seharusnya mereka sadar dan memberi hak berekspresi seluas-luasnya kepada mereka yang akan menyampaikan pesannya selama tidak bertentangan dengan undang-undang dan peraturan. Baik undang-undang negara maupun agama. Terlebih, di alam demokrasi ini, yang setiap orang memilki hak berkumpul dan berpendapat.

Namun jangan sedih hati saudara, surat Al-Lahab telah memberi isnpirasi, bahwa segala penghadangan yang dilakukan terhadap al-Haq hanya akan berakhir sia-sia. Meskipun mereka menggunakan kedudukan dan jabatannya bahkan hartanya.

Oleh sebab itulah, Allah swt mengingatkan kepada Nabi saw tentang cara berdakwah, bahwa hati manusia tidak akan luluh hanya karena iming-iming harta. Tapi Allah-lah pada hakekatnya yang merekatkan hati-hati mereka. Firman Allah swt:

وَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ لَوْ أَنفَقْتَ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا مَا أَلَّفْتَ بَيْنَ قُلُوبِهِمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ أَلَّفَ بَيْنَهُمْ إِنَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

“Dan Yang mempersatukan hati mereka. Walaupun kamu membelanjakan semua (kekayaan) yang berada di bumi, niscaya kamu tidak dapat mempersatukan hati mereka, akan tetapi Allah-lah yang telah mempersatukan hati mereka. Sesungguhnya Dia Maha Gagah lagi Maha Bijaksana”. (QS. Al-Anfaal: 63)

Saudara, teruslah merajut persaudaraan, dan teruslah berjuang menyampaikan kebaikan. Meski harta dan jabatan tidak di tangan. Karena hanya Allah-lah yang mempersatukan.

Wallahu a’lam bish showab.

Rumpin. 10 April 2019

Muhammad Jamhuri

Tidak ada komentar: